Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Jawa Barat mengoptipmalkan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik) nyamuk untuk memeriksa langsung setiap rumah maupun lingkungan sekitar masyarakat guna memastikan tidak ada genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Juru pemantau jentik di rumah itu diminta salah saeorang ditugaskan untuk memantau di dalam rumahnya, di lingkungan sekitarnya, apabila menemukan wadah-wadah mengandung jentik untuk dibersihkan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Garut Asep Surachman di Garut, Kamis.
Baca juga: Dinkes Garut tangani 532 pasien DBD selama Januari hingga Maret 2024
Ia menjelaskan, upaya mengoptimalkan gerakan Jumantik itu karena saat ini kasus DBD di Kabupaten Garut selama Januari sampai minggu pertama Maret 2024 tercatat sebanyak 532 orang tersebar di sejumlah kecamatan.
Kemunculan kasus yang cukup tinggi itu, katanya, menjadi perhatian Dinkes Garut dengan mengoptimalkan gerakan Jumantik melibatkan orang setiap rumah, kemudian kader, dan petugas kesehatan yang bergerak memeriksa kondisi rumah dan lingkungan sekitar untuk memastikan tidak ada tempat nyamuk berkembang biak.
"Dari sekarang masyarakat sudah mulai melakukan di rumahnya antisipasi, isitilahnya gerakan Jumantik," katanya.
Ia mengatakan, musim hujan menjadi salah satu pemicu banyaknya tempat penampungan air bersih kemudian menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk DBD yang akhirnya nyamuk tersebut menularkan virus ke manusia.
Nyamuk tersebut, katanya, pada dasarnya berkembang biak di tempat air bersih atau air yang tertampung dalam wadah, dan tidak terjadi pada kondisi air yang bersentuhan dengan tanah.
"Nyamuk aedes aegypti ini berkembang biak pada wadah bekas, nyamuk ini tidak mau berkembang biak apabila airnya bersentuhan dengan tanah, nyamuk ini termasuk nyamuk elit berkembang biak, bertelur di wadah-wadah bekas yang airnya bersih, tidak berentuhan dengan tanah," katanya.
Ia menyebutkan ,yang menjadi sasaran tim Jumantik itu seperti menyisir tempat yang seringkali ada penampungan air di antaranya ari di bawah disepenser, kemudian di belakang kulkas, pot bunga, dan tempat minum burung yang lama tidak diganti, lalu tempat penampungan air maupun barang bekas yang berada di sekitar lingkungan rumah.
Selanjutnya, tim Jumantik juga mengimbau masyarakat agar tidak menggantungkan pakaian di belakang pintu atau tidak tersinari matahari, kemudian selalu menerapkan pola hidup bersih agar tidak mudah terserang penyakit DBD maupun penyakit lainnya di musim hujan.
"Oleh karena itu PSN -pemberantasan sasrang nyamuk- itu sangat mutlak dibutuhkan pada saat ini untuk mengendalikan, mengurangi, dan mencegah kasus DBD," katanya.
Terkait melakukan pengasapan untuk memberantas nyamuk, kata Asep , saat ini belum dibutuhkan, karena berdasarkan hasil kajian badan penelitian pengembangan kesehatan bahwa di Garut salah satu kabupaten/kota yang nyamuknya sudah kebal dengan obat tersebut.
"Fogging atau pengasapan bukan segalanya, bahwa fogging adalah tindakan terakhir, yang terbaik adalah melakukan PSN, pemberantasan sarang nyamuk plus obat anti nyamuk," katanya.
Baca juga: Dinkes Garut turunkan tim khusus pencegahan DBD
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Juru pemantau jentik di rumah itu diminta salah saeorang ditugaskan untuk memantau di dalam rumahnya, di lingkungan sekitarnya, apabila menemukan wadah-wadah mengandung jentik untuk dibersihkan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Garut Asep Surachman di Garut, Kamis.
Baca juga: Dinkes Garut tangani 532 pasien DBD selama Januari hingga Maret 2024
Ia menjelaskan, upaya mengoptimalkan gerakan Jumantik itu karena saat ini kasus DBD di Kabupaten Garut selama Januari sampai minggu pertama Maret 2024 tercatat sebanyak 532 orang tersebar di sejumlah kecamatan.
Kemunculan kasus yang cukup tinggi itu, katanya, menjadi perhatian Dinkes Garut dengan mengoptimalkan gerakan Jumantik melibatkan orang setiap rumah, kemudian kader, dan petugas kesehatan yang bergerak memeriksa kondisi rumah dan lingkungan sekitar untuk memastikan tidak ada tempat nyamuk berkembang biak.
"Dari sekarang masyarakat sudah mulai melakukan di rumahnya antisipasi, isitilahnya gerakan Jumantik," katanya.
Ia mengatakan, musim hujan menjadi salah satu pemicu banyaknya tempat penampungan air bersih kemudian menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk DBD yang akhirnya nyamuk tersebut menularkan virus ke manusia.
Nyamuk tersebut, katanya, pada dasarnya berkembang biak di tempat air bersih atau air yang tertampung dalam wadah, dan tidak terjadi pada kondisi air yang bersentuhan dengan tanah.
"Nyamuk aedes aegypti ini berkembang biak pada wadah bekas, nyamuk ini tidak mau berkembang biak apabila airnya bersentuhan dengan tanah, nyamuk ini termasuk nyamuk elit berkembang biak, bertelur di wadah-wadah bekas yang airnya bersih, tidak berentuhan dengan tanah," katanya.
Ia menyebutkan ,yang menjadi sasaran tim Jumantik itu seperti menyisir tempat yang seringkali ada penampungan air di antaranya ari di bawah disepenser, kemudian di belakang kulkas, pot bunga, dan tempat minum burung yang lama tidak diganti, lalu tempat penampungan air maupun barang bekas yang berada di sekitar lingkungan rumah.
Selanjutnya, tim Jumantik juga mengimbau masyarakat agar tidak menggantungkan pakaian di belakang pintu atau tidak tersinari matahari, kemudian selalu menerapkan pola hidup bersih agar tidak mudah terserang penyakit DBD maupun penyakit lainnya di musim hujan.
"Oleh karena itu PSN -pemberantasan sasrang nyamuk- itu sangat mutlak dibutuhkan pada saat ini untuk mengendalikan, mengurangi, dan mencegah kasus DBD," katanya.
Terkait melakukan pengasapan untuk memberantas nyamuk, kata Asep , saat ini belum dibutuhkan, karena berdasarkan hasil kajian badan penelitian pengembangan kesehatan bahwa di Garut salah satu kabupaten/kota yang nyamuknya sudah kebal dengan obat tersebut.
"Fogging atau pengasapan bukan segalanya, bahwa fogging adalah tindakan terakhir, yang terbaik adalah melakukan PSN, pemberantasan sarang nyamuk plus obat anti nyamuk," katanya.
Baca juga: Dinkes Garut turunkan tim khusus pencegahan DBD
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024