Bandung (Antaranews Jabar) - Program Milk Collection Point (MCP) atau tempat penampungan susu sementara berbasis digital hasil kerja sama PT Frisian Flag Indonesia dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan membantu peternak menghasilkan susu berkualitas.
"Selama ini peternak sapi perah sering abai dalam tata kelola pemerahan sehingga susu yang dihasilkan berkualitas jelek. Tapi program ini membuat peternak sadar bahwa ketika menghasilkan susu berkualitas baik dapat meningkatkan pendapatan," kata Manajer Fasilitas untuk Kewirausahaan dan Keamanan Pangan Berkelanjutan PT Frisian Flag Indonesia Akhmad Sawaldi di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Akmad mengatakan, susu berkualitas baik dapat diketahui dari rendahnya jumlah Total Plate Count (TPC) atau jumlah bakteri yang terkandung dalam susu segar atau sekitar 300.000 mikroba. Sebelum ada program MCP, jumlah TPC dapat mencapai 7 juta hingga 8 juta bakteri.
Untuk mendapatkan susu berkualitas, peternak harus memenuhi empat unsur standard operasional prosedur sebelum dibawa ke MCP untuk dilakukan penimbangan. Pertama, peternak harus membersihkan dan mengeringkan puting (ambing) sapi dengan benar sebelum memerah susu.
Ambing sapi yang kering dan bersih juga dapat memastikan akan lebih sedikit bakteri atau benda asing lain yang masuk ke dalam susu.
Kedua, peternak harus membersihkan wadah penampung susu setelah pemerahan. Wadah yang tidak bersih dapat dipastikan mengandung bakteri berbahaya. Sebab, sisa susu yang menempel akan menggumpal dan berakhir menjadi bakteri.
Ketiga, susu harus disaring sebelum dimasukkan ke dalam wadah. Selain memastikan wadah harus higienis, peternak sapi perah perlu menggunakan saringan bersih sebelum susu dimasukkan ke dalam wadah itu. Penyaringan dilakukan untuk memastikan tidak ada benda asing yang masuk dan berpotensi merusak susu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Selama ini peternak sapi perah sering abai dalam tata kelola pemerahan sehingga susu yang dihasilkan berkualitas jelek. Tapi program ini membuat peternak sadar bahwa ketika menghasilkan susu berkualitas baik dapat meningkatkan pendapatan," kata Manajer Fasilitas untuk Kewirausahaan dan Keamanan Pangan Berkelanjutan PT Frisian Flag Indonesia Akhmad Sawaldi di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Akmad mengatakan, susu berkualitas baik dapat diketahui dari rendahnya jumlah Total Plate Count (TPC) atau jumlah bakteri yang terkandung dalam susu segar atau sekitar 300.000 mikroba. Sebelum ada program MCP, jumlah TPC dapat mencapai 7 juta hingga 8 juta bakteri.
Untuk mendapatkan susu berkualitas, peternak harus memenuhi empat unsur standard operasional prosedur sebelum dibawa ke MCP untuk dilakukan penimbangan. Pertama, peternak harus membersihkan dan mengeringkan puting (ambing) sapi dengan benar sebelum memerah susu.
Ambing sapi yang kering dan bersih juga dapat memastikan akan lebih sedikit bakteri atau benda asing lain yang masuk ke dalam susu.
Kedua, peternak harus membersihkan wadah penampung susu setelah pemerahan. Wadah yang tidak bersih dapat dipastikan mengandung bakteri berbahaya. Sebab, sisa susu yang menempel akan menggumpal dan berakhir menjadi bakteri.
Ketiga, susu harus disaring sebelum dimasukkan ke dalam wadah. Selain memastikan wadah harus higienis, peternak sapi perah perlu menggunakan saringan bersih sebelum susu dimasukkan ke dalam wadah itu. Penyaringan dilakukan untuk memastikan tidak ada benda asing yang masuk dan berpotensi merusak susu.
Terakhir, susu perahan pertama harus dibuang. Artinya, sebelum memerah susu sapi, petani perlu memastikan kandang sapi, alat, dan tangan peternak harus bersih. Susu pertama yang dihasilkan dari pemerahan pertama perlu dibuang karena biasanya mengandung banyak bakteri. Susu ini tidak akan memenuhi syarat sebagai susu berkualitas di MCP.
