Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ekonomi Indonesia tetap bertahan kuat dalam menghadapi peningkatan ketidakpastian global.
"Bagaimana dampak ketidakpastian global itu terhadap ekonomi domestik? Secara keseluruhan ketahanan ekonomi Indonesia itu berdaya tahan kuat," kata Perry dalam pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2024 di Jakarta, Rabu.
Ketahanan ekonomi yang kuat tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tinggi, inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen, dan ketahanan eksternal ekonomi yang kuat.
"Ketahanan eksternal baik berkaitan dengan utang luar negeri, neraca pembayaran maupun juga kecukupan cadangan devisa itu tetap kuat," ujar Perry.
Ketidakpastian global sekarang ini utamanya bersumber dari perubahan arah penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
"Kedua risiko itu berdampak pada kenaikan US Treasury yang lebih tinggi, dipengaruhi juga kebutuhan penerbitan utang oleh pemerintah Amerika Serikat yang lebih besar dan tentu saja itu membuat juga mata uang dolar AS itu menguat dan juga akan tetap kuat," tuturnya.
Di sisi lain, Bank Indonesia telah menakar risiko dan probabilitas terkait FFR dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yakni baseline skenario dengan probabilitas di atas 75 persen, risiko potensial dengan probabilitas 50-70 persen, dan risiko terburuk (tail risk) dengan probabilitas di bawah 50 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI: Ekonomi Indonesia kuat hadapi peningkatan ketidakpastian global
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Bagaimana dampak ketidakpastian global itu terhadap ekonomi domestik? Secara keseluruhan ketahanan ekonomi Indonesia itu berdaya tahan kuat," kata Perry dalam pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2024 di Jakarta, Rabu.
Ketahanan ekonomi yang kuat tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tinggi, inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen, dan ketahanan eksternal ekonomi yang kuat.
"Ketahanan eksternal baik berkaitan dengan utang luar negeri, neraca pembayaran maupun juga kecukupan cadangan devisa itu tetap kuat," ujar Perry.
Ketidakpastian global sekarang ini utamanya bersumber dari perubahan arah penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
"Kedua risiko itu berdampak pada kenaikan US Treasury yang lebih tinggi, dipengaruhi juga kebutuhan penerbitan utang oleh pemerintah Amerika Serikat yang lebih besar dan tentu saja itu membuat juga mata uang dolar AS itu menguat dan juga akan tetap kuat," tuturnya.
Di sisi lain, Bank Indonesia telah menakar risiko dan probabilitas terkait FFR dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yakni baseline skenario dengan probabilitas di atas 75 persen, risiko potensial dengan probabilitas 50-70 persen, dan risiko terburuk (tail risk) dengan probabilitas di bawah 50 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI: Ekonomi Indonesia kuat hadapi peningkatan ketidakpastian global
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024