Antarajabar.com - Juru parkir Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Fikom Unpad), Undang Suryaman (39) mendirikan TK dan TPA gratis bagi warga sekitar Desa Babakan Loa, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung yang dibiayai dari hasil bekerja sehari-hari.
"Saya inisiatif mendirikan sekolah gratis karena teringat latar belakang pribadi yang dahulu ingin sekolah namun terbentur masalah dana," kata Undang pada acara Dies Natalis Fikom Unpad ke-55 di Kampus Fikom Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Sabtu.
TK dan TPA yang didirikanya itu bernama Araudhatul Jannah. Menurut dia saat ini telah menampung 130 peserta didik yang sebagian besar merupakan anak-anak sekitar Desa Babakan Loa.
"Ketika baru didirikan empat tahun lalu, muridnya hanya 18 orang dan kelasnya memakai area masjid, muridnya masih anak dari satu RT, tapi sekarang sudah meluas," kata pria yang akrab disapa Bang Jack itu.
Ia mengatakan, karena jumlah murid yang bertambah, saat ini sekolah tersebut memanfaatkan rumah mertua yang diberi sekat sebagai ruang belajar mengajar.
"Sejak satu tahun lalu kami menggunakan ruang tambahan ini (rumah mertua) yang mampu menampung 30-40 orang, sudah lumayan meskipun sebenarnya masih cukup sempit juga," katanya.
Pihak keluarga dan teman sejawat selama ini sangat suportif dan banyak membantu, salah satunya dengan menjadi relawan tenaga pengajar tanpa upah bagi para siswa.
"Saat ini tenaga pengajar selain dari pihak keluarga juga dari teman-teman relawan yang mau mengajar tanpa dibayar, bantuan seperti buku sekolah juga mulai berdatangan," kata dia.
Ilmu yang diajarkan pada para siswa, kata dia, lebih berorientasi pada pendidikan agama disamping juga mengajarkan pengetahuan umum lainnya.
"Yang paling utama itu belajar shalat dan baca Iqra, setelah itu baru masuk ke palajaran, kurikulum pelajarannya sudah sesuai," kata dia.
Ia berusaha keras untuk mengembangkan sekolahnya itu, meski terkendala dana pengembangan yang tidak sedikit. Namun ia tetap menjaga semangat agar sekolahnya itu tetap bisa menjadi solusi bagi warga di sekitarnya, sekaligus memfasilitasi siswa yang membutuhkan pendidikan usia dini.
"Dana masih ala kadarnya, maka dari itu kita belum mampu membayar guru jadinya tidak terlalu banyak yang mau ikut mengajar, tempat yang sempit juga masih jadi kendala," kata kata pria yang telah bekerja menjadi juru parkir di Fikom Unpad sejak 1992 itu.
Pada kesempatan itu ia menyatakan pihak-pihak lain yang memiliki cita-cita yang seperti dirinya untuk mebantu sesama namun masih belum berani mewujudkan untuk berupaya ikhlas dalam bekerja dan jangan memprioritaskan materi.
"Kekurangan materi jangan menjadi halangan untuk bergerak membantu sesama, selama niatnya ikhlas tidak untuk mengejar keuntungan, pasti akan selalu ada jalan," kata dia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015
"Saya inisiatif mendirikan sekolah gratis karena teringat latar belakang pribadi yang dahulu ingin sekolah namun terbentur masalah dana," kata Undang pada acara Dies Natalis Fikom Unpad ke-55 di Kampus Fikom Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Sabtu.
TK dan TPA yang didirikanya itu bernama Araudhatul Jannah. Menurut dia saat ini telah menampung 130 peserta didik yang sebagian besar merupakan anak-anak sekitar Desa Babakan Loa.
"Ketika baru didirikan empat tahun lalu, muridnya hanya 18 orang dan kelasnya memakai area masjid, muridnya masih anak dari satu RT, tapi sekarang sudah meluas," kata pria yang akrab disapa Bang Jack itu.
Ia mengatakan, karena jumlah murid yang bertambah, saat ini sekolah tersebut memanfaatkan rumah mertua yang diberi sekat sebagai ruang belajar mengajar.
"Sejak satu tahun lalu kami menggunakan ruang tambahan ini (rumah mertua) yang mampu menampung 30-40 orang, sudah lumayan meskipun sebenarnya masih cukup sempit juga," katanya.
Pihak keluarga dan teman sejawat selama ini sangat suportif dan banyak membantu, salah satunya dengan menjadi relawan tenaga pengajar tanpa upah bagi para siswa.
"Saat ini tenaga pengajar selain dari pihak keluarga juga dari teman-teman relawan yang mau mengajar tanpa dibayar, bantuan seperti buku sekolah juga mulai berdatangan," kata dia.
Ilmu yang diajarkan pada para siswa, kata dia, lebih berorientasi pada pendidikan agama disamping juga mengajarkan pengetahuan umum lainnya.
"Yang paling utama itu belajar shalat dan baca Iqra, setelah itu baru masuk ke palajaran, kurikulum pelajarannya sudah sesuai," kata dia.
Ia berusaha keras untuk mengembangkan sekolahnya itu, meski terkendala dana pengembangan yang tidak sedikit. Namun ia tetap menjaga semangat agar sekolahnya itu tetap bisa menjadi solusi bagi warga di sekitarnya, sekaligus memfasilitasi siswa yang membutuhkan pendidikan usia dini.
"Dana masih ala kadarnya, maka dari itu kita belum mampu membayar guru jadinya tidak terlalu banyak yang mau ikut mengajar, tempat yang sempit juga masih jadi kendala," kata kata pria yang telah bekerja menjadi juru parkir di Fikom Unpad sejak 1992 itu.
Pada kesempatan itu ia menyatakan pihak-pihak lain yang memiliki cita-cita yang seperti dirinya untuk mebantu sesama namun masih belum berani mewujudkan untuk berupaya ikhlas dalam bekerja dan jangan memprioritaskan materi.
"Kekurangan materi jangan menjadi halangan untuk bergerak membantu sesama, selama niatnya ikhlas tidak untuk mengejar keuntungan, pasti akan selalu ada jalan," kata dia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015