Antarajabar.com - Sebanyak 28 penampil bakal mengisi acara selama gelaran Rainforest World Music Festival 2017, 14 - 16 Juli mendatang di Kampung Budaya, Sarawak, Malaysia.

    Berikut akan disampaikan secara singkat profil para penampil tersebut berdasarkan urutan abjad.
   
  1. Achanak (India / UK)



        Achanak, adalah pemenang berbagai penghargaan seni, lahir pada 1989. Ia adalah salah satu yang menyajikan gelombang baru Bhangra, yakni menggabungkan vokal dan perkusi tradisional India menyatu dalam ritme tari barat yang energik.

    Achanak sedikit dari grup musik dan tari era 1990, yang akan melanjutkan penampilannya di RWMF 2017. Dari beberapa album yang dihasilkan, tujuh diantaranya menghasilkan Platinum, bahkan salah satunya, Double Platinum.
 
    2. Abavuki (Afrika Selatan)



    Grup ini adalah menunjukkan Jazz Afrika yang "bertenaga", dari Langa, Cape Town, dengan pengaruh afro-beat grooves.

    Para musisinya pandai memainkan beragam alat musik, dan musik mereka dipengaruhi oleh kwaito, samba, jazz dan ritme-ritme tradisional, yang diterjemahkan dalam bentuk yang lebih moderen, menggunakan marimba, perkusi dan instrumen brass.

   Arti dari "abavuki" dalam bahasa Xhosa, adalah "Bangun, Pagi-pagi". Musik yang penuh energi.
   
   3. At Adau (Sarawak)



      At Adau adalah generasi muda musisi Sarawak yang menjuarai Kuching Waterfront Festival  Award 2016. At Adau sesungguhnya grup yang penuh ekperimen dalam musik dunia yang didasari oleh suara dari alat musik tradisional seperti sape dan perutong, mencampurnya dalam ritme yang kontemporer serta drum suku.

4. Ba Cissoko (Ginuea)



    Ba Cissoko adalah anak dari musisi terkenal M'Bady Kouyate  Ia mendirikan band sendiri pada 1999 yang melibatkan sepupu-sepupunya. Ia sosok yang multitalenta dalam bermusik dan bernyanyi dalam bahasa Malinke, Wolof, Pulaar dan French.

    Musik Ba Cissoko menggabungkan lagu Mandingo dengan salsa, rumba, funk, jazz, rhythm n' blues, tanpa melupakan harmonisasi musik yang berusia ribuan tahun darimana ia berasal.

5. Bitori (Cape Verde)



    Bitori, adalah seorang legenda Funana. Funana sebelumnya adalah musik yang dilarang di Cape Verde. Musiknya memberi keriangan dan ditulari oleh musik tari "funana", yang dilarang selama masa Portugis.
  
     Bitori kini berusia hampir 80 tahun, dan pertunjukannya selalu menarik dan energik untuk ditunggu..

6. Calan (Wales)



    Calan terdiri dari lima musisi muda Wales yang memberi kesegaran dan getaran baru di musik tradisional Wales. Dengan pendekatan kontemporer, mereka meniupkan nafas baru ke sisi tradisional tersebut melalui suara kaki, melodi yang melengking, yang menampilkan tarian langkah orang-orang Wales.

   Mereka juga membunyikan nada melalui beberapa gulungan tua, menari secara cepat, serta terompet pipa dengan aransemen yang terus meningkat sebelum bertemu dalam nyanyian yang sangat indah. Calan satu-satunya band asal Wales yang mendapat piala pada festival musik tradisional Lorient di Brittany, Perancis.

7. Cimarron (Kolombia)



    Dari Llanos Orientales, provinsi di Kolombia, CimarrĂ³n akan menampilkan "joropo",  sebuah permainan musik yang luar biasa gabungan nada dan ritme yang energik dari daratan Andalusia, suku Indian dan Afrika.

    Cimarron dinahkodai oleh Carlos Rojas. Cimarron meraih penghargaan sebagai Album Latin Terbaik 2012 oleh Independent Music Awards.Masuk dalam nominasi Best Album Latin, Best Instrumental Song, Best Latin Song, Best Music Video pada Grammy Awards 2005. Juga masuk nominasi album tradisional terbaik di Lusnas Del Auditorio 2014.

Pewarta:

Editor : Imansyah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017