Antarajabar.com - Jembatan penghubung utama antar Desa Cirumput dan Desa Talaga di Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jabar, Kamis, amblas akibat diterjang air bah dari Sungai Bayabang yang terletak dibagian bawah jembatan peninggalan Belanda itu.
Kepala Desa Cirumput, Beni Irawan, saat dihubungi, mengatakan, ambruknya jembatan yang berusia puluhan tahun itu, ketika hujan turun deras dan debit air sungai meluap sserta mengikis tebing penyangga jembatan. Akibatnya jembatan sepanjang 7 meter itu ambruk dan tidak dapat dilalui kendaraan maupun warga yang berjalan kaki.
"Menjelang malam jembatan tiba-tiba ambruk setelah hujan agak reda, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut karena ketika itu aktifitas warga sepi. Usia jembatan ini sudah sangat tua dan keberadaanya pernah kami laporkan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur," katanya.
Tidak hanya jembatan Bayabang, tutur dia, pihaknya telah melaporkan keberadaan belasan jembatan penghubung antar desa yang membentang di jalan milik kabupaten itu. Namun hingga belasan tahun, laporan tersebut tidak pernah mendapat tanggapan pemerintah daerah.
"Sejak tahun 2014, kami melaporkan kondisi jembatan penghubung yang kondisinya rusak dan memprihatinkan. Namun hingga aat ini belum ada satupun yang diperbaiki. Harapan kami dinas terkait di Pemkab Cianjur, segera membangun kembali jembatan yang ambruk ini," katanya.
Dia menjelaskan, meskipun sedikit menganggu aktifitas warga dan roda perekonomian akibat ambruknya jembatan tersebut, warga harus memutar jalan ke arah yang lebih jauh dengan jarak tempuh yang cukup lama untuk sampai ke jalan protokol ataupun menuju kota Cianjur.
"Memang tidak memustukan roda perekonomian karena ada beberapa jalan alternatif untuk warga ketika hendak membawa hasil buminya ke kota. Namun jarak tempuh menjadi panjang dan lama," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
Kepala Desa Cirumput, Beni Irawan, saat dihubungi, mengatakan, ambruknya jembatan yang berusia puluhan tahun itu, ketika hujan turun deras dan debit air sungai meluap sserta mengikis tebing penyangga jembatan. Akibatnya jembatan sepanjang 7 meter itu ambruk dan tidak dapat dilalui kendaraan maupun warga yang berjalan kaki.
"Menjelang malam jembatan tiba-tiba ambruk setelah hujan agak reda, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut karena ketika itu aktifitas warga sepi. Usia jembatan ini sudah sangat tua dan keberadaanya pernah kami laporkan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur," katanya.
Tidak hanya jembatan Bayabang, tutur dia, pihaknya telah melaporkan keberadaan belasan jembatan penghubung antar desa yang membentang di jalan milik kabupaten itu. Namun hingga belasan tahun, laporan tersebut tidak pernah mendapat tanggapan pemerintah daerah.
"Sejak tahun 2014, kami melaporkan kondisi jembatan penghubung yang kondisinya rusak dan memprihatinkan. Namun hingga aat ini belum ada satupun yang diperbaiki. Harapan kami dinas terkait di Pemkab Cianjur, segera membangun kembali jembatan yang ambruk ini," katanya.
Dia menjelaskan, meskipun sedikit menganggu aktifitas warga dan roda perekonomian akibat ambruknya jembatan tersebut, warga harus memutar jalan ke arah yang lebih jauh dengan jarak tempuh yang cukup lama untuk sampai ke jalan protokol ataupun menuju kota Cianjur.
"Memang tidak memustukan roda perekonomian karena ada beberapa jalan alternatif untuk warga ketika hendak membawa hasil buminya ke kota. Namun jarak tempuh menjadi panjang dan lama," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016