Antarajabar.com - Gerakan Penanggulangan Narkoba dan AIDS (GPNA) Cianjur, Jawa Barat, mencatat pengidap kelainan seksual Laki-laki Suka laki-laki (LSL) atau gay di wilayah tersebut, terus bertambah, dimana usia SMP dan SMA/SMK menjadi target LSL, untuk memuaskan nafsu seksnya.

GPNA mencatat sejak tahun 2014 hingga akhir 2015, ada 3.283 orang LSL di Cianjur, bahkan pertiga bulan ditemukan 300 LSL baru dan mayoritas masih umur sekolah. Sedangkan data yang dicatat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Cianjur, jumlah LSL di Cianjur, mencapai 1.030 orang yang terdiri dari berbagai kalangan.

Sekretaris KPA Cianjur Hilman di Cianjur, Senin, mengatakan data yang masuk merupakan LSL yang sudah membuka jati dirinya namun masih banyak yang masih menutup diri.

"Mereka yang menutup diri ini, sulit untuk diawasi dan rentan menularkan penyakit yang dideritanya," kata Hilman.

Dia menjelaskan, penyebaran perilaku seks menyimpang tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, namun sudah sampai ke wilayah selatan, sehingga kondisinya sangat mengkhawatirkan, dimana target LSL tersebut, laki-laki berumur 25 tahun ke bawah.

"Ketika mereka sudah berhubungan dengan pengidap seks menyimpang, kemungkinan besar dalam waktu tertentu mereka akan menjadi pelaku seks menyimpang, sehingga jumlahnya akan terus meningkat dan perilaku seks menyimpang akan meningkatkan jumlah penderita HIV/AIDS di Cianjur," katanya. Dia menuturkan, pendataan yang dilakukan sejak 2005 sampai 2016 tercatat ada 655 ODHA di Cianjur, 8 diantaranya merupakan anak usia 3 sampai 9 tahun, 12 orang usai 10 sampai 18 tahun dan ratusan lainnya berada diumur 18 sampai 40 tahun.

Sedang berdasarkan kelompok penyebab, ODHA di Cianjur 88 persen didominasi hubungan seksual dengan gonta ganti pasangan serta seks menyimpang, 11 persen terdiri dari pengguna narkoba dengan jarum suntik dan 1 persen faktor turunan.

Jumlah tersebut, tambah dia, akan terus mengalami peningkatan pada akhir tahun 2017 dan didominasi pelaku seks menyimpang.

"Untuk penderita didominasi dari kalangan lelaki suka lelaki. Dengan penularan melalui hubungan intim, tahun lalu mencapai 42 ODHA yang LSL," katanya.

Pihaknya menilai Cianjur saat ini, membutuhkan rumah cemara atau rumah singgah, dimana keberadaanya dapat memfasilitasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan untuk mempermudah pembinaan.

"Keberadaan rumah cemara dapat menjadi sarana berdialog dengan ODHA mempermudah pembinaan karena selama ini pembinaan terbatas akses, waktu dan lain-lain," katanya.

Keberadaan rumah cemara, tambah dia, dapat menumbuhkan rasa percaya diri para ODHA karena selama ini mereka menutup diri dari lingkungan karena adanya pandangan buruk. Meskipun pada awalnya akan menimbulkan perdebatan dari warga di sekitar rumah cemara, dalam jangka waktu tertentu keberadaan mereka akan diterima. 

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017