Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menjelaskan terkait dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam peluncuran GovTech Indonesia (INA Digital) di Istana Negara, Senin, bahwa aplikasi birokrasi haruslah mempermudah.

Menurut Bey, sesuai arahan Presiden, hadirnya birokrasi haruslah melayani masyarakat, bukannya mempersulit masyarakat, sehingga presiden meminta mulai tahun ini baik instansi pusat dan daerah berhenti membuat aplikasi baru, platform baru.

"Jadi secara filosofi harus memberikan manfaat akan memberikan kepuasan kepada masyarakat dan juga kemudahan-kemudahan bagi masyarakat," kata Bey di Gedung Sate Bandung, Senin.

Bey melanjutkan, Presiden mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 27 ribu aplikasi milik kementerian/lembaga hingga pemerintah daerah yang berjalan sendiri-sendiri dan tidak terintegrasi sama sekali.

Menurutnya, kemudahan bagi masyarakat memang masih sulit dirasakan karena masih ada 27.000 aplikasi di seluruh Indonesia yang tak jarang mirip atau bahkan sama, sehingga diminta harus dijadikan satu secara bertahap dengan migrasi.

Jawa Barat sendiri, kata Bey diminta oleh Menpan RB Azwar Anas, agar menjadi provinsi percontohan lewat penyederhanaan aplikasi super Sapawarga.

"Ya Sapawarga itu akan kami kembangkan, kami sederhanakan, dan sesuai dengan arahan sewaktu pa Sekda dilantik, saya minta tidak ada aplikasi baru jadi gunakan yang ada, optimalkan yang ada sesuai kebutuhannya," ucap dia.

Sebelumnya, dalam acara Peluncuran GovTech Indonesia (INA Digital), sekaligus pemberian Digital Government Award SPBE Summit 2024 di Istana Negara, Jakarta, Senin, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa kehadiran birokrasi seharusnya melayani, bukan mempersulit dan malah memperlambat urusan masyarakat, sehingga yang menjadi tolak ukur adalah kepuasan, manfaat yang diterima, dan kemudahan urusan masyarakat.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi menginstruksikan agar mulai tahun ini baik instansi pusat dan daerah berhenti membuat aplikasi baru, platform baru, karena hingga saat ini terdapat sekitar 27.000 aplikasi milik kementerian/lembaga hingga pemda yang berjalan sendiri-sendiri dan tidak terintegrasi sama sekali.

"Kalau ada (aplikasi) yang baru, ada yang baru lagi, apa yang terjadi, instal lagi, isi data lagi, ruwet. Inilah yang kita stop. Kita harus memperkuat digital public infrastructure kita, semacam jalan tol untuk digitalisasi pelayanan publik negara kita," tuturnya.

Jokowi pun ingin GovTech yang diluncurkan hari ini terus menguat, dimana dalam satu portal terdapat layanan pendidikan, kesehatan, izin usaha, perpajakan, dan lain sebagainya.

"Satu portal terintegrasi, yang kita namakan INA Digital," ungkap Presiden.

Selanjutnya, Jokowi menyebut bahwa selain infrastruktur digital, ASN juga harus disiapkan menjadi talenta digital yang siap menjalankan sistem digitalisasi yang baik.

Ia pun berpesan bahwa setiap kementerian/lembaga dan pemda harus bersama melakukan integrasi. Pun dalam hal yang bersamaan harus meninggalkan egosentris dan mindset lama.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pj Gubernur Jabar jelaskan arahan Presiden aplikasi harus mempermudah

Pewarta: Ricky Prayoga

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024