Antarajabar.com- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat sepanjang Februari 2016 penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menyerang 2.895 orang dan sebanyak 24 orang meninggal dunia karena penyakit ini.
"Jumlah pasien atau penderita DBD pada bulan Februari 2016 lebih sedikit daripada total pasien pada bulan Januari 2016 yang mencapai 3.740 orang dan 62 orang meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati di Bandung, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa jumlah warga yang terjangkit penyakit DBD pada bulan Februari 2016 jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penderita DBD Februari 2015, yakni sebanyak 2.692 orang dan 26 orang meninggal dunia.
Alma menuturkan bahwa kasus DBD terbanyak selama Februari 2016 terjadi di Kota Bekasi, yakni sebanyak 507 orang terserang penyakit tersebut dan tujuh orang meninggal dunia.
"Daerah kedua yang temuan kasus DBD-nya cukup tinggi sepanjang Februari 2016 adalah Kota Bandung dengan perincian sebanyak 499 orang terserang penyakit ini dan satu orang meninggal dunia," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah daerah di Provinsi Jawa Barat yang tidak ditemukan kasus penyakit DBD sepanjang Februari 2016, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bekasi.
Untuk mencegah penyakit DBD, lanjut dia, pihaknya mewajibkan setiap rumah memiliki kader juru pemantau jentik (jumantik) sebagai langkah pencegahan dini terhadap wabah penyakit DBD.
"Sebaiknya disarankan agar setiap rumah bisa bapaknya, ibunya, atau anaknya. Itu harus memiliki kader jumantik. Selama ini sudah ada tetapi itu yang mengelola pokja di tiap tingkat RT/RW," katanya.
Berdasarkan hasil analisis, dinyatakan bahwa dalam kurun waktu antara Desember 2015 dan Januari 2016 adalah puncak dari wabah DBD.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau setiap warga melakukan tindak pencegahan dini penyakit DBD dengan melalukan Gerakan 3M, yakni menguras, menutup, mengubur tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Jumlah pasien atau penderita DBD pada bulan Februari 2016 lebih sedikit daripada total pasien pada bulan Januari 2016 yang mencapai 3.740 orang dan 62 orang meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati di Bandung, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa jumlah warga yang terjangkit penyakit DBD pada bulan Februari 2016 jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penderita DBD Februari 2015, yakni sebanyak 2.692 orang dan 26 orang meninggal dunia.
Alma menuturkan bahwa kasus DBD terbanyak selama Februari 2016 terjadi di Kota Bekasi, yakni sebanyak 507 orang terserang penyakit tersebut dan tujuh orang meninggal dunia.
"Daerah kedua yang temuan kasus DBD-nya cukup tinggi sepanjang Februari 2016 adalah Kota Bandung dengan perincian sebanyak 499 orang terserang penyakit ini dan satu orang meninggal dunia," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah daerah di Provinsi Jawa Barat yang tidak ditemukan kasus penyakit DBD sepanjang Februari 2016, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bekasi.
Untuk mencegah penyakit DBD, lanjut dia, pihaknya mewajibkan setiap rumah memiliki kader juru pemantau jentik (jumantik) sebagai langkah pencegahan dini terhadap wabah penyakit DBD.
"Sebaiknya disarankan agar setiap rumah bisa bapaknya, ibunya, atau anaknya. Itu harus memiliki kader jumantik. Selama ini sudah ada tetapi itu yang mengelola pokja di tiap tingkat RT/RW," katanya.
Berdasarkan hasil analisis, dinyatakan bahwa dalam kurun waktu antara Desember 2015 dan Januari 2016 adalah puncak dari wabah DBD.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau setiap warga melakukan tindak pencegahan dini penyakit DBD dengan melalukan Gerakan 3M, yakni menguras, menutup, mengubur tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016