Antarajabar.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meninjau lokasi rawayan atau jembatan gantung penghubung antara desa, yakni desa Karangbungur, Kecamatan Buahdua, dan Desa Ranggasari Kecamatan Surian, di Kabupaten Sumedang.
"Alhamdulillah teman-teman Vertikal Rescue Indonesia membangun rawayan yang ke-20. Sengaja saya melihat kalau biasanya saya melihat setelah beres yah, sekarang justru di awal kita melihat, untuk melihat pemasangan landasan untuk mengikat tali sling jembatannya," kata Ahmad Heryawan dalam siaran persnya, Rabu.
Gubernur yang akrab disapa Aher ini menuturkan pembangunan jembatan ini merupakan sumbangsih tim Vertikal Rescue Indonesia dalam programnya yakni 1.000 Jembatan di Indonesia.
Ia menuturkan keberadaan rawayan ini pun menjadi penting sebagai akses penghubung kegiatan masyarakat kedua desa yang terpisahkan oleh sungai Cikandung.
"Aktivitas masyarakat terbantu meskipun demi keselamatan, penyebrangan dibatasi untuk tiga orang saja," kata dia.
Aher berharap kedepan karya anak bangsa dalam menebar manfaat bagi masyarakat banyak ini dapat menjadi standarisasi baru.
Dirinya menganggap temuan Jembatan karya vertikal Rescue adalah unik, praktis dalam pembuatannya, serta cocok untuk wilayah pelosok.
Pembuatan jembatan rawayan ini merupakan teknik yang biasa dipakai pemanjat tebing, kini teknik praktis tersebut diaplikasikan dalam pembuatan jembatan.
"Saya melihat kedepan harus ada langkah standarisasi. Maksudnya adalah gini, bukan menggunakan standar yang ada di PU, di Bina Marga, tapi ini sebagai temuan teman-teman Vertikal Rescue Indonesia distandarisasi menjadi temuan baru," ujarnya.
Komandan Vertikal Rescue Indonesia Tedi Ixdiana menjelaskan bahwa material yang pokok yang dibutuhkan dalam pembangunan rawayan diantaranya Sling baja, beberapa baut dan besi, ditambah pijakan bambu yang dianyam digarap bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
"Kenapa kita pakai bambu, supaya memberdayakan masyarakat juga, kalau dalam perawatannya jembatan ini butuh pergantian masyarakat bisa menggantinya sendiri. Tapi kalau pakai besi atau bahan yang susah kan kalau terjadi kerusakan masyarakat akan lebih repot," ujarnya.
Sementara untuk pondasi tidak menggunakan beton, atau cor, tapi menggunakan batu yang ada di sekitar, dan ditanam sekitar 1,5 sampai 2 meter, untuk satu titik pondasinya.
"Satu jembatan bisa terdiri dari 10-12 pancang batu yang ditanam. Ada batu besar saja, kita cari batu disekitar," katanya.
Selanjutnya Tedi menuturkan saat ini dirinya memiliki data bahwa ada 200 lokasi yang tersebar di Jawa Barat, yang perlu untuk segera dibangun rawayan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
"Alhamdulillah teman-teman Vertikal Rescue Indonesia membangun rawayan yang ke-20. Sengaja saya melihat kalau biasanya saya melihat setelah beres yah, sekarang justru di awal kita melihat, untuk melihat pemasangan landasan untuk mengikat tali sling jembatannya," kata Ahmad Heryawan dalam siaran persnya, Rabu.
Gubernur yang akrab disapa Aher ini menuturkan pembangunan jembatan ini merupakan sumbangsih tim Vertikal Rescue Indonesia dalam programnya yakni 1.000 Jembatan di Indonesia.
Ia menuturkan keberadaan rawayan ini pun menjadi penting sebagai akses penghubung kegiatan masyarakat kedua desa yang terpisahkan oleh sungai Cikandung.
"Aktivitas masyarakat terbantu meskipun demi keselamatan, penyebrangan dibatasi untuk tiga orang saja," kata dia.
Aher berharap kedepan karya anak bangsa dalam menebar manfaat bagi masyarakat banyak ini dapat menjadi standarisasi baru.
Dirinya menganggap temuan Jembatan karya vertikal Rescue adalah unik, praktis dalam pembuatannya, serta cocok untuk wilayah pelosok.
Pembuatan jembatan rawayan ini merupakan teknik yang biasa dipakai pemanjat tebing, kini teknik praktis tersebut diaplikasikan dalam pembuatan jembatan.
"Saya melihat kedepan harus ada langkah standarisasi. Maksudnya adalah gini, bukan menggunakan standar yang ada di PU, di Bina Marga, tapi ini sebagai temuan teman-teman Vertikal Rescue Indonesia distandarisasi menjadi temuan baru," ujarnya.
Komandan Vertikal Rescue Indonesia Tedi Ixdiana menjelaskan bahwa material yang pokok yang dibutuhkan dalam pembangunan rawayan diantaranya Sling baja, beberapa baut dan besi, ditambah pijakan bambu yang dianyam digarap bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
"Kenapa kita pakai bambu, supaya memberdayakan masyarakat juga, kalau dalam perawatannya jembatan ini butuh pergantian masyarakat bisa menggantinya sendiri. Tapi kalau pakai besi atau bahan yang susah kan kalau terjadi kerusakan masyarakat akan lebih repot," ujarnya.
Sementara untuk pondasi tidak menggunakan beton, atau cor, tapi menggunakan batu yang ada di sekitar, dan ditanam sekitar 1,5 sampai 2 meter, untuk satu titik pondasinya.
"Satu jembatan bisa terdiri dari 10-12 pancang batu yang ditanam. Ada batu besar saja, kita cari batu disekitar," katanya.
Selanjutnya Tedi menuturkan saat ini dirinya memiliki data bahwa ada 200 lokasi yang tersebar di Jawa Barat, yang perlu untuk segera dibangun rawayan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017