Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Jawa Barat menyatakan tetap menyediakan ruangan khusus untuk perawatan pasien COVID-19, meski belum ditemukannya kasus baru dari penyakit gangguan saluran pernafasan tersebut.
Direktur Medik dan Keperawatan RSHS Iwan Abdul Rachman saat dikonfirmasi di Bandung Jumat mengatakan, penyiapan tersebut tidak berubah sejak Pandemi COVID-19 berlangsung beberapa waktu yang lalu.
Baca juga: RSHS Bandung siapkan ruang perawatan jiwa khusus bagi caleg gagal
"Ruang perawatan tersebut kami siapkan, kemudian juga ruang ICU walaupun memang ada keterbatasan karena ruangannya itu kami gunakan semua untuk infeksi khusus, artinya seperti kasus-kasus tidak hanya COVID-19, tapi juga kami gunakan untuk kasus Mpox atau kasus TB, itu dirawat juga di tempat yang sama, jadi tempatnya satuan, tidak akan terjadi penularan," kata Iwan.
Meski demikian, katanya, ruang khusus perawatan untuk pasien COVID-19 yang disiapkan itu tidak sebanyak saat pandemi terjadi.
"Nah ada satu lagi ruangan yang kita gunakan untuk derajat sakit yang ringan sedang atau berat atau yang tidak menggunakan alat ventilator, jadi kalau dulu RSHS menggunakan satu gedung ada sekitar empat sampai lima lantai, saat ini kami hanya menggunakan satu lantai dan itu pun kadang jumlah pasien tidak sampai 100 persen," katanya.
Meski demikian, Iwan menyampaikan belum ada peningkatan yang signifikan terkait kasus COVID-19 di RS Hasan Sadikin.
"Hingga saat ini untuk kasus COVID-19 di RSHS belum menunjukan angka peningkatan yang signifikan dalam hal penambahan jumlah kasusnya maupun mortalitas," kata Iwan.
Namun, Iwan tidak menampik pihaknya sempat menerima laporan dari tim di RSHS mengenai beberapa kasus yang derajat keparahannya masih terkendali, sama seperti pasien-pasien kasus COVID-19 sebelumnya, meski pada November 2023 lalu sempat ada satu kematian namun lebih dikarenakan penyakit bawaan.
"Jadi sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini diberitakan ada COVID-19 varian yang baru tapi sejauh ini kami belum menemukan suatu perbedaan pola dari tingkat keparahannya maupun dari jumlah ledakannya, masih belum meningkat," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS Jovita Hartantri mengatakan, setelah memasuki masa endemi, RSHS sudah tidak banyak menangani pasien kasus COVID-19. Hanya satu sampai dua pasien yang ditangani di RSHS sejak Juni 2023 lalu, dan sampai hari ini tidak sedang merawat pasien baru.
"Tapi itu juga tidak menunjukan satu peningkatan yang signifikan. Jadi kalau kita lihat kasus yang terakhir itu sempat kosong di bulan Agustus (2023), bulan Juli itu tidak ada kasus lagi hanya sisa dari bulan Juni yang dirawat. Lalu dua bulan hampir tidak ada kasus, hanya ada satu waktu itu dari pemeriksaan karena kalau dari kami di RSHS melakukan screening ya untuk pasien-pasien yang akan menjalani operasi. Itu ada satu waktu tapi ringan dan kemudian pulang di Bulan Agustus, sedang pasien lain tidak ada sampai September 2023," katanya.
Terkait varian COVID-19 teranyar, Jovita memastikan semua pasien COVID-19 yang pernah dirawat di RSHS tidak pernah menunjukan adanya varian di luar Omicron.
Baca juga: RSHS Bandung: Penanganan satu pasien cacar monyet belum perlu antivirus
"Jadi kalau kita lihat terakhir itu kita tahu varian Omicron mulai munculkan di akhir tahun 2021 lalu full/penuh di tahun 2022 dan sampai 2023. Nah itu kasusnya masih dengan Omicron, dan juga dalam tahun 2022 kami melihat kasus-kasus Omicron itu paling banyak," katanya.
Kemudian, terkait dengan pasien COVID-19 yang meninggal, Jovita mengatakan pasien tersebut tidak hanya menderita penyakit COVID-19, melainkan juga terdapat penyakit berat lainnya sehingga membuat pasien tidak tertolong.
"Memang ada di bulan November kemarin pasien meninggal, tapi itu karena ada komplikasi lain. Sebenarnya kalau kami lihat dari perjalanan COVID dan derajat Covidnya sebenarnya tidak berat, jadi yang berat adalah adanya infeksi lain, infeksi TB dan infeksi lain yang kemudian membuat pasien menjadi tidak tertolong," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: RSHS tetap sediakan ruangan khusus untuk pasien COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Direktur Medik dan Keperawatan RSHS Iwan Abdul Rachman saat dikonfirmasi di Bandung Jumat mengatakan, penyiapan tersebut tidak berubah sejak Pandemi COVID-19 berlangsung beberapa waktu yang lalu.
Baca juga: RSHS Bandung siapkan ruang perawatan jiwa khusus bagi caleg gagal
"Ruang perawatan tersebut kami siapkan, kemudian juga ruang ICU walaupun memang ada keterbatasan karena ruangannya itu kami gunakan semua untuk infeksi khusus, artinya seperti kasus-kasus tidak hanya COVID-19, tapi juga kami gunakan untuk kasus Mpox atau kasus TB, itu dirawat juga di tempat yang sama, jadi tempatnya satuan, tidak akan terjadi penularan," kata Iwan.
Meski demikian, katanya, ruang khusus perawatan untuk pasien COVID-19 yang disiapkan itu tidak sebanyak saat pandemi terjadi.
"Nah ada satu lagi ruangan yang kita gunakan untuk derajat sakit yang ringan sedang atau berat atau yang tidak menggunakan alat ventilator, jadi kalau dulu RSHS menggunakan satu gedung ada sekitar empat sampai lima lantai, saat ini kami hanya menggunakan satu lantai dan itu pun kadang jumlah pasien tidak sampai 100 persen," katanya.
Meski demikian, Iwan menyampaikan belum ada peningkatan yang signifikan terkait kasus COVID-19 di RS Hasan Sadikin.
"Hingga saat ini untuk kasus COVID-19 di RSHS belum menunjukan angka peningkatan yang signifikan dalam hal penambahan jumlah kasusnya maupun mortalitas," kata Iwan.
Namun, Iwan tidak menampik pihaknya sempat menerima laporan dari tim di RSHS mengenai beberapa kasus yang derajat keparahannya masih terkendali, sama seperti pasien-pasien kasus COVID-19 sebelumnya, meski pada November 2023 lalu sempat ada satu kematian namun lebih dikarenakan penyakit bawaan.
"Jadi sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini diberitakan ada COVID-19 varian yang baru tapi sejauh ini kami belum menemukan suatu perbedaan pola dari tingkat keparahannya maupun dari jumlah ledakannya, masih belum meningkat," katanya.
Senada dengan itu, Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS Jovita Hartantri mengatakan, setelah memasuki masa endemi, RSHS sudah tidak banyak menangani pasien kasus COVID-19. Hanya satu sampai dua pasien yang ditangani di RSHS sejak Juni 2023 lalu, dan sampai hari ini tidak sedang merawat pasien baru.
"Tapi itu juga tidak menunjukan satu peningkatan yang signifikan. Jadi kalau kita lihat kasus yang terakhir itu sempat kosong di bulan Agustus (2023), bulan Juli itu tidak ada kasus lagi hanya sisa dari bulan Juni yang dirawat. Lalu dