Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Jawa Barat menangani sebanyak 532 pasien yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) selama Januari sampai Maret 2024, dan dari kasus tersebut tidak ada yang meninggal dunia, hanya terjadi kenaikan dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya.
"Sampai dengan bulan Maret minggu pertama kita menemukan sebanyak 532 kasus DBD tanpa ada yang meninggal," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Garut Asep Surachman di Garut, Rabu.
Ia menjelaskan, jajaran Dinkes Garut sampai puskesmas terus memonitor daerah yang terdampak DBD untuk memberikan penanganan pencegahan, selain mengobati masyarakat yang terjangkit DBD sampai dipastikan sembuh.
Apalagi saat ini musim hujan, katanya, menjadi perhatian khusus jajaran petugas kesehatan dan kader kesehatan di setiap daerah untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) agar nyamuk sebagai penyebab DBD tidak berkembang biak.
"Kalau kita tidak menerapkan PSN, tentunya kasus DBD ini akan semakin banyak," katanya.
Ia mengungkapkan, kasus DBD tahun 2024 saat ini dinilai terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya dalam kurun waktu dari Januari sampai minggu pertama Maret 2024 sudah ada 532 kasus.
Jumlah itu sudah hampir 70 persen jika dibandingkan dengan angka kasus DBD selama tahun 2023 yang tercatat sebanyak 726 kasus. Peningkatan itu harus menjadi perhatian semua elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan agar jumlahnya tidak terus meningkat.
"Angkanya tersebut lebih tinggi, sepanjang 2023 kita hanya menemukan sebanyak 726, artinya dalam dua bulan ini saja Januari-Februari hampir 70 persen," katanya.
Ia menyampaikan, kasus DBD di Garut hampir merata tersebar di 42 kecamatan, yang pemicunya karena berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti dari tempat genangan air kemudian banyak pakaian yang menggantung di dalam rumah.
Hasil pengecekan di lapangan sejumlah daerah yang terdapat kasus DBD, katanya, ternyata banyak ditemukan jentik nyamuk yang berkembang biak di tempat genangan air, seperti barang bekas, pot bunga, dispenser, dan sebagainya.
"Nyamuk DBD ini identik dengan musim hujan, dan berkembang biak di wadah-wadah yang berisi air bersih, seperti air hujan yang tertampung di botol atau wadah tertentu," katanya.
Ia mengimbau masyarakat yang merasakan gejala atau terjangkit DBD seperti demam tinggi untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat agar cepat ditangani dan kondisinya tidak menjadi semakin parah.
"Jika mengalami keluhan atau gejala DBD seperti demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celcius, bisa melakukan pemeriksaan di puskesmas setempat atau ke fasilitas kesehatan terdekat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Sampai dengan bulan Maret minggu pertama kita menemukan sebanyak 532 kasus DBD tanpa ada yang meninggal," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Garut Asep Surachman di Garut, Rabu.
Ia menjelaskan, jajaran Dinkes Garut sampai puskesmas terus memonitor daerah yang terdampak DBD untuk memberikan penanganan pencegahan, selain mengobati masyarakat yang terjangkit DBD sampai dipastikan sembuh.
Apalagi saat ini musim hujan, katanya, menjadi perhatian khusus jajaran petugas kesehatan dan kader kesehatan di setiap daerah untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) agar nyamuk sebagai penyebab DBD tidak berkembang biak.
"Kalau kita tidak menerapkan PSN, tentunya kasus DBD ini akan semakin banyak," katanya.
Ia mengungkapkan, kasus DBD tahun 2024 saat ini dinilai terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya dalam kurun waktu dari Januari sampai minggu pertama Maret 2024 sudah ada 532 kasus.
Jumlah itu sudah hampir 70 persen jika dibandingkan dengan angka kasus DBD selama tahun 2023 yang tercatat sebanyak 726 kasus. Peningkatan itu harus menjadi perhatian semua elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan agar jumlahnya tidak terus meningkat.
"Angkanya tersebut lebih tinggi, sepanjang 2023 kita hanya menemukan sebanyak 726, artinya dalam dua bulan ini saja Januari-Februari hampir 70 persen," katanya.
Ia menyampaikan, kasus DBD di Garut hampir merata tersebar di 42 kecamatan, yang pemicunya karena berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti dari tempat genangan air kemudian banyak pakaian yang menggantung di dalam rumah.
Hasil pengecekan di lapangan sejumlah daerah yang terdapat kasus DBD, katanya, ternyata banyak ditemukan jentik nyamuk yang berkembang biak di tempat genangan air, seperti barang bekas, pot bunga, dispenser, dan sebagainya.
"Nyamuk DBD ini identik dengan musim hujan, dan berkembang biak di wadah-wadah yang berisi air bersih, seperti air hujan yang tertampung di botol atau wadah tertentu," katanya.
Ia mengimbau masyarakat yang merasakan gejala atau terjangkit DBD seperti demam tinggi untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat agar cepat ditangani dan kondisinya tidak menjadi semakin parah.
"Jika mengalami keluhan atau gejala DBD seperti demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celcius, bisa melakukan pemeriksaan di puskesmas setempat atau ke fasilitas kesehatan terdekat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024