Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPPR) membidik 16 - 20 ribu investor baru pada setiap penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sepanjang tahun ini.
"Per penerbitan antara 16-20 ribu investor baru. Kalau setahun berarti kan berapa penerbitan, ya, kira-kira segitulah. Jadi kami ekspektasinya untuk yang ini pun (ORI025) antara 16-20 ribu investor baru bisa di-catch per penerbitan, rata-rata segitu," kata Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPPPR Kemenkeu Deni Ridwan saat dijumpai wartawan di Jakarta, Kamis (15/2) malam.
Pada awal 2024, pemerintah telah menerbitkan SBN ritel pertama dengan jenis Obligasi Negara Ritel seri 025 (ORI025) yang dibuka pada 29 Januari lalu. Setelah penawaran ORI025 ditutup pada 22 Februari 2024, pemerintah berencana menerbitkan sukuk ritel pada awal Maret 2024.
Deni mengatakan, biasanya pemesanan SBN ritel pada awal tahun cenderung menguat. Namun pada awal tahun ini, pemesanan cenderung melambat dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Libur panjang Imlek dan Isra Mi'raj serta libur pada hari pemungutan suara pemilu, menurut Deni, menjadi faktor pendorong yang menyebabkan banyak investor masih menunggu dan mengamati (wait and see).
Meski begitu, dia optimis akan terjadi peningkatan pemesanan SBN Ritel pasca-pemilu. Menurut proyeksinya, pemesanan ORI025 hingga periode penutupan pada 22 Februari 2024 bisa mencapai Rp15-20 triliun.
Dia memperkirakan partisipasi generasi Z yang menginvestasikan dananya untuk SBN ritel meningkat pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, termasuk ORI025.
Sejauh ini, imbuh Deni, kalangan milenial masih mendominasi dari sisi jumlah investor SBN ritel. Namun jika ditilik dari sisi nominal, generasi X dan boomers yang mendominasi.
DJPPPR Kemenkeu pun mengupayakan beberapa strategi untuk menggaet lebih banyak investor dari kalangan usia muda, salah satunya menggelar acara menonton film "Gampang Cuan" dan diskusi bersama terkait investasi ORI pada Kamis (15/2) di Metropole XXI, Jakarta.
"Salah satu bentuknya kami melakukan kegiatan seperti ini. Kami berusaha untuk meng-capture investor baru, makanya kerja sama dengan komunitas-komunitas untuk bisa masuk ke segmen-segmen muda," kata Deni.
Dia mengingatkan, berinvestasi di SBN tidak hanya bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, melainkan juga turut berkontribusi dalam pembangunan dan membantu keuangan negara.
Dalam berinvestasi, imbuh dia, besaran nominal bukan menjadi masalah. Yang paling penting, generasi muda harus menumbuhkan kebiasaan berinvestasi terlepas dari berapapun nominalnya dan tidak hanya menggantungkan pada aset tabungan.
"Makanya kita mencoba untuk shifting dari masyarakat saving society menjadi investing society. Harapannya, visi pemerintah atau negara ini bisa mendapatkan pendanaan dengan jangka waktu lebih panjang. Selain itu, masyarakat bisa menyiapkan hari tuanya secara lebih baik dengan berinvestasi di instrumen yang menguntungkan dan aman," kata Deni.
Instrumen Investasi
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPPR) Kemenkeu Deni Ridwan mengingatkan kepada masyarakat untuk memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan keuangan agar terhindar dari kerugian.
"Kalau kita bicara strategi investasi, pertama, tujuannya dulu. Apakah jangka pendek, menengah, atau panjang. Kemudian kita sesuaikan, mana (instrumen investasi) yang cocok," kata Deni di Jakarta pada Kamis (15/2) malam.
Dalam menerapkan strategi berinvestasi, Deni mengutip filosofi yang pernah dikatakan pelatih sepak bola Alex Ferguson yaitu "attack wins you games, defence wins you titles". Ungkapan itu menekankan pentingnya membangun pertahanan apabila ingin menjadi seorang juara.
Deni mengatakan bahwa langkah memperkuat pertahanan perlu dilakukan dalam berinvestasi untuk mencegah kerugian. Oleh sebab itu, dia menyarankan masyarakat untuk memilih instrumen investasi yang konvensional terlebih dahulu karena relatif lebih aman.
"Yang penting investasi ini akan memberi imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan inflasi. Apa yang aman?, Mungkin deposito, Surat Berharga Negara (SBN) ritel, atau emas. Itu investasi yang mungkin tidak akan rugi," ujar dia.
Apabila pertahanan sudah kuat, lanjut Deni, maka masyarakat dapat masuk ke instrumen investasi dengan risiko menengah atau lebih tinggi dibanding konvensional. Beberapa contoh investasi yang dapat dipilih, antara lain reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, dan obligasi korporasi.
Pada tahap selanjutnya, terang Deni, maka investor dapat masuk pada instrumen investasi yang lebih "attacking" atau dengan risiko yang semakin tinggi seperti saham dan kripto.
Deni berpendapat bahwa porsi investasi yang bersifat defensif atau konvensional cenderung mendominasi seiring bertambahnya usia seseorang. Sementara porsi investasi konvensional pada orang berusia muda cenderung lebih kecil karena kelompok usia ini lebih berani untuk mengambil risiko.
Meski begitu, porsi investasi tetap harus mempertimbangkan preferensi risiko masing-masing individu. Maka, kata Deni, bukan hal yang keliru apabila terdapat orang muda yang lebih memiliki preferensi risiko rendah sehingga akan lebih banyak berinvestasi pada instrumen yang relatif aman.
"Sekali lagi, keputusan untuk berapa persen (porsi) yang konservatif dan berapa persen yang lebih berisiko itu biasanya disesuaikan dengan umur dan juga pada preferensi risikonya," kata dia.
Menurut Deni, generasi muda harus menumbuhkan kebiasaan berinvestasi terlepas dari berapapun nominalnya. Bahkan hanya dengan Rp1 juta, investor pemula sudah bisa memiliki Obligasi Negara Ritel seri 025 (ORI025) yang belum lama ini diterbitkan pemerintah dengan kupon tetap (fixed rate) mulai dari 6,25 persen per tahun.
"Ada yang bilang, investasi itu hanya untuk orang kaya. Itu salah. Justru karena duit kita sedikit, makanya kita harus atur supaya bisa mendapatkan manfaat yang optimal. Apalagi, dengan kehadiran teknologi saat ini justru opsi untuk kita berinvestasi lebih banyak," kata Deni.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkeu bidik 20 ribu investor baru di tiap penerbitan SBN ritel
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024