Bandung (Antaranews Jabar)- Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Cianjur, Jawa Barat, secara ketat melakukan pengawasan terhadap ketersediaan bahan pokok di sejumlah pasar di wilayah tersebut.

Ketua Tim Satgas Pangan Cianjur, AKP Benny Cahyadi pada wartawan Minggu mengatakan, pihaknya juga meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan sejumlah instansi terkait seperti dinas perdagangan dan dinas kesehatan.

"Ada beberapa hal yang menjadi fokus kami seperti pengawasan distribusi, penimbunan barang dan permainan harga di lapangan. Ini akan kami minimalisir agar tidak terjadi di wilayah Cianjur," katanya.

Untuk memudahkan proses pengawasan tambah dia, pihaknya telah membentuk tim yang setiap pekan melakukan pengecekan dan pendataan berbagai kebutuhan pokok yang ada di semua pasaran baik pasar tradisional maupun pasar modern.

Memasuki hari kelima puasa, tutur dia, untuk harga kebutuhan pokok di pasaran masih normal dan tidak ada indikasi terjadinya pelanggaran.

"Hingga saat ini masih terpantau normal tidak ada indikasi pelanggaran, kami bersama tim gabungan rutin melakukan sidak ke pasar, baik pasar tradisional maupun modern," katanya.

Sementara Pemkab Cianjur, tidak dapat berbuat banyak karena harga jual minimal daging ayam dikendalikan pemerintah pusat. Sedangkan peternak terpaku pada patokan harga yang ditetapkan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar).

Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Cianjur Himam Haris, mengatakan, hal tersebut membuat pemda hanya bisa mengimbau para peternak dan pedagang untuk lebih menyesuaikan harga.

"Saat ini harga DOC yang mahal Rp7000 perekor, masih terus mempengaruhi harga daging ayam. Kondisi tersebut membuat pemerintah sulit untuk mengendalikan harga di pasaran," katanya.

Dia menambahkan, jumlah tersebut terbilang tinggi dari HET yang telah ditetapkan Rp34000 perkilogram, namun pihaknya mengharapkan setidaknya pedagang dapat menekan harga hingga Rp36000 perkilogram.

Pihaknya mencatat di Cianjur, terdapat 29 peternak besar yang dapat memasok kebutuhan pasar, namun peternak besar lebih banyak memasok hasil ternak ke wilayah Jabotabek dibandingkan ke tingkat lokal.

"Perkiraan kami hanya 10 persen hasil ternak dari mereka yang dipasok ke pasar lokal. Sejauh ini peternak rakyat yang lebih banyak memasok untuk kebutuhan lokal," katanya.

Dia menambahkan, seharusnya peternak besar menyadari kalau mereka membuka usaha di Cianjur, dapat memberikan fasilitas untuk wwarga lokal terlebih dahulu sebelum menjual keluar.

"Tidak hanya daging ayam, saat ini dinas sedang mengupayakan penekanan harga komoditas telur ayam. Telur ayam saat ini dijual Rp26.500 perkilogram, tapi dinas berupaya agar harga dapat ditekan hingga Rp22.000 perkilogram," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018