PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengincar pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 12 persen pada tahun ini.

Target tersebut menimbang pertumbuhan kredit perseroan pada 2023 mencapai 11,2 persen.

“Jadi, kalau sekarang pertumbuhan kreditnya 11,2 persen, kami ingin tetap tumbuh agresif di 2024, maka kredit akan kami tumbuhkan di kisaran 11-12 persen dari nominal ribuan triliun, jadi cukup besar,” kata Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta, Rabu.

Untuk mencapai target tersebut, BRI akan tetap fokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Perseroan berencana untuk menyasar segmen yang lebih dalam lagi, yakni segmen ultra mikro, untuk membuka sumber penyaluran kredit baru.

Di samping memperluas sumber pertumbuhan, perseroan juga bakal memastikan pencadangan dana tetap memadai.

Hingga sejauh ini, di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional dampak dari era suku bunga yang tinggi, likuiditas BRI masih berada dalam level yang memadai, di mana Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI pada akhir Desember 2023 sebesar 84,2 persen.

Sementara rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga pada level memadai, yakni 27,3 persen.

“Dengan CAR memadai, BRI punya ruang untuk tumbuh lebih baik pada tahun ini,” ujar Sunarso.

Secara keseluruhan, penyaluran kredit sebesar Rp1.266,4 triliun pada 2023, tumbuh 11,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).


Penyaluran kredit pada seluruh segmen tumbuh positif. Kredit pada segmen mikro tercatat tumbuh 10,9 persen yoy menjadi Rp611,2 triliun.

Sementara segmen konsumer tumbuh 13,4 persen yoy menjadi Rp190 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,6 persen yoy menjadi Rp267,5 triliun, dan segmen korporasi tumbuh 13,8 persen yoy menjadi Rp197,7 triliun.

Dengan demikian, total portofolio kredit UMKM BRI mencapai 84,4 persen dari total penyaluran kredit, atau setara dengan Rp1.068,7 triliun.


Jaga Likuiditas

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan akan terus menjaga likuiditas sebagai langkah antisipasi perubahan suku bunga Federal Reserve atau The Fed dan Bank Indonesia (BI).

“Kami terapkan strategi just right liquidity untuk menjaga likuiditas di level yang optimal,” kata Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta, Rabu.

The Fed dan BI diprediksi bakal menurunkan suku bunga, di mana bank sentral AS bakal menurunkan Fed Fund Rate (FFR) pada kuartal II-2024 yang kemudian diikuti oleh penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI-Rate.

Sunarso berharap setelah satu semester nantinya suasana global dapat memasuki era suku bunga rendah. Meski begitu, BRI terus membuka ruang penyesuaian suku bunga, baik pinjaman maupun simpanan.


Adapun penyesuaian suku bunga BRI nantinya bakal mempertimbangkan banyak faktor, seperti biaya dana, persaingan, serta kondisi perekonomian.

“Kemarin, kita selama satu tahun dihantui dengan istilah higher for longer. For longer sampai kapan? Kami harap jangan terlalu longer,” ujar dia.

Sunarso mengatakan biaya dana atau Cost of Fund (CoF) BRI masih berpotensi meningkat pada tahun ini, seiring dengan kenaikan suku bunga pasar uang yang menjadi acuan serta ketatnya likuiditas pada periode sebelumnya.

Namun, Sunarso optimistis CoF BRI hingga saat ini masih terkelola dengan baik. Dalam konteks itu, BRI tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan likuiditas.

Likuiditas perseroan yang terjaga disebut berkat dorongan dari pertumbuhan kredit, di mana Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI pada akhir Desember 2023 sebesar 84,2 persen.

Adapun penyaluran kredit tercatat sebesar Rp1.266,4 triliun pada 2023, tumbuh 11,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

“Dalam situasi apa pun, BRI akan secara konsisten menerapkan just right liquidity, artinya kami tidak akan menumpuk likuiditas berlebihan yang tidak bisa kami salurkan serta tidak membiarkan kekurangan likuiditas agar dapat tumbuh secara optimal,” kata Sunarso.

 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRI incar pertumbuhan kredit hingga 12 persen pada 2024

Pewarta: Imamatul Silfia

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024