Antarajabar.com - Organisasi sayap PDI Perjuangan yakni Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) Jawa Barat menyatakan Singapura memesan komoditas Ubi Cileumbu mencapai lima ton setiap minggu.
         
"Ini menunjukkan bahwa potensi komoditas pertanian kita sangat besar. Tinggal ke depannya ialah bisa memaksimalkan potensi ini," kata Ketua GANTI Jawa Barat Pamriyadi, usai beraudiensi dengan Kadin Jawa Barat, di Bandung, Jumat.
        
Ia mengatakan data permintaan Ubi Cilembu dari Singapura tersebut didapatkan oleh pihaknya dari seorang pengusaha industri agro asal Jawa Barat.
        
"Jadi pengusaha tersebut memberitahukan kepada kami bahwa potensi Ubi Cilembu untuk diekspor ke Singapura sangat besar dan Jawa Barat bisa memanfaatkan peluang ini," kata dia.
        
Pihaknya ke depan akan memanfaatkan peluang tersebut untuk bisa dimanfaatkan oleh para kelompok tani yang berada di bahwa naungan GANTI Jawa Barat.
        
Menurut dia, saat ini pihaknya akan melakukan studi banding ke Thailand untuk mempelajari ilmu agro bisnis dari negara tersebut.
        
"Kami ibaratnya akan mempelajari ilmu dari mereka karena Thailand itu mampu mengeluarkan produk pertaniannya ke pasar global," kata dia.
         
Melalui studi banding tersebut, kata dia, GANTI Jawa Barat diharapkan akan mampu mengadopsi dan mendapat pengetahuan untuk selanjutnya diterapkan di Jawa Barat.
        
"Istilahnya kita bisa mengadopsi cara di sana pada beberapa produksi untuk dikembangkan di Jabar," kata dia.
        
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Barat Agung Suryaman mengatakan rencana Gerakan Nelayan Tani Indonesia Jawa Barat yang akan melakukan studi banding ke Thailand harus bisa membuahkan hasil untuk peningkatan kualitas pertanian lokal.
        
Dikatakan Agung saat ini kualitas pertanian tidak hanya untuk petani, tetapi bagi pemegang kebijakan agar lebih strategis dan transparan, terlebih kaitannya dengan peningkatan daya saing Sumber Daya Alam yang dimiliki.
        
"Sehingga pemerintah harus berperan dan bagaimana pemerintah bisa mengatur dengan baik agar tidak ada perusahaan yang memonopoli di dalamnya," katanya.

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016