Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat sebanyak 1.741 kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) dalam tiga bulan, yakni periode Januari hingga Maret 2024.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani menyebut kasus DBD pada awal tahun 2024 ini melonjak signifikan dibandingkan 2023 dengan 1.856 kasus sepanjang tahun.

Baca juga: Dinkes Kota Bandung sebar 154 ribu nyamuk wolbcahia

“Di tahun 2024 sampai dengan minggu kedua bulan Maret ini sudah mencapai 1.741, jadi memang ada peningkatan kasus jika dibandingkan dengan tahun 2023 kemarin,” kata Ira di Bandung, Senin.

Dari jumlah tersebut, kata dia, sebanyak delapan orang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit Kota Bandung.

Ira menjelaskan penyebab tingginya jumlah orang terserang penyakit DBD karena salah satunya yaitu faktor cuaca. Fenomena El Nino dan kemarau panjang, menyebabkan nyamuk Aedes aegypti bertelur dengan baik dan menetas saat musim hujan.

“Ketika memasuki musim hujan membuat permukaan air naik, jadi telur yang menempel di dinding itu sekarang teredam air. Telur tersebut menetas jadi nyamuk Aedes aegypti dewasa yang menjadi penular virus dengue,” katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan pembersihan sarang nyamuk (PSN) dengan cara bersih-bersih secara serentak dalam satu lingkungan atau wilayah kecamatan, sehingga mampu menekan angka kasus DBD di Kota Bandung.


"Makanya harus rajin menguras ember atau tempat tampungan air minimal seminggu sekali," kata dia.

Lebih lanjut, Ira mengatakan masyarakat dipersilahkan untuk meminta bantuan fogging kepada Dinkes Kota Bandung apabila sudah ada dua orang yang memang sudah teridentifikasi terkena kasus DBD.

“Kalau ketemu lebih dari dua atau banyak tempat perindukan nyamuk baru bisa di fogging, karena percuma kalau ada virusnya tapi nyamuknya tidak ada ya tidak bisa menularkan,” kata Ira.

Baca juga: Pemkot Bandung terapkan metode Wolbachia tekan kasus demam berdarah

Pewarta: Rubby Jovan Primananda

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024