Antarajabar.com - Prestasi membanggakan berhasil diciptakan oleh atlet renang "low vision" dari Kalimantan Timur, Laras Safitri Permata S, pada Peparnas XV/2016 Jawa Barat, yakni berhasil menyabet dua medali emas untuk nomor 100 meter gaya bebas S12 dan 50 meter gaya dada S12.
"Enggak nyangka banget, sampai sekarang masih enggak percaya, `speechles` pokoknya kalau aku bisa seperti ini (meraih dua medali emas Peparnas XV)," kata Laras Safitri Permata S, di arena kolam renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Selasa.
Menurut dia, bisa meraih dua medali emas cabang olahraga renang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016, adalah pencapaian atau prestasi tertinggi dirinya dalam dunia olahraga.
"Sebelumnya aku ikut kejurnas renang difabel di Solo, tahun 2015 dan itu dapat emas juga. Tapi prestasi di Peparnas ini bisa dikatakan pencapaian tertinggi aku sampai saat ini," kata dia.
Dua medali emas yang diraihnya, kata Laras, ia persembahkan secara khusus untuk sang ibu Endang Ontosiang yang tidak pernah berhenti mendukung langkahnya selama ini.
"(Medali) emas ini aku dedikasikan untuk ibu aku yang sejak kecil, sudah berjuang keras membesarkan aku dan dua saudara aku lainnya sendirian," kata Laras yang tercatat sebagai mahasiswa semester akhir jurusan pendidikan bahasa inggris IAIN Surakarta.
Ia menuturkan butuh waktu dua tahun bagi dirinya agar bisa ikut serta dan menorehkan prestasi di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat.
"Dua tahun lalu, aku sama sekali enggak bisa berenang, sampai akhir hari ini aku bisa ada di sini ikut Peparnas. Dua tahun pula aku berlatih keras dari Senin sampai Sabtu," kata dia.
Ia menuturkan awal mula dirinya tertarik dengan olahraga renang adalah karena ajakan teman-temannya.
"Aku itu sebenarnya tipe orang yang males ikut kegiatan di luar, sampai suatu ketika teman yang juara renang ngajakin renang ke aku. Dan aku berpikir, aku juga ingin seperti dia bisa meraih prestasi," kata dia.
Bagi seorang difabel low vision, lanjut dia, untuk belajar renang bukanlah hal yang mudah karena untuk mengajarkan seorang difabel low vision berenang dibutuhkan kesabaran yang besar.
"Ngelatih perenang low vision itu kalau aku bilang susah-susah gampang karena pelatihan kita harus sabar banget karena si pelatih itu benar-benar mempraktikkan langsung ke kita. Kalau misalnya belajar gaya bebas, tangannya harus gerak bagaimana itu harus benar-benar turun ke kita si pelatihnya," kata dia.
Laras berharap prestasi yang ditorehkan oleh dirinya di Peparnas XV bukanlah prestasi terakhir yang diciptakannya dalam dunia olahraga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Enggak nyangka banget, sampai sekarang masih enggak percaya, `speechles` pokoknya kalau aku bisa seperti ini (meraih dua medali emas Peparnas XV)," kata Laras Safitri Permata S, di arena kolam renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Selasa.
Menurut dia, bisa meraih dua medali emas cabang olahraga renang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016, adalah pencapaian atau prestasi tertinggi dirinya dalam dunia olahraga.
"Sebelumnya aku ikut kejurnas renang difabel di Solo, tahun 2015 dan itu dapat emas juga. Tapi prestasi di Peparnas ini bisa dikatakan pencapaian tertinggi aku sampai saat ini," kata dia.
Dua medali emas yang diraihnya, kata Laras, ia persembahkan secara khusus untuk sang ibu Endang Ontosiang yang tidak pernah berhenti mendukung langkahnya selama ini.
"(Medali) emas ini aku dedikasikan untuk ibu aku yang sejak kecil, sudah berjuang keras membesarkan aku dan dua saudara aku lainnya sendirian," kata Laras yang tercatat sebagai mahasiswa semester akhir jurusan pendidikan bahasa inggris IAIN Surakarta.
Ia menuturkan butuh waktu dua tahun bagi dirinya agar bisa ikut serta dan menorehkan prestasi di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat.
"Dua tahun lalu, aku sama sekali enggak bisa berenang, sampai akhir hari ini aku bisa ada di sini ikut Peparnas. Dua tahun pula aku berlatih keras dari Senin sampai Sabtu," kata dia.
Ia menuturkan awal mula dirinya tertarik dengan olahraga renang adalah karena ajakan teman-temannya.
"Aku itu sebenarnya tipe orang yang males ikut kegiatan di luar, sampai suatu ketika teman yang juara renang ngajakin renang ke aku. Dan aku berpikir, aku juga ingin seperti dia bisa meraih prestasi," kata dia.
Bagi seorang difabel low vision, lanjut dia, untuk belajar renang bukanlah hal yang mudah karena untuk mengajarkan seorang difabel low vision berenang dibutuhkan kesabaran yang besar.
"Ngelatih perenang low vision itu kalau aku bilang susah-susah gampang karena pelatihan kita harus sabar banget karena si pelatih itu benar-benar mempraktikkan langsung ke kita. Kalau misalnya belajar gaya bebas, tangannya harus gerak bagaimana itu harus benar-benar turun ke kita si pelatihnya," kata dia.
Laras berharap prestasi yang ditorehkan oleh dirinya di Peparnas XV bukanlah prestasi terakhir yang diciptakannya dalam dunia olahraga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016