Antarajabar.com - Anggota Fraksi PKS DPRD Jawa Barat Ridho Budiman mengimbau kepada masyarakat untuk bijak, dewasa dan bisa menerima warga yang menjadi pengikut ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) jika kembali ke daerah asalnya.
"Ya saya kira sikap dewasa, harus menerima mereka kemudian tentu saja diarahkan agar mereka kembali lagi ke ajaran agamanya semula. Seperti yang muslim kembali ke Islam," kata Ridho Budiman di Bandung, Selasa.
Ridho yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat ini mengatakan banyaknya warga yang menjadi pengikut Gafatar menunjukkan edukasi tentang paham sesat atau diluar ajaran agama tidak tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat.
"Ini harus lebih disosialisasikan oleh pihak-pihak terkait termasuk menjadi kewajiban MUI dan ormas-ormas keagamaan lainnya," ujar dia.
Menurut dia, keluarga bisa menjadi benteng pertama dan utama untuk mencegah masuknya paham-paham radikalisme atau sesat.
"Dan yang tidak kalah pentingnya juga kurikulum sekolah dan rumah tangga harus memiliki pemahaman dan memberikan pemahaman kepada anak-anaknya yang memadai, jangan sampai anak-anaknya yang punya idealisme tinggi tapi minim pengetahuan sehingga terseret aliran sesat seperti Gafatar," kata dia.
Dikatakan dia, edukasi tentang bahaya paham-paham radikalisme dan sesat bukan hanya tugas ulama atau MUI semata namun hal tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak.
"Kemudian para pendidik juga harus memberikan pemahaman yang memadai kepada generasi muda yang pada masa-masa mencari idealisme tiba-tiba mendapatkan alternatif yang sebetulnya tidak mereka pahami, termasuk ISIS," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Ya saya kira sikap dewasa, harus menerima mereka kemudian tentu saja diarahkan agar mereka kembali lagi ke ajaran agamanya semula. Seperti yang muslim kembali ke Islam," kata Ridho Budiman di Bandung, Selasa.
Ridho yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat ini mengatakan banyaknya warga yang menjadi pengikut Gafatar menunjukkan edukasi tentang paham sesat atau diluar ajaran agama tidak tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat.
"Ini harus lebih disosialisasikan oleh pihak-pihak terkait termasuk menjadi kewajiban MUI dan ormas-ormas keagamaan lainnya," ujar dia.
Menurut dia, keluarga bisa menjadi benteng pertama dan utama untuk mencegah masuknya paham-paham radikalisme atau sesat.
"Dan yang tidak kalah pentingnya juga kurikulum sekolah dan rumah tangga harus memiliki pemahaman dan memberikan pemahaman kepada anak-anaknya yang memadai, jangan sampai anak-anaknya yang punya idealisme tinggi tapi minim pengetahuan sehingga terseret aliran sesat seperti Gafatar," kata dia.
Dikatakan dia, edukasi tentang bahaya paham-paham radikalisme dan sesat bukan hanya tugas ulama atau MUI semata namun hal tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak.
"Kemudian para pendidik juga harus memberikan pemahaman yang memadai kepada generasi muda yang pada masa-masa mencari idealisme tiba-tiba mendapatkan alternatif yang sebetulnya tidak mereka pahami, termasuk ISIS," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016