Antarajawabarat.com,2/12 - Target mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 harus dibarengi dengan peningkatan fasilitas layanan dan inftastruktur pariwisata yang memadai, kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jabar Cecep Rukmana di Bandung, Selasa.
"Bila komitmen pembangunan infrastruktur pariwisata tidak digenjot dan diperbaiki, sulit untuk merealisasikan 20 juta wisatawan mancanegara dalam lima tahun ke depan. Perlu ada lompatan dan bukan tahapan lagi," kata Cecep.
Ia menyebutkan perlu ada komitmen, terobosan, dan iklim yang mendukung dan memungkinkan meningkatkan kunjungan wisata mancanegara ke tanah air.
Menurut Cecep Rukmana, selama ini berbagai keluhan yang dilontarkan insan pariwisata sudah lama disampaikan, namun belum ada langkah-langkah yang signifikan dari pemerintah.
"Di Jabar misalnya sejumlah biro perjalanan wisata seringkali mengeluhkan infrastrukur, terutama jalan menuju objek wisata. Kondisi infrastruktur yang kurang menunjang seringkali menyebabkan wisman komplen karena macet sehingga lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari pada di objeks wisata," katanya.
Keluhan terakhir menurut dia naiknya tarif masuk sejumlah objek wisata di Jabar dan sejumlah objek wisata di tanah air yang sangat tinggi. Salah satunya untuk masuk Tangkuban Parahu telah dinaikkan dari Rp75.000 menjadi Rp200.000 pada hari biasa dan Rp300.000 pada hari libur.
Bahkan kenaikkan tarif ini menjadi perhatian biro perjalanan wisata di Malaysia yang merespon dengan negative, dimana mereka tidak akan mencantumkan Tangkubang Parahu dalam daftar paket wisata yang mereka jual.
"Reaksi dari biro perjalanan Malaysia ini merupakan laporan resmi dari kantor perwakilan BPPD Jabar di Kuala Lumpur Malaysia," kata Direktur Eksekitif BPPD Jabar Hilwan Saleh.
Dampak kenaikkan tarif masuk sejumlah objek wisata itu menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para tour operator yang telah melakukan kontrak dengan para tour operator luar negeri untuk tahun depan.
Bila satu tour operator membawa rombongan ke sejumlah objek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, maka kerugiannya bisa dihitung dan cukup besar.
Sebagai contoh kata dia bila sebuah tour operator membawa dua puluh wisman ke tiga objek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, kerugiannya kalikan saja dua puluh, kali jumlah objek wisata yang dikunjungi, kali selisih kenaikkan tarif.
"Itu untuk satu paket satu rombongan. Bila sudah teken kontrak lima atau sepuluh rombongan? Nomboknya tambah besar," katanya.
Ketua BPPD Jabar Cecep Rukmana mengatakan, BPPD Jabar yang bertugas mempromosikan Jabar sangat berkepentingan menyampaikan berbagai keluhan dan harapan insane pariwisata di Jabar ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata.
"Sia-sia kita promosi ke berbagai negara, bila objek wisata yang kita promosikan tidak bisa dinikmati atau membuat kapok wisman karena pelayanan, infrastruktur, dan sejenisnya. Kami akan sampaikan dalam Rakor Pemasaran Pariwisata yang digelar Kementerian Pariwisata di Jakarta hari ini," kata Cecep menambahkan.***2***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014
"Bila komitmen pembangunan infrastruktur pariwisata tidak digenjot dan diperbaiki, sulit untuk merealisasikan 20 juta wisatawan mancanegara dalam lima tahun ke depan. Perlu ada lompatan dan bukan tahapan lagi," kata Cecep.
Ia menyebutkan perlu ada komitmen, terobosan, dan iklim yang mendukung dan memungkinkan meningkatkan kunjungan wisata mancanegara ke tanah air.
Menurut Cecep Rukmana, selama ini berbagai keluhan yang dilontarkan insan pariwisata sudah lama disampaikan, namun belum ada langkah-langkah yang signifikan dari pemerintah.
"Di Jabar misalnya sejumlah biro perjalanan wisata seringkali mengeluhkan infrastrukur, terutama jalan menuju objek wisata. Kondisi infrastruktur yang kurang menunjang seringkali menyebabkan wisman komplen karena macet sehingga lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari pada di objeks wisata," katanya.
Keluhan terakhir menurut dia naiknya tarif masuk sejumlah objek wisata di Jabar dan sejumlah objek wisata di tanah air yang sangat tinggi. Salah satunya untuk masuk Tangkuban Parahu telah dinaikkan dari Rp75.000 menjadi Rp200.000 pada hari biasa dan Rp300.000 pada hari libur.
Bahkan kenaikkan tarif ini menjadi perhatian biro perjalanan wisata di Malaysia yang merespon dengan negative, dimana mereka tidak akan mencantumkan Tangkubang Parahu dalam daftar paket wisata yang mereka jual.
"Reaksi dari biro perjalanan Malaysia ini merupakan laporan resmi dari kantor perwakilan BPPD Jabar di Kuala Lumpur Malaysia," kata Direktur Eksekitif BPPD Jabar Hilwan Saleh.
Dampak kenaikkan tarif masuk sejumlah objek wisata itu menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para tour operator yang telah melakukan kontrak dengan para tour operator luar negeri untuk tahun depan.
Bila satu tour operator membawa rombongan ke sejumlah objek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, maka kerugiannya bisa dihitung dan cukup besar.
Sebagai contoh kata dia bila sebuah tour operator membawa dua puluh wisman ke tiga objek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, kerugiannya kalikan saja dua puluh, kali jumlah objek wisata yang dikunjungi, kali selisih kenaikkan tarif.
"Itu untuk satu paket satu rombongan. Bila sudah teken kontrak lima atau sepuluh rombongan? Nomboknya tambah besar," katanya.
Ketua BPPD Jabar Cecep Rukmana mengatakan, BPPD Jabar yang bertugas mempromosikan Jabar sangat berkepentingan menyampaikan berbagai keluhan dan harapan insane pariwisata di Jabar ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata.
"Sia-sia kita promosi ke berbagai negara, bila objek wisata yang kita promosikan tidak bisa dinikmati atau membuat kapok wisman karena pelayanan, infrastruktur, dan sejenisnya. Kami akan sampaikan dalam Rakor Pemasaran Pariwisata yang digelar Kementerian Pariwisata di Jakarta hari ini," kata Cecep menambahkan.***2***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014