Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok Provinsi Sumatera Barat mempelajari hilirisasi bawang merah ke Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sebagai untuk memajukan petani bawang merah di daerah itu.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kennedy Hamzah di Solok, Rabu (11/9) mengatakan pada tahun 2023, Kabupaten Solok merupakan penghasil bawang merah nomor 2 terbesar di tanah air setelah Brebes.
"Kami menghasilkan lebih kurang 216 ribu ton dengan luas kawasan tanam sebesar 13 ribu hektare," katanya.
Ia mengatakan saat ini yang menjadi fokus pemerintah daerah adalah pengembangan industri kecil dengan hasil bawang yang mencapai 216 ribu ton ketika harga bawang turun, maka ini mengganggu roda perekonomian masyarakat.
Menurutnya, melalui pengembangan industri bawang merah ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi. Jika nantinya harga bawang mengalami penurunan maka dapat dilakukan hilirisasi kepada industri-industri produk olahan bawang sebagaimana yang dilakukan di Kabupaten Kuningan.
"Pemkab Solok telah melakukan kunjungan ke Kabupaten Kuningan mempelajari hilirisasi bawang merah. Bahkan Pemkab Solok telah membawa sampel bawang merah untuk dipelajari kelebihan dan kekurangannya," ujar dia.
Sebelumnya, Direktur CV Monita Food Kuningan Aris Risma Sunarmas mengatakan Kabupaten Kuningan merupakan sentra bawang merah, dan perusahaan itu merupakan salah satu rumah produksi bawang yang telah mengekspor produknya hingga ke Belanda.
Perusahaan mengembangkan hilirisasi bawang merah di dua tempat, yakni pertama tempat produksi dan kawasan pertanian bawang sumenep karena Kuningan merupakan salah satu sentra produksi dari bawang sumenep.
Perusahaan juga telah mengajak rombongan studi tiru Kabupaten Solok melihat hilirisasi yang dilakukan dalam mengolah produk utama mereka, yaitu bawang merah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kennedy Hamzah di Solok, Rabu (11/9) mengatakan pada tahun 2023, Kabupaten Solok merupakan penghasil bawang merah nomor 2 terbesar di tanah air setelah Brebes.
"Kami menghasilkan lebih kurang 216 ribu ton dengan luas kawasan tanam sebesar 13 ribu hektare," katanya.
Ia mengatakan saat ini yang menjadi fokus pemerintah daerah adalah pengembangan industri kecil dengan hasil bawang yang mencapai 216 ribu ton ketika harga bawang turun, maka ini mengganggu roda perekonomian masyarakat.
Menurutnya, melalui pengembangan industri bawang merah ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi. Jika nantinya harga bawang mengalami penurunan maka dapat dilakukan hilirisasi kepada industri-industri produk olahan bawang sebagaimana yang dilakukan di Kabupaten Kuningan.
"Pemkab Solok telah melakukan kunjungan ke Kabupaten Kuningan mempelajari hilirisasi bawang merah. Bahkan Pemkab Solok telah membawa sampel bawang merah untuk dipelajari kelebihan dan kekurangannya," ujar dia.
Sebelumnya, Direktur CV Monita Food Kuningan Aris Risma Sunarmas mengatakan Kabupaten Kuningan merupakan sentra bawang merah, dan perusahaan itu merupakan salah satu rumah produksi bawang yang telah mengekspor produknya hingga ke Belanda.
Perusahaan mengembangkan hilirisasi bawang merah di dua tempat, yakni pertama tempat produksi dan kawasan pertanian bawang sumenep karena Kuningan merupakan salah satu sentra produksi dari bawang sumenep.
Perusahaan juga telah mengajak rombongan studi tiru Kabupaten Solok melihat hilirisasi yang dilakukan dalam mengolah produk utama mereka, yaitu bawang merah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024