Antarajabar.com - Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mencatat sejak Januari hingga April 2017 telah terjadi 333 kali bencana.
        
Bencana sebanyak itu, yaitu tanah longsor sebanyak 136 kali, banjir 67 kali, angin puting beliung 58 kali, kebakaran 68 kali, gempa bumi 3 kali dan gelombang pasang sekali.
        
"Adapun bencana tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak 11 orang, 4 orang hilang atau belum ditemukan, 38.820 orang luka dan mengungsi sebanyak 1.268 orang," kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dalam siaran persnya, Minggu.
         
Sedangkan kerusakan fisik berupa rumah, mulai dari kerusakan ringan hingga berat jumlahnya sebanyak 7.995 rumah, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp18 miliar.
        
Pada Minggu pagi Deddy Mizwar menghadiri Halal Bihalal Potensi SAR Lintas Komunitas di Mako Brimob Resimen II Pelopor Kedung Halang Bogor.
        
Berangkat dari hal-hal tersebut, Wagub Jabar mengajak masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan terhadap segala kemungkinan bencana yang bisa terjadi.
        
"Mengingat terjadinya bencana yang disebabkan oleh faktor alam atau non-alam merupakan peristiwa yang sulit untuk diperkirakan secara tepat dan pasti, maka kita harus tingkatkan kesiapsiagaan, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan bencana," kata dia.
        
Kesiapsiagaan, kata Deddy, harus dilakukan dengan terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, mulai dari tahap pra-bencana, pada saat terjadi bencana, sampai dengan pasca-bencana, termasuk dengan menambah dan memperkuat kampung-kampung Siaga Bencana sehingga risiko dapat diminimalisir.
        
"Dengan demikian, kesiapsiagaan terkait sumber daya dan peralatan menjadi sebuah keniscayaan agar kita semua dapat memberikan respon secara cepat dan tepat," kata Deddy.
        
Terutama pada masa tanggap darurat atau 72 jam pertama yang meliputi pendataan secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan kepada kelompok rentan, serta upaya pemulihan prasarana dan sarana vital.
        
Karena itu selain peningkatan upaya kesiapsiagan, kepedulian terhadap lingkungan pun perlu terus disosialisasikan, terlebih bila melihat Jawa Barat sebagai provinsi yang punya potensi tinggi untuk terjadinya bencana.
        
"Dari 135 pergerakan tanah yang terjadi di Indonesia, 111 diantaranya terjadi di Jawa Barat," katanya.
        
Ia menuturkan mengingat pula semakin bertambahnya jumlah penduduk, serta pembangunan yang pesat maka pembangunan yang ada perlu memperhatikan daya dukung lingkungan.
        
Deddy menambahkan, daya dukung lingkungan ditentukan oleh kapasitas alam dalam menyediakan sumber daya, dan ruang bagi kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya sehingga diperlukan kelestarian alam untuk menjaganya.
        
Karena itu, dengan tingginya potensi bencana alam di Jawa Barat, ditambah dengan pertumbuhan  penduduk serta pembangunan yang pesat, maka menjaga alam demi terbentuknya daya dukung lingkungan yang baik, perlu diusahakan semua pihak. Diharapkan potensi terjadinya bencana akibat efek pembangunan dapat setidaknya diminimalisir.

         "Sudah daerah bencana tinggi, kita jangan mengabaikan daya dukung lingkungannya," ujar Deddy.

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017