"Empat aspek itu yang biasanya jarang dilakukan oleh peternak. Maka hasil susunya pun buruk dan berujung pada nilai jual yang rendah saat dibawa ke MCP," kata Akhmad Sawaldi.
Seorang peternak, Torsiwan Harsa (47), mengatakan, setelah mengikuti program MPC dirinya termotivasi untuk meningkatkan kualitas susu agar memiliki nilai jual tinggi. Setiap hari ia menyetorkan sekitar 50 liter lebih susu dari lima sapi yang ia miliki.
"Saya jadi mengetahui tata cara pengolahan yang berbeda dan sangat membantu. Kualitas produksi kami baik dan harga susu bisa naik. Dulu paling satu juta lima ratus ribu sampai dua juta per bulan, kini bersihnya tiga jutaan, lumayan naikknya," katanya.
"Empat aspek itu yang biasanya jarang dilakukan oleh peternak. Maka hasil susunya pun buruk dan berujung pada nilai jual yang rendah saat dibawa ke MCP," kata Akhmad Sawaldi.
Seorang peternak, Torsiwan Harsa (47), mengatakan, setelah mengikuti program MPC dirinya termotivasi untuk meningkatkan kualitas susu agar memiliki nilai jual tinggi. Setiap hari ia menyetorkan sekitar 50 liter lebih susu dari lima sapi yang ia miliki.
"Saya jadi mengetahui tata cara pengolahan yang berbeda dan sangat membantu. Kualitas produksi kami baik dan harga susu bisa naik. Dulu paling satu juta lima ratus ribu sampai dua juta per bulan, kini bersihnya tiga jutaan, lumayan naikknya," katanya.
Proyek subsidi
PT Frisian Flag Indonesia mengembangkan lima MCP di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Akhmad Sawaldi mengatakan, program itu ini merupakan proyek subsidi dari perusahaan Belanda Friesland Campina melalui FFI bekerja sama dengan Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan dalam hal meningkatkan kualitas susu dari sapi perah.
"Dalam peningkatan kualitas susu, program MCP tidak hanya melihat dari sisi sapi, namun objek yaitu peternak atau pemerah. Melihat apakah peternak di KPBS Pangalengan melakukan pemerahan benar atau tidak," katanya.
Menurut dia, hadirnya lima MCP memfasilitasi peternak sapi perah mendapatkan penilaian kualitas dan harga susu yang adil sebab sebelum MCP dikembangkan, susu dari peternak yang memiliki kualitas baik maupun rendah dihargai sama.
Kini peternak dapat bersaing untuk mendapatkan harga maksimum yakni Rp5.000/liter dari sebelumnya hanya Rp4.300. Angka tersebut dapat tercapai apabila jumlah bakteri yang terkandung dalam susu segar, rendah. Semakin rendah angka TPC, semakin tinggi kualitas susu segar dan susu akan dihargai lebih tinggi.
MCP ini pertama kali dikembangkan pada 2015 namun masih berupa percontohan. Seiring berjalannya waktu, pada 2017 jumlah MCP mencapai lima unit. Hingga saat ini, sebanyak 806 peternak sapi perah telah difasilitasi oleh lima MCP yang dilengkapi dengan sistem barcode digital.
Sistem ini membantu peternak sapi perah untuk mendapatkan penilaian yang valid untuk penetapan harga susu yang adil. Setelah peternak sapi perah membawa susu hasil produksinya ke MCP, sistem digital pada MCP akan menghitung jumlah bakteri yang terkandung dalam susu segar (TPC).
MCP juga akan memudahkan peternak sapi perah untuk mendapatkan akses digital ke data susu mereka, termasuk analisis data TPC dan komposisi susu. Sistem barcode digital juga diharapkan dapat menghindari kesalahan manusia dalam memasukkan data serta mengurangi limbah kertas.
"Penerapan teknologi tersebut bisa membawa para peternak mengerti bahwa susu harus berkualitas bagus. Juga menaikkan harga jual dari petani hingga 10-15 persen," kata Akhmad.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018