Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat meminta masyarakat untuk waspada adanya peningkatan penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat peralihan musim, khususnya dari hujan ke panas.
Kepala Dinkes Jabar Vini Adiani Dewi, menjelaskan saat transisi dari musim hujan ke panas, akan terjadi peningkatan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD yang berkembang biak.
Baca juga: Dinkes Bogor gencar PSN usai 4 warganya meninggal terjangkit DBD
"Kalau musim hujan, air mengalir. Nah ketika musim panas, akan ada genangan yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Jadi kita harus hati-hati. Februari sampai April saat peralihan, biasanya puncaknya kasus DBD," ujar Vini di Kabupaten Bandung, Selasa.
Meski demikian, diakuinya untuk kasus DBD, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada bulan lain, karena potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, tergantung dengan kondisi lingkungan.
"Lingkungan yang bersih dan tertata, lebih minim risiko menjadi sarang nyamuk, khususnya Aedes aegypti. Karena tidak ada media bagi nyamuk untuk berkembang biak," ucap dia.
Sebelumnya, Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar Rochady Hendra Setia Wibawa mengungkapkan sejak awal 2024 sudah 36 orang masyarakat Jabar meninggal akibat DBD.
"Jumlah kasus DBD 4.637 dengan jumlah kematian 36 orang. Itu data dari 27 kabupaten dan kota di Jabar dan termasuk empat kasus yang di Kota Bogor," ucapnya.
Baca juga: Dinkes Cianjur sarankan desa beli alat fogging dari dana desa
Kepala Dinkes Jabar Vini Adiani Dewi, menjelaskan saat transisi dari musim hujan ke panas, akan terjadi peningkatan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD yang berkembang biak.
Baca juga: Dinkes Bogor gencar PSN usai 4 warganya meninggal terjangkit DBD
"Kalau musim hujan, air mengalir. Nah ketika musim panas, akan ada genangan yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Jadi kita harus hati-hati. Februari sampai April saat peralihan, biasanya puncaknya kasus DBD," ujar Vini di Kabupaten Bandung, Selasa.
Meski demikian, diakuinya untuk kasus DBD, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada bulan lain, karena potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, tergantung dengan kondisi lingkungan.
"Lingkungan yang bersih dan tertata, lebih minim risiko menjadi sarang nyamuk, khususnya Aedes aegypti. Karena tidak ada media bagi nyamuk untuk berkembang biak," ucap dia.
Sebelumnya, Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar Rochady Hendra Setia Wibawa mengungkapkan sejak awal 2024 sudah 36 orang masyarakat Jabar meninggal akibat DBD.
"Jumlah kasus DBD 4.637 dengan jumlah kematian 36 orang. Itu data dari 27 kabupaten dan kota di Jabar dan termasuk empat kasus yang di Kota Bogor," ucapnya.
Baca juga: Dinkes Cianjur sarankan desa beli alat fogging dari dana desa
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024