Antarajabar.com - Kota Bandung akan melakukan perlebaran Jalan Pandu - Jalan Pasteur yang melintas di kompleks Pemakaman Pandu guna memecah kepadatan arus lalu lintas di Jalan Pajajaran Kota Bandung.

"Data Engineer Design (DED) pelebaran Jalan Pandu sudah dilakukan 2015, dan tahun 2016 ini tinggal proses pembebasan lahannya. Jalur itu untuk memecah kepadatan di Jalan Pajajaran," kata Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Iskandar Zulkarnain di Bandung, Jumat.

Menurut dia pelebasan jalan itu sudah dilakukan pengkajian, sesuai DED telah ada gambar konstruksi dan rencanya sudah sia. Pihaknya melakukan koordinasi dengan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung yang juga telah melakukan sosialisasi terkait rencana itu.

"Prinsipnya kita kita menunggu hasil persiapan dari lahan itu, kalau sudah siap akan langsung kerjakan," kata Iskandar.

Rencanana jalan yang akan menghubungkan Jalan Pajajaran ke Jalan Pasteur yang mengakses pintu tol Pasteur Purbaleunyi tersebut panjangna 509 meter. Sedangkan lebar jalannya tujuh meter serta trotoarnya masing-masing 2,5 meter.

"Rencananya Dinas Petamanan akan menata jalur jalan ini, trotoarnya akan dibuatkan dari rumput, dengan saluran air yang proporsional," kata Iskandar.

Lebih lanjut Iskandar Zulkarnain menyebutkan, Kota Bandung kesulitan untuk membuat jalan baru. Salah satunya tingginya harga ganti rugi tanah untuk jalan raya termasuk untuk pembebasan bangunan di sana.

Bahkan untuk perlebaran Jalan Pandu itu, juga terpaksa harus melakukan penggusuran sedikitnya 672-an makam di sisi jalan itu.

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung rencananya akan melakukan relokasi makam itu ke TPU Cikadut yang berlokasi di Kota Bandung bagian timur.

"Hasil verifikasi ada sekitar 672 yang akan dipindahkan, kami sudah melakukan sosialisasi kepada ahli warisnya," kata Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung Arief Prasetya.

Pemindaan makam itu, menurut dia akan dilakukan dengan anggaran dari Pemkot Bandung ke TPU Cikadut.

"Jalan itu sebenarnya telah ada sejak dulu dan cukup lebar, namun belakangan karena kebutuhan lahan makam mendesak maka menggunakan bahu jalan, sehingga menjadi sempit," kata Arief menambahkan. 



 

Pewarta: Syarif

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016