Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB), melaksanakan penandatanganan kerja sama dengan PT CRMAX Astha Mahadaya sebagai salah satu upaya untuk pengembangan produk-produk inovatif ramah lingkungan.
Plt Kepala PRLTB Handy Chandra mengatakan kerja sama ini dilandasi dengan kenyataan di era saat ini, di mana tantangan penggunaan energi ramah lingkungan dan yang baru terbarukan untuk menekan emisi karbon sudah tidak bisa ditawar lagi.
Baca juga: OJK sebut nilai perdagangan di bursa karbon Rp30,7 miliar per November 2023
"Penggunaan teknologi yang berorientasi pada pengurangan emisi karbon harus diupayakan dengan menggunakan sumber energi berkelanjutan yang mampu menekan emisi karbon," kata Handy dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Lebih lanjut, Handy mengatakan kerjasama BRIN dengan CRMAX, didasari bahwa perusahaan berbasis riset tersebut mampu mendorong pecepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) pada 2023 dan Net Zero Emission 2060.
"CRMAX telah mendistribusikan produk-produknya secara retail. Ini selaras dengan fokus negara saat ini yakni menekan tingkat kandungan emisi karbon dalam negeri dimana BRIN dengan CRMAX memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk ramah lingkungan. Harapannya hasil dari riset produk-produk retail CRMAX bisa membantu meringankan beban polusi udara," ujar Handy.
Menurutnya, produk-produk CRMAX secara konsep general memiliki kandungan emisi karbon minim yang sesuai dengan komitmen internasional bahwa penggunaan energi fosil terutama batubara harus dikurangi, sehingga langkah penting dalam usaha tersebut adalah melalui peralihan ke sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.
"Ke depannya kita harus berangsur-angsur bergeser dari energi fosil ke nabati. Tapi memang tidak bisa simsalabim, harus ada kerja sama semua pihak. Feeling saya pergeseran itu dalam 10-15 tahun tercapai, karena pada 2060 PLTU batubara sudah dilarang lagi. Jadi kita andalkan energi dari matahari, angin, tenaga listrik arus laut, dan atau perbedaan suhu, dan sekarang motor atau mobil listrik kan sudah jalan," ucap Handy.
Sementara itu, Direktur Utama PT CRMAX Astha Mahadaya, M Ardianto (Nino), mengatakan sebagai perusahaan berbasis riset, pihaknya menilai banyak sumber daya alam yang selama ini diekspor ke luar kemudian datang kembali ke Indonesia dalam bentuk bahan siap pakai.
Padahal, sumber daya yang besar tersebut dapat diolah di dalam negeri melalui berbagai kajian riset, dan manfaatnya dinikmati bersama sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi.
"Semangat kami adalah menghadirkan produk-produk sebagai subsitusi impor. Artinya kita kan memiliki sumber daya melimpah yang dapat diolah, sehingga bisa memberikan sumbangsih positif ke neraca ekspor-impor," ujar Nino.
Nino mengungkapkan, perubahan iklim dunia merupakan masalah serius karena dari tahun ke tahun nyata adanya, akibat efek Green House Gases (GHGs).
"Karenanya, sebagai produsen lokal untuk produk additive bahan bakar minyak, minyak pelumas dan turunan produknya di Indonesia, pihaknya mengusung tema besar menekan semaksimal mungkin emisi karbon mulai dari proses produksinya dan juga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk menurunkan emisi gas buang baik aplikasinya pada industri transportasi, industri pertambangan dan juga industri manufaktur," ujarnya.
Dia memgharapkan, dengan adanya kerja sama R&D dengan BRIN, dapat menghasilkan berbagai produk produk unggulan yang bisa diwujudkan dalam produk jadi yang digunakan di dalam negeri maupun dapat diekapor ke manca negara.
Di sisi lainnya, Nino mengungkapkan bahwa saat ini banyak produk-produk serupa yang dihasilkan di dalam negeri namun perlu perhatian yang serius serta dukungan dan komitmen pemerintah dalam hal regulasi untuk menjadikan produk dalam negeri merajai pasar lokal dan nasional, bukan produk import yang telah membebani neraca belanja negara.
