Antarajawabarat.com, 4/7 - Banyaknya pedagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta yang terjerat utang pada rentenir membuat mereka sulit berkembang. Apalagi untuk memperbanyak dagangan sulit, karena uangnya habis untuk membayar utang dengan bunga tinggi.

Hal itu menggerakkan Mursida Rambe untuk mencegah para pedagang di Pasar Beringharjo untuk terlibat utang dengan rentenir. “Awalnya 21 tahun lalu saya mulai memperkenalkan ekonomi syariah kepada para pelaku usaha mikro, para pedagang atau bakul di Pasar Beringharjo,” kata Mursida, saat ditemui di acara Dialog Ekonomi Syariah di Jakarta, Rabu (1/7).

Modal awalnya Rp1 juta yang diperoleh dari Dompet Dhuafa. Uang itu dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha para pedagang di Pasar Beringharjo. Para pedagang boleh meminjam berapa pun dan pengembaliannya cukup fleksibel.

“Para pedagang meminjam Rp25 ribu, Rp50 ribu, Rp75 ribu dan seterusnya. Mereka mengembalikannya dengan nyicil Rp1000 per hari. Itu pun para pedagang masih memberikan uang Rp500 untuk infaq,” ungkap Mursida.

Pembayarannya yang dimaksud cukup fleksibel, apabila pedagang sedang sakit dan tidak berjualan, maka dia tidak ditagih sampai pedagang itu sembuh dan bisa beraktivitas kembali.
Para pedagang menjadi nyaman dan akhirnya mempercayai cara syariah ini dalam masalah pinjaman uang.

Disebutkannya, dengan cara itu setiap pedagang yang memiliki keluarga rata-rata beranggotakan lima orang ini mendapat manfaat dengan sistem syariah ini,

“Bahkan ada perusahaan kecil dengan 103 karyawan sampai sekarang masih eksis dan tetap buka usaha, karena peminjaman modalnya dengan sistem bagi hasil.”

Dengan profit dan bagi hasil yang besar, Mursida akhirnya mendirikan lembaga keuangan mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dalam bentuk koperasi syariah bernama BMT Pasar Beringharjo.
“Saat ini anggotanya 47 ribu. Kalau dihitung dengan anggota keluarga, jadi anggotanya mencapai 200 ribu an. Dan modal yang kami kelola saat ini Rp105 miliar,”

Sistem syariah yang dibangun Mursida ini kemudian menjadi contoh dalam pengelolaan BMT di berbagai daerah, Bahkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X merespon BMT Pasar Beringharjo dan mendukungnya untuk menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola manajemen keuangan secara syariah.

Di Jawa Timur pun kemudian dibuka 9 BMT karena banyak juga pelaku ekonomi mikro yang membutuhkan pinjaman tanpa terjerat bunga tinggi seperti saat berutang pada rentenir.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015