Antarajabar.com- Seratusan pedagang di Pasar Rakyat Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat, terpaksa berhenti berjualan karena sepinya pembeli meskipun pasar tersebut baru berdiri sejak satu tahun terakhir.

Jauhnya lokasi pasar baru dari pasar lama yang terbakar di pinggir jalan nasional Cianjur-Sukabumi itu, membuat pembeli malas untuk datang berbelanja, ditambah minimnya angkutan kota yang melintas di jalur tersebut karena dianggap tidak menguntungkan.

Ketua Dewan Perwakilan Pedagang (DPP) Pasar Rakyat Warungkondang, Enday Hendrayana, pada wartawan, Jumat, mengatakan, dari 220 pedagang yang pindah dari lokasi pasar lama, saat ini hanya tersisa 120 pedagang atau 60 persen, yang masih membuka kiosnya.

Sedangkan sisanya memilih untuk tutup karena sepinya pembeli dan tidak seimbangnya pendapat dengan pengeluaran sehari-hari. Sepinya pasar yang dibangun pemerintah daerah itu, ungkap dia, tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana penunjang seperti jalur angkutan kota, sehingga pembeli kesulitan untuk datang ke pasar tersebut.

"Satu persatu pedagang gulung tikar karena tdak ada jual beli sejak membuka usaha dipasar yang baru berdiri satu tahun terakhir. Bahkan satu blok yang berjualan pakaian, sudah tutup seluruhnya," kata Enday.

Dia menjelaskan, keberadaan pasar yang terletak jauh dari pasar lama, membuat pembeli sepi dan terkesan malas untuk datang ke pasar tersebut karena sulit mendapatkan angkutan dan lokasi pasar yang tidak terletak di jalan utama. Dampaknya, tutur dia, penghasilan pedagang setiap hari semakin menurun.

"Bahkan pedagang hanya mendapatkan uang RP 200 ribu perhari dengan keuntungan bersih sekitar Rp 30 ribu. Sebelumnya pendapatan pedagang di lokasi lama bisa mencapai Rp 1,2 juta perhari dengan keuntungan bersih yang tentunya cukup besar," katanya.

Dia menjelaskan, selama ini banyak pengendara angkutan umum yang menolak membawa penumpang ke arah pasar meskipun jalan yang dilalui sudah dibeton dan sangat layak untuk dilalui."Paling satu dua angkutan yang mau masuk ke pasar karena sudah disewa penumpang, kalau sengaja alasan pengemudi, pulangnya mereka tidak mendapat penumpang," katanya.

Sepinya pembeli sempat dikomunikasikan pedagang dalam audiensi dengan berbagai pihak di Pemkab Cianjur, sampai melakukan aksi unjuk rasa dan terakhir pedagang menolak membayar retribusi sebagai bentuk protes ketidakpuasan terharap pemerintah yang tidak kunjung merealisasikan janjinya.

"Janji pihak pemerintah sebelum kami dipindahkan, akan meramaikan pasar termasuk dengan mengarahkan jalur angkutan kota ke depan pasar. Namun hingga saat ini, janji tersebut tidak pernah terbukti. Kami berharap janji tersebut segera dibuktikan untuk meramaikan pasar, jangan sampai pasar ini mati karena tidak ada pembeli," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017