Peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada April 2015 akan menghasilkan tiga dokumen penting untuk perdamaian dunia, yang salah satunya adalah dukungan untuk Palestina atau "Declaration on Palestina".

"Dukungan bagi kemerdekaan Palestina di Peringatan KAA nanti menjadi semacam harapan dan inspirasi bagi negara lain yang belum mendukung kemerdekaan Palestina," kata Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran Bandung, Dudy Heryadi (21/3).

Ia mengatakan dukungan tersebut bisa juga dikatakan menjadi "angin segar" bagi Palestina karena syarat pendirian sebuah negara itu selain harus ada wilayah, penduduk, pemerintahan juga harus ada pengakuan dari negara lain.

"Dan menurut saya, dukungan tersebut dampaknya akan sangat besar karena ini akan menjadi semacam dorongan bagi negara lain untuk ikut mengakui dan mendukung kemerdekaan Palestina. Ini bisa dikatakan sebagai stimulus kuat bagi negara lain untuk mendukung Palestina," katanya.

Jika semakin banyak negara yang mendukung kemerdekaan Palestina, kata Dudy, maka harapan bagi negara di Timur Tengah, yang terletak di antara Laut Tengah dan Sungai Yordan ini untuk merdeka semakin besar.

"Apabila mereka sudah merdeka, otomatis akan banyak hal yang bisa dilakukan oleh Palestina seperti negara tersebut bisa mendaftarkan diri menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata dia.

Peran Indonesia untuk dukungan kemerdekaan negara Palestina, menurut dia, sangat besar dan hal tersebut sesuai dengan alinea pertama pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
"Kita (Indonesia) punya hubungan yang baik dengan Palestina, baik di tingkat pemerintahan ataupun tataran sosial kemasyarakatan. Contohnya organisasi Bulan Sabit Merah sudah membuat rumah sakit di sana, selain ada Dubes Palestina di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi saat melakukan rapat koordinasi menjelang Peringatan KAA di Kota Bandung, pekan lalu, mengatakan pada Peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 akan dihasilkan tiga dokumen penting perdamaian dunia.

"Ketiga dokumen itu yang akan menjadi hasil KTT atau konferensi tingkat tinggi Asia Afrika dan komamerasi ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika pada tahun 2015," katanya.

Dokumen penting yang disebut dengan "Bandung Message", yakni Declaration of Reinviorating The New Asian-African Strategic Partnership (The NAASP), dan Declaration on Palestine.

The NAASP" yaitu penguatan solidaritas, persahabatan dan kerja sama; review perkembangan kerjasama NAASP 10 tahun terakhir; mendorong kerja sama konkret utamanya di delapan fokus area NAASP yaitu; menangkal terorisme, menangani kejahatan lintas negara, keamanan pangan, keamanan energi, industri kecil dan menengah, pariwisata, jaringan universitas Asia-Afrika, dan kesetaraan gender.

Terkait pesan yang ingin disampaikan pada Peringatan KAA Ke-60, kata dia, Indonesia ingin menyampaikan pesan kepada negara-negara yang akan hadir dalam peringatan tersebut mengenai upaya untuk memperkuat kerja sama negara Asia-Afrika untuk memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia.

"Negara kita siap menjadi pendorong negara-negara Asia Afrika dalam memberikan kontribusi terhadap perdamaian dunia. Dan ini sejalan dengan pesan yang diusung dalam peringatan KAA yakni Friendship and Cooperation sebagaimana pada Peringatan KAA tahun 1992 silam," kata dia.


Kemerdekaan Palestina Keharusan.

Pada Peringatan KAA Ke-60, Indonesia juga mencoba untuk membuka peluang kerja sama baru yang sifatnya triangular seperti kemungkinan kerja sama dengan United Nation Development Program (UNDP), dan kerja sama dengan beberapa negara lainnya.

Agaknya, KAA akan mengedepankan kerja sama yang baru, konkret dan "doable" (segera dapat diaplikasikan/dilaksanakan), yakni solidaritas politik: demokrasi, HAM, reformasi PBB, perdamaian dan sinergi organisasi regional.

Untuk kerja sama ekonomi berbasis maritim, berkelanjutan, konektivitas dan business mobility; sementara hubungan sosial budaya yaitu "people to people contacts", pemberdayaan perempuan, media, mitigasi bencana, migrasi dan pemuda.

Hal yang juga penting adalah deklarasi untuk Palestina, yaitu dukungan secara konsisten terhadap pendirian negara Palestina dan hak-hak dasar warga negara Palestina.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan dukungan penuh negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika untuk kemerdekaan Palestina adalah sebuah keharusan dan keniscayaan.

"Kalau di Peringatan KAA Ke-60 nanti di Bandung semua kepala negara terus menyuarakan dorongan kemerdekaan untuk Palestina, maka kemerdekaan Palestina adalah keharusan dan keniscayaan, bukan kewajaran," kata Ahmad Heryawan.

Setelah beraudiensi dengan Pejuang Palestina dan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) di Gedung Negara Pakuan Bandung, pria yang akrab disapa Aher ini mengatakan dalam situasi kekinian tidak rasional, tidak manusiawi, jika masih ada bangsa yang tertindas.

"Di dunia yang super modern, super rasional, tapi di hadapan kita masih ada bangsa yang tertindas," kata dia.

Menurut dia, di antara semua negara peserta KAA hanya Palestina yang belum merdeka.

"Tentu KAA ini punya makna, karena di antara negara-negara yang hadir di KAA pada tahun 1955, semua merdeka semua, kecuali Palestina," kata Aher.

Oleh karena itu, lanjut dia, wajib hukumnya bagi negara-negara yang sudah merdeka untuk mendukung dan mendorong kemerdekaan Palestina secara penuh.

"Ini adalah sebuah keprihatinan internasional yang harus kita tunjukkan kepada bangsa Palestina yang belum merdeka," kata dia.

Menurut Aher, Palestina adalah negara yang dilindungi dan hal ini dibuktikan dengan sejumlah serangan yang dilancarkan "penjajah" tidak mampu memporak-porandakan Gaza yang merupakan sebuah wilayah kecil.

"Malah sebaliknya yang menyerang malah kesalahan, kecapaian, dan keluar banyak biaya. Ini kan sebuah fakta," katanya.

ajat sudrajat

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015