Antarajabar.com - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta maaf kepada Jatiwangi art Factory (JaF), organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Majalengka karena belum memberikan bantuan.
"Pertama saya ingin apresiasi kepada JaF ini, kedua saya ingin minta maaf karena hingga saat ini belum bisa ngasih apa-apa kepada mereka," kata Deddy Mizwar, usai menghadiri Festival Musik Keramik di Lapangan eks Pabrik Gula Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Rabu.
Ia mengaku salut dengan kegigihan komunitas seni tersebut yang tumbuh di tempat terpencil dan berhasil menghasilkan sebuah kesenian dari kerusakan alam sekitarnya.
"Jadi yang perlu kita respek ialah bagaimana upaya beberapa anak muda yang tidak pernah menyerah bahkan mengubah kerusakan alamnya menjadi peluangan ekonomi kreatif," kata dia.
Salah satu kreativitas seni yang dihasilkan oleh JaF, menurut dia adalah menciptakan musik keramik dan mengadakan festival musik keramik.
"Mereka menciptakan musik genteng, suling, gitar, semuanya dari genteng, beberapa personilnya bahkan sudah keliling dunia ke Amerika, Eropa dan Asia," kata dia.
Menurut dia, sejak berdiri hingga saat ini komunitas tersebut tidak pernah meminta bantuan (materi) kepada Pemkab Majalengka atau Pemprov Jawa Barat.
"Pemkab termasuk provinsi, belum ngasih bantuan karena mereka tidak pernah minta, semestinya tidak harus minta tapi kita akan dorong. Tahun ini atau tahun depan kita akan dorong (bantuan) dari bansos (Biro Pengembangan Sosial) dan dari Diskominfo Jabar," kata dia.
Pihaknya mengaku salut kepada JaF yang malah lebih dikenal di luar negeri seperti negara-negara di Benua Eropa dibandingkan di negaranya sendiri.
"Dengan adanya sosmed (sosial media), akhirnya seniman-seniman dari beberapa benua sengaja belajar ke Jatiwangi. Salah satunya dari seniman Polandia yang sengaja menggalang dana untuk mereka (JaF)," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pendiri Jatiwangi art Festibal, Ginggi Syarif Hasyim mengungkapkan komunitas seni yang didirikan olehnya pada 27 September 2005.
Ia mengatakan sejak tahun 2008 JaF bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian kontemporer yang kolaboratif dan saling menterhubungkan.
"JaF sendiri mempunyai Program Festival Residensi, Festival Video Residensi dan Festival Musik Keramik dua tahunan yang mengundang seniman dari berbagai disiplin ilmu dan negara untuk tinggal, berinteraksi, bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan Mmsyarakat Jatiwangi, serta meridian dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan dikabarkan kepada semua orang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015
"Pertama saya ingin apresiasi kepada JaF ini, kedua saya ingin minta maaf karena hingga saat ini belum bisa ngasih apa-apa kepada mereka," kata Deddy Mizwar, usai menghadiri Festival Musik Keramik di Lapangan eks Pabrik Gula Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Rabu.
Ia mengaku salut dengan kegigihan komunitas seni tersebut yang tumbuh di tempat terpencil dan berhasil menghasilkan sebuah kesenian dari kerusakan alam sekitarnya.
"Jadi yang perlu kita respek ialah bagaimana upaya beberapa anak muda yang tidak pernah menyerah bahkan mengubah kerusakan alamnya menjadi peluangan ekonomi kreatif," kata dia.
Salah satu kreativitas seni yang dihasilkan oleh JaF, menurut dia adalah menciptakan musik keramik dan mengadakan festival musik keramik.
"Mereka menciptakan musik genteng, suling, gitar, semuanya dari genteng, beberapa personilnya bahkan sudah keliling dunia ke Amerika, Eropa dan Asia," kata dia.
Menurut dia, sejak berdiri hingga saat ini komunitas tersebut tidak pernah meminta bantuan (materi) kepada Pemkab Majalengka atau Pemprov Jawa Barat.
"Pemkab termasuk provinsi, belum ngasih bantuan karena mereka tidak pernah minta, semestinya tidak harus minta tapi kita akan dorong. Tahun ini atau tahun depan kita akan dorong (bantuan) dari bansos (Biro Pengembangan Sosial) dan dari Diskominfo Jabar," kata dia.
Pihaknya mengaku salut kepada JaF yang malah lebih dikenal di luar negeri seperti negara-negara di Benua Eropa dibandingkan di negaranya sendiri.
"Dengan adanya sosmed (sosial media), akhirnya seniman-seniman dari beberapa benua sengaja belajar ke Jatiwangi. Salah satunya dari seniman Polandia yang sengaja menggalang dana untuk mereka (JaF)," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pendiri Jatiwangi art Festibal, Ginggi Syarif Hasyim mengungkapkan komunitas seni yang didirikan olehnya pada 27 September 2005.
Ia mengatakan sejak tahun 2008 JaF bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian kontemporer yang kolaboratif dan saling menterhubungkan.
"JaF sendiri mempunyai Program Festival Residensi, Festival Video Residensi dan Festival Musik Keramik dua tahunan yang mengundang seniman dari berbagai disiplin ilmu dan negara untuk tinggal, berinteraksi, bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan Mmsyarakat Jatiwangi, serta meridian dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan dikabarkan kepada semua orang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015