Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 varian JN.1 masih terkendali mengingat belum banyak pasien yang membutuhkan ruang perawatan intensif atau ICU.
 
"Jumlah yang dirawat di ICU masih enggak banyak, orang yang sakit saat ini masih belum membutuhkan ICU, karena untuk melihat seberapa berbahaya COVID-19 ini kita melihat tiga aspek, mulai jumlah kasus, jumlah orang yang perlu rawat inap, dan jumlah orang yang perlu masuk ke ICU," ujar Imran dalam bincang akhir tahun bersama Kemenkes di Jakarta, Selasa.
 
Meski begitu, Imran menegaskan bahwa pemerintah tetap melakukan mitigasi untuk mengantisipasi lonjakan kasus akibat JN.1 ini.
 
"Memang ini akhir tahun, jadi kita harus memitigasi karena biasanya akhir tahun meningkat. Selain itu, perusahaan-perusahaan pengiriman kan juga akan tutup, kita sudah sampaikan ke rumah sakit-rumah sakit kalau harus menyiapkan oksigen dan obat-obatannya, itu sudah kami lakukan, sehingga kalau terjadi lonjakan, kita enggak gagap," ujar dia.
 
Imran juga menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada mutasi baru virus COVID-19, karena varian JN.1 sebenarnya adalah galur (turunan) dari varian Omicron.
 
Ia menekankan bahwa Kemenkes akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah untuk melakukan penjagaan di tempat-tempat wisata mewaspadai lonjakan kasus, karena jumlah pengunjung pasti akan naik pada libur natal dan tahun baru.
 
"Potensi (peningkatan kasus COVID-19) pasti ada karena orang kan mobilitas ya, tempat-tempat wisata juga penuh, tetapi yang dijaga itu, kita terus memonitor apakah ada kasus baru dengan galur baru selain Omicron, kita selalu memantau tingkat keterisian ICU nya, berapa yang membutuhkan perawatan serius, kalau di rumah sakit itu masih cukup banyak ketersediaan, berarti masih terkendali," ucapnya.
 
Kemenkes, lanjut dia, juga telah membuat edaran kepada pemerintah daerah untuk memastikan fasilitas kesehatan (faskes) siap dari segi obat-obatan, tenaga kesehatan, maupun logistik.
 
"Dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) juga sudah memberikan perhatian, menyampaikan kepada faskes-faskes agar logistik, tenaga kesehatan disiapkan di akhir tahun ini," tuturnya.

Imran juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan benar, dan mengurangi mobilitas yang tidak penting. Selain itu, bagi yang belum mendapatkan vaksin penguat atau booster juga agar segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat untuk divaksin.
Mutasi baru

Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ditemukan mutasi baru virus COVID-19, meski penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
 
"Saat ini, sesuai pemantauan kita, tidak ada mutasi virus baru, selama pandemi meski terjadi lonjakan kematian dan kasus, kalau muncul ada strain baru, JN.1 itu adalah turunan dari Omicron," kata Imran dalam bincang akhir tahun bersama Kemenkes di Jakarta, Selasa.
 
Imran juga memastikan bahwa pasien yang terdeteksi mengalami infeksi varian JN.1 sudah mendapatkan vaksin penguat (booster) kedua.
 
"Riwayat vaksin (pasien) rata-rata sudah dua kali, booster, dan untuk kematiannya, sudah dikonfirmasi tadi kalau bukan orang-orang (yang terinfeksi JN.1) ini, karena yang saya tahu kematian hampir semua ada komorbidnya," ujar dia.

Baca juga: Hoaks! Kemenkes wajibkan penggunaan masker mulai 15 Desember 2023

Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat lengkapi dosis vaksinasi COVID-19

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu sudah mengonfirmasi masing-masing satu kasus infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 varian JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan pada 11 November 2023, Jakarta Timur pada 23 November 2023, dan Batam pada 13 Desember 2023.
 
Maxi juga menyebutkan bahwa menurut laporan per 18 Desember 2023 ada dua kasus kematian akibat COVID-19, masing-masing satu kasus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan RSUD Tarakan Jakarta.
 
"Satu pasien meninggal sudah divaksin dua kali dan memiliki komorbid. Satunya lagi belum pernah divaksin dan mengalami infeksi paru-paru," kata Maxi.
 
Terkait vaksin, Imran mengemukakan bahwa untuk menyambut Natal dan Tahun Baru, Kemenkes tidak mengeluarkan kebijakan untuk membuat sentra-sentra vaksin lagi.
 
"Vaksin bisa minta lagi di fasilitas kesehatan (faskes), di pusat tidak ada kebijakan untuk membuat sentra-sentra vaksin lagi, karena permintaan vaksinnya enggak ada, jadi teman-teman di puskesmas, daripada menyetok tapi tidak dipakai, maka mereka tidak minta," ucap Imran.
 
Ia juga menyebutkan bahwa stok vaksin saat ini masih aman.
 
"Masih ada 3,5 juta dosis vaksin, tinggal bagaimana pelaksanaannya, dan terserah masing-masing dinas kesehatan di daerah mau membuat sentra vaksin lagi atau tidak," kata dia.
 
Ia juga mengutarakan, hingga saat ini belum ada kewajiban bagi fasilitas publik untuk menerapkan aplikasi Satu Sehat, karena dikhawatirkan akan berimplikasi pada perekonomian masyarakat.
 
"Karena itu kan berhubungan dengan kegawatdaruratan, sedangkan kegawatdaruratan kan sudah dicabut, sehingga belum ada bayangan ke sana, karena membuat suatu kegawatdaruratan kan implikasinya banyak nih, orang tidak bisa pergi, itu kan dampak ekonominya akan besar juga, sampai sekarang kita belum ada kebijakan ke sana," tuturnya.
 
Namun, Imran menegaskan agar masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan mengingat mobilitas akan meningkat selama periode natal dan tahun baru.
 
Masyarakat diimbau agar tetap memakai masker saat berpergian, mencuci tangan dengan benar sebelum memasuki rumah atau makan dan minum, serta membatasi mobilitas ke luar rumah apabila dirasa tidak terlalu penting.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes sebut kenaikan kasus COVID-19 varian JN.1 masih terkendali

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023