Bandung (Antaranews Jabar) - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berencana membangun kampus baru Institut Teknologi Bandung di kawasan Walini, Kabupaten Bandung Barat.
"Saya sudah sampaikan ke Presiden untuk pemberian lahan yang seluas kebutuhan terhadap satu lahan untuk pendidikan, lahan untuk mahasiswa, lahan inkubasi, untuk dosen, sehingga satu teritori lahan terintegrasi," ujar Menristekdikti, Mohammad Nasir, di Kampus ITB, Kota Bandung, Rabu.
Dia mengatakan dalam rancangan awal, pembangunan kampus ITB di Walini di atas lahan seluas 350 hektare dengan barbagai fasilitas yang terintegrasi.
Menurut dia, pembangunan itu akan mendorong ITB bisa berbicara lebih jauh di perguruan tinggi di seluruh dunia.
Dengan kampus yang ada saat ini, kata dia, akan sulit bagi ITB untuk masuk dalam deretan kampus terbaik di dunia.
"Saya bayangkan seperti luar negeri ada MIT (Massachusetts Institute of Technology) ada Boston, di California, supaya nanti berkembang perguruan tinggi, `gak` perlu buat perguruan tinggi lagi," kata dia.
Dia mengatakan saat ini pembangunan kampus ITB masih dalam tahap pembahasan dengan kementerian terkait.
Namun, kata dia, respons Presiden Joko Widodo akan hal itu sebagai baik.
Nasir berharap, pembebasan lahan dapat secepatnya dituntaskan, mengingat pembangunan itu sudah direncanakan sejak 2016.
"Lahannya ada, kebutulan lahan kosong. Ini ke depan, kita kerjasamakan semuanya, bisa kita dorong, dan Bapak Presiden merespons positif. Ini adalah untuk menjadikan ikon pendidikan tinggi global," kata dia.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan pembangunan kampus ITB di Walini untuk menjawab tantangan pendidikan teknik di Indonesia.
Pasalnya, katanya, saat ini Indonesia kekurangan tenaga ahli dalam bidang teknik apabila dibandingkan dengan negara lainnya di Asia.
"Nah Indonesia dibanding Malaysia, Filipina, Thailand apalagi Singapura kita jauh di bawah, apalagi Wietnam, Korea Selatan tertinggi," ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengusulkan pembangunan tersebut ke kementerian terkait dan kemudian langsung dilaksanakan rapat terbatas kabinet pada 23 November 2016.
Dengan lahan yang ada sekarang, kata dia, sulit bagi ITB untuk mencetak lebih banyak lulusan yang bergerak di bidang teknik.
Untuk bersaing dengan Malaysia dan Singapura pun, katanya, tergolong berat.
"Nah kampus ITB yang ada di Ganesha hanya 28 hektare, sedangkan di perguruan tinggi sama-sama teknik di Malaysia 1.000 hektare, Thailand 1.100 hektare. Jadii kalau kita mau bersaing dengan mereka tidak mungkin dengan lahan yang terbatas," kata dia.
Apabila pembangunan sudah terealisasi, katanya, kampus ITB di Ganesha akan tetap menjadi kampus utama.?
"Di dalamnya (ITB Walini, red.) juga akan dibangun pusat yang namanya `living learning comunity`, jadi ada mahasiswa, dosen, ada karyawan tinggal di situ. Jadi asrama dibangun, perumahan dosen dibangun, termasuk juga aktivitas pendukung lainnya, tempat olahraga, makan, dan lain-lain," katanya. (KR-ASP).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Saya sudah sampaikan ke Presiden untuk pemberian lahan yang seluas kebutuhan terhadap satu lahan untuk pendidikan, lahan untuk mahasiswa, lahan inkubasi, untuk dosen, sehingga satu teritori lahan terintegrasi," ujar Menristekdikti, Mohammad Nasir, di Kampus ITB, Kota Bandung, Rabu.
Dia mengatakan dalam rancangan awal, pembangunan kampus ITB di Walini di atas lahan seluas 350 hektare dengan barbagai fasilitas yang terintegrasi.
Menurut dia, pembangunan itu akan mendorong ITB bisa berbicara lebih jauh di perguruan tinggi di seluruh dunia.
Dengan kampus yang ada saat ini, kata dia, akan sulit bagi ITB untuk masuk dalam deretan kampus terbaik di dunia.
"Saya bayangkan seperti luar negeri ada MIT (Massachusetts Institute of Technology) ada Boston, di California, supaya nanti berkembang perguruan tinggi, `gak` perlu buat perguruan tinggi lagi," kata dia.
Dia mengatakan saat ini pembangunan kampus ITB masih dalam tahap pembahasan dengan kementerian terkait.
Namun, kata dia, respons Presiden Joko Widodo akan hal itu sebagai baik.
Nasir berharap, pembebasan lahan dapat secepatnya dituntaskan, mengingat pembangunan itu sudah direncanakan sejak 2016.
"Lahannya ada, kebutulan lahan kosong. Ini ke depan, kita kerjasamakan semuanya, bisa kita dorong, dan Bapak Presiden merespons positif. Ini adalah untuk menjadikan ikon pendidikan tinggi global," kata dia.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan pembangunan kampus ITB di Walini untuk menjawab tantangan pendidikan teknik di Indonesia.
Pasalnya, katanya, saat ini Indonesia kekurangan tenaga ahli dalam bidang teknik apabila dibandingkan dengan negara lainnya di Asia.
"Nah Indonesia dibanding Malaysia, Filipina, Thailand apalagi Singapura kita jauh di bawah, apalagi Wietnam, Korea Selatan tertinggi," ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengusulkan pembangunan tersebut ke kementerian terkait dan kemudian langsung dilaksanakan rapat terbatas kabinet pada 23 November 2016.
Dengan lahan yang ada sekarang, kata dia, sulit bagi ITB untuk mencetak lebih banyak lulusan yang bergerak di bidang teknik.
Untuk bersaing dengan Malaysia dan Singapura pun, katanya, tergolong berat.
"Nah kampus ITB yang ada di Ganesha hanya 28 hektare, sedangkan di perguruan tinggi sama-sama teknik di Malaysia 1.000 hektare, Thailand 1.100 hektare. Jadii kalau kita mau bersaing dengan mereka tidak mungkin dengan lahan yang terbatas," kata dia.
Apabila pembangunan sudah terealisasi, katanya, kampus ITB di Ganesha akan tetap menjadi kampus utama.?
"Di dalamnya (ITB Walini, red.) juga akan dibangun pusat yang namanya `living learning comunity`, jadi ada mahasiswa, dosen, ada karyawan tinggal di situ. Jadi asrama dibangun, perumahan dosen dibangun, termasuk juga aktivitas pendukung lainnya, tempat olahraga, makan, dan lain-lain," katanya. (KR-ASP).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018