Platform media sosial dan digital telah memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi tentang perang di Gaza, tetapi mereka menghadapi tuduhan keberpihakan algoritma dan penyensoran konten, kata para ahli.
Selama setahun terakhir, warga Palestina telah memanfaatkan konten digital untuk menyampaikan peristiwa di Gaza kepada khalayak luas di dunia Arab, Islam dan Barat yang memicu aksi dukungan di seluruh dunia.
Namun, para ahli meyakini bahwa algoritma platform media sosial membatasi penyebaran konten Palestina.
Keterlibatan digital yang intens dari kalangan muda Palestina membuat Israel menargetkan tokoh-tokoh media sosial, pemilik saluran YouTube, dan jurnalis yang melakukan siaran langsung dari Gaza, menurut Abdoulhakim Ahmine, pakar media dan komunikasi asal Maroko saat berbicara kepada Anadolu.
"Beberapa negara, terutama Prancis dan Jerman, awalnya memberlakukan semacam pembatasan digital, tetapi terpaksa mengurungkan niatnya karena peningkatan dukungan publik untuk Palestina," kata Ahmine.
Ia mencatat adanya "tekanan komunikasi" terhadap kaum muda yang mengekspresikan diri mereka di platform-platform tersebut.
Hassan Kharjouj, seorang peneliti teknologi, mengatakan: "Algoritma platform digital secara ketat menyensor konten Palestina dan membatasi penyebarannya."
Ia menambahkan bahwa para pengguna telah mengembangkan teknik untuk menghindari penghapusan konten.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Platform media sosial dituduh menyensor konten Gaza
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024