"Kami yakin dan optimis dengan adanya peralatan riset maupun pertukaran pengetahuan/SDM yang tersedia di berbagai universitas dan lembaga penelitian (BRIN) bisa menghasilkan riset inovasi yang unggul ke depan," tutur Nino.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN-CRMAX kerja sama untuk tekan emisi karbon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Plt Kepala PRLTB Handy Chandra mengatakan kerja sama ini dilandasi dengan kenyataan di era saat ini, di mana tantangan penggunaan energi ramah lingkungan dan yang baru terbarukan untuk menekan emisi karbon sudah tidak bisa ditawar lagi.
Baca juga: OJK sebut nilai perdagangan di bursa karbon Rp30,7 miliar per November 2023
"Penggunaan teknologi yang berorientasi pada pengurangan emisi karbon harus diupayakan dengan menggunakan sumber energi berkelanjutan yang mampu menekan emisi karbon," kata Handy dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Lebih lanjut, Handy mengatakan kerjasama BRIN dengan CRMAX, didasari bahwa perusahaan berbasis riset tersebut mampu mendorong pecepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) pada 2023 dan Net Zero Emission 2060.
"CRMAX telah mendistribusikan produk-produknya secara retail. Ini selaras dengan fokus negara saat ini yakni menekan tingkat kandungan emisi karbon dalam negeri dimana BRIN dengan CRMAX memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk ramah lingkungan. Harapannya hasil dari riset produk-produk retail CRMAX bisa membantu meringankan beban polusi udara," ujar Handy.
Menurutnya, produk-produk CRMAX secara konsep general memiliki kandungan emisi karbon minim yang sesuai dengan komitmen internasional bahwa penggunaan energi fosil terutama batubara harus dikurangi, sehingga langkah penting dalam usaha tersebut adalah melalui peralihan ke sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.
"Ke depannya kita harus berangsur-angsur bergeser dari energi fosil ke nabati. Tapi memang tidak bisa simsalabim, harus ada kerja sama semua pihak. Feeling saya pergeseran itu dalam 10-15 tahun tercapai, karena pada 2060 PLTU batubara sudah dilarang lagi. Jadi kita andalkan energi dari matahari, angin, tenaga listrik arus laut, dan atau perbedaan suhu, dan sekarang motor atau mobil listrik kan sudah jalan," ucap Handy.
Sementara itu, Direktur Utama PT CRMAX Astha Mahadaya, M Ardianto (Nino), mengatakan sebagai perusahaan berbasis riset, pihaknya menilai banyak sumber daya alam yang selama ini diekspor ke luar kemudian datang kembali ke Indonesia dalam bentuk bahan siap pakai.
Padahal, sumber daya yang besar tersebut dapat diolah di dalam negeri melalui berbagai kajian riset, dan manfaatnya dinikmati bersama sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi.
"Semangat kami adalah menghadirkan produk-produk sebagai subsitusi impor. Artinya kita kan memiliki sumber daya melimpah yang dapat diolah, sehingga bisa memberikan sumbangsih positif ke neraca ekspor-impor," ujar Nino.
Nino mengungkapkan, perubahan iklim dunia merupakan masalah serius karena dari tahun ke tahun nyata adanya, akibat efek Green House Gases (GHGs).
"Karenanya, sebagai produsen lokal untuk produk additive bahan bakar minyak, minyak pelumas dan turunan produknya di Indonesia, pihaknya mengusung tema besar menekan semaksimal mungkin emisi karbon mulai dari proses produksinya dan juga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk menurunkan emisi gas buang baik aplikasinya pada industri transportasi, industri pertambangan dan juga industri manufaktur," ujarnya.
Dia memgharapkan, dengan adanya kerja sama R&D dengan BRIN, dapat menghasilkan berbagai produk produk unggulan yang bisa diwujudkan dalam produk jadi yang digunakan di dalam negeri maupun dapat diekapor ke manca negara.
Di sisi lainnya, Nino mengungkapkan bahwa saat ini banyak produk-produk serupa yang dihasilkan di dalam negeri namun perlu perhatian yang serius serta dukungan dan komitmen pemerintah dalam hal regulasi untuk menjadikan produk dalam negeri merajai pasar lokal dan nasional, bukan produk import yang telah membebani neraca belanja negara.
"Kami yakin dan optimis dengan adanya peralatan riset maupun pertukaran pengetahuan/SDM yang tersedia di berbagai universitas dan lembaga penelitian (BRIN) bisa menghasilkan riset inovasi yang unggul ke depan," tutur Nino.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN-CRMAX kerja sama untuk tekan emisi karbon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023