Otoritas Palestina memperingatkan potensi kematian ribuan orang di Jalur Gaza bagian utara akibat cuaca dingin dan kurangnya sumber daya pemanas di tengah perang Israel yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
"Ribuan orang berisiko meninggal akibat cuaca dingin karena ketiadaan pasokan pemanas seperti gas untuk memasak, arang, dan kayu," demikian pernyataan Kementerian Pembangunan Sosial Gaza pada Minggu (22/9).
"Setiap peristiwa yang berlalu memperparah penderitaan warga Gaza, yang menghadapi kondisi keras akibat perang," lanjutnya.
Kementerian tersebut mendesak organisasi internasional untuk membantu dengan memfasilitasi masuknya gas untuk memasak, bahan bakar, dan pasokan pemanas "untuk mencegah bencana kemanusiaan."
"Banyak keluarga terpaksa menggunakan furnitur kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, mengingat kelangkaan sumber daya lain setelah hampir satu tahun perang dan blokade," tambahnya.
Pada Minggu pagi, banyak tenda pengungsi yang terbuat dari kain dan nilon di Gaza terendam akibat hujan deras, menurut keterangan penduduk setempat.
Hampir dua juta warga Palestina yang mengungsi hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan di seluruh Gaza saat musim dingin semakin dekat, menurut kantor media Pemerintah Gaza.
Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza setelah serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas, serta lebih dari 95.800 orang terluka sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi, di tengah blokade yang berkelanjutan yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Ahad (22/9) mengatakan bahwa baik Israel maupun kelompok Palestina Hamas tidak tertarik pada gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Baik Israel maupun Hamas sebenarnya tidak menginginkan gencatan senjata. Maksud saya, apa yang dirundingkan cukup masuk akal dan kedua pihak seharusnya berada dalam posisi untuk menerima. Hingga kini, kami melihat bahwa setiap kali ada perkembangan baru, muncul beberapa rintangan baru," ungkap Guterres
"Bagi saya jelas bahwa kedua pihak tidak tertarik pada gencatan senjata dan itu menjadi sebuah tragedi sebab ini adalah perang yang harus dihentikan," tambahnya dalam wawancara dengan CNN.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menghadapi serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya yang berasal dari Jalur Gaza.
Di waktu bersamaan, pejuang Hamas menyusup ke daerah-daerah perbatasan, menembaki anggota militer dan warga sipil serta melakukan penyanderaan.
Otoritas Israel menyebutkan sekitar 1.200 orang tewas selama terjadi serangan tersebut.
Angkatan bersenjata Israel (IDF) meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza seraya mengumumkan pengepungan penuh terhadap daerah kantong tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu sudah mencapai 41.000 orang lebih.
Sumber: Sputnik-OANA
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Palestina: Ribuan warga Gaza terancam kematian pada musim dingin
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024