Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM dinilai berhasil membantu mengembangkan berbagai lini usaha masyarakat, salah satunya ASTIGA LEATHER yang telah meraup omzet Rp200-300 juta per bulan berkat adanya program pinjaman tersebut.
ASTIGA LEATHER merupakan salah satu UMKM di Garut, Jawa Barat yang bergerak di bidang kerajinan kulit untuk kemudian diolah menjadi berbagai produk fesyen, salah satunya jaket kulit.
"Kalau untuk sekarang omzetnya di atas Rp200-300 juta per bulan," kata Pemilik ASTIGA LEATHER Luthfi Muhammad Sidik dalam acara Monitoring dan Evaluasi Debitur KUR bersama Dharma Wanita Kemenko Perekonomian di Garut, Jawa Barat, Kamis.
Dalam pembiayaan itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berperan sebagai penyalur KUR untuk ASTIGA LEATHER.
Dalam sesi kunjungan Dharma Wanita, Luthfi mengatakan, sebelum menjadi nasabah KUR, usaha kerajinan kulitnya hanya mampu meraup omzet di bawah Rp100 juta per bulan.
Guna mengembangkan ASTIGA LEATHER, Luthfi mengambil KUR dari BRI senilai Rp500 juta pada 2014 dengan tenor tiga tahun. Kemudian, ia melanjutkan dengan mengambil kredit komersil BRI senilai Rp1 miliar dengan tenor lima tahun.
Setelah menggunakan fasilitas pembiayaan KUR, ASTIGA LEATHER mengalami peningkatan produksi hingga 50 persen dengan produksi 200 jaket per bulan.
"Untuk persennya itu meningkat bertahap gitu, dari 30-50 persen. Kadang ada permintaan di atas 100 persen. Namun saat COVID-19 itu biasanya kita drop dulu, lalu mulai bertahap lagi " ujarnya.
Dari segi rantai produksi, ASTIGA LEATHER juga bekerja sama dengan berbagai UKM lain dalam penyediaan bahan baku.
Selain sudah berhasil memasarkan ke seluruh wilayah di Indonesia, Luthfi mengatakan bahwa usaha miliknya juga mulai menjajaki ekspor ke Jepang dan Eropa.
Untuk Jepang, produk utama yang diminta berupa bahan baku yang digunakan untuk furnitur berbahan dasar kulit.
Sedangkan Eropa, produk utama yang dijajakan yakni tas kulit.
Lebih lanjut, ia mengatakan di samping segi pembiayaan, BRI turut membantu dari aspek pemasaran.
Terutama, melalui acara pameran tahunan yang diselenggarakan BRI yang turut melibatkan UMKM lokal termasuk ASTIGA LEATHER.
"BRI mengundang beberapa orang dari Malaysia gitu, studi banding ke sini. Berarti dibantu juga dari segi pengembangan usaha," tuturnya.
Ke depan, Luthfi menyampaikan bahwa ASTIGA LEATHER akan terus berfokus pada aspek pemasaran hingga mampu segera menembus pasar internasional.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dari KUR, pelaku UMKM Garut raup omzet hingga Rp200 juta
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
ASTIGA LEATHER merupakan salah satu UMKM di Garut, Jawa Barat yang bergerak di bidang kerajinan kulit untuk kemudian diolah menjadi berbagai produk fesyen, salah satunya jaket kulit.
"Kalau untuk sekarang omzetnya di atas Rp200-300 juta per bulan," kata Pemilik ASTIGA LEATHER Luthfi Muhammad Sidik dalam acara Monitoring dan Evaluasi Debitur KUR bersama Dharma Wanita Kemenko Perekonomian di Garut, Jawa Barat, Kamis.
Dalam pembiayaan itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berperan sebagai penyalur KUR untuk ASTIGA LEATHER.
Dalam sesi kunjungan Dharma Wanita, Luthfi mengatakan, sebelum menjadi nasabah KUR, usaha kerajinan kulitnya hanya mampu meraup omzet di bawah Rp100 juta per bulan.
Guna mengembangkan ASTIGA LEATHER, Luthfi mengambil KUR dari BRI senilai Rp500 juta pada 2014 dengan tenor tiga tahun. Kemudian, ia melanjutkan dengan mengambil kredit komersil BRI senilai Rp1 miliar dengan tenor lima tahun.
Setelah menggunakan fasilitas pembiayaan KUR, ASTIGA LEATHER mengalami peningkatan produksi hingga 50 persen dengan produksi 200 jaket per bulan.
"Untuk persennya itu meningkat bertahap gitu, dari 30-50 persen. Kadang ada permintaan di atas 100 persen. Namun saat COVID-19 itu biasanya kita drop dulu, lalu mulai bertahap lagi " ujarnya.
Dari segi rantai produksi, ASTIGA LEATHER juga bekerja sama dengan berbagai UKM lain dalam penyediaan bahan baku.
Selain sudah berhasil memasarkan ke seluruh wilayah di Indonesia, Luthfi mengatakan bahwa usaha miliknya juga mulai menjajaki ekspor ke Jepang dan Eropa.
Untuk Jepang, produk utama yang diminta berupa bahan baku yang digunakan untuk furnitur berbahan dasar kulit.
Sedangkan Eropa, produk utama yang dijajakan yakni tas kulit.
Lebih lanjut, ia mengatakan di samping segi pembiayaan, BRI turut membantu dari aspek pemasaran.
Terutama, melalui acara pameran tahunan yang diselenggarakan BRI yang turut melibatkan UMKM lokal termasuk ASTIGA LEATHER.
"BRI mengundang beberapa orang dari Malaysia gitu, studi banding ke sini. Berarti dibantu juga dari segi pengembangan usaha," tuturnya.
Ke depan, Luthfi menyampaikan bahwa ASTIGA LEATHER akan terus berfokus pada aspek pemasaran hingga mampu segera menembus pasar internasional.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dari KUR, pelaku UMKM Garut raup omzet hingga Rp200 juta
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024