Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian pada Kamis menegaskan bahwa kemerdekaan Taiwan berarti perang.

“Perpecahan tidak membawa perdamaian,” kata Wu, merujuk pada pemisahan Taiwan dari China daratan.

Pernyataan itu muncul setelah latihan militer skala besar China di sekitar Taiwan pekan lalu, setelah pelantikan William Lai Ching-te sebagai pemimpin di pulau yang dianggap sebagai milik Beijing.

Wu menegaskan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China “sepenuhnya siap dan tetap waspada.”

“Kami akan mengambil tindakan tegas untuk menghancurkan upaya separatis ‘kemerdekaan Taiwan’ dan menggagalkan campur tangan asing,” kata Wu menanggapi pidato kepresidenan Lai.

“Taiwan adalah bagian dari China. Cara menyelesaikan isu Taiwan adalah urusan 1,4 miliar warga China, bukan sesuatu yang bisa diintervensi oleh AS,” kata Wu.

Ia mengecam ungkapan kekhawatiran yang disampaikan Departemen Luar Negeri AS atas latihan militer China di sekitar Taiwan.

Lebih lanjut, Wu mengkritik AS atas "narasi palsu" seputar kebebasan navigasi.

“Itu adalah narasi yang salah. Ada perbedaan besar antara navigasi dan pelanggaran, serta antara kebebasan dan kemauan,” kata Wu.
Dia bereaksi terhadap Laporan Kebebasan Navigasi Departemen Pertahanan AS untuk tahun 2023.

“Kami dengan tegas menentang ‘pelanggaran yang disengaja’ dan menentang negara mana pun yang melakukan provokasi yang melanggar hukum atas nama ‘kebebasan navigasi’ untuk merugikan kedaulatan dan keamanan negara-negara pesisir serta merusak perdamaian dan stabilitas regional,” ujar Wu.

AS dan sekutunya secara rutin melakukan pelayaran kapal perang dan menerbangkan pesawat militer di Laut China Selatan yang disengketakan, serta di perairan dan di atas Selat Taiwan, dengan alasan kebebasan navigasi di wilayah udara dan perairan internasional.

Beijing menentang kegiatan semacam itu dan sebagai tanggapannya mereka menerjunkan pesawat militer dan kapal perangnya sendiri.



Siap kerja sama

Sebelumnya Pemimpin Taiwan Lai Ching-te pada Minggu (26/5) mengatakan dia siap bekerja sama dengan Beijing, meski ada latihan militer China di sekitar pulau tersebut minggu ini.

Lai mengatakan kepada wartawan di Taipei bahwa dia ingin Taiwan dan China "bersama-sama memikul tanggung jawab penting atas stabilitas regional," lapor CNA.

China, yang mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya, melakukan latihan militer pada Kamis (23/5) dan Jumat (24/5), tiga hari setelah Lai dilantik.
"Saya juga berharap dapat meningkatkan saling pengertian dan rekonsiliasi melalui pertukaran dan kerja sama dengan China ... dan bergerak menuju posisi damai dan kemakmuran bersama," katanya.

Pernyataan Lai bertepatan dengan dugaan deteksi sejumlah pesawat dan kapal China di sekitar Taiwan pada Minggu (26/5).

Kementerian pertahanan Taiwan dalam sebuah pernyataan mengatakan tujuh pesawat Tentara Pembebasan Rakyat dan 18 kapal terlacak beroperasi di sekitar pulau itu.

Sebagai tanggapan, kata kementerian itu, angkatan bersenjata Taiwan memantau dan merespon situasi tersebut dengan tepat.

Komunikasi antara China dan Taiwan terputus pada 2016 setelah mantan pemimpin Tsai Ing-wen menjabat. Tsai saat itu berjanji untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan.

Lai, yang berasal dari Partai Progresif Demokratik (DPP), berjanji untuk mempertahankan kebijakan pendahulunya itu dalam membangun kemampuan pertahanan Taiwan. 

Pada saat yang sama, dia tetap terbuka untuk berdialog dengan China dan memperkuat hubungan dengan mitra Taiwan --khususnya AS.

China telah berulang kali menyebut Lai, yang memenangkan pemilu pada Januari, sebagai "separatis".




Sumber: Anadolu


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: China: Kemerdekaan Taiwan berarti perang

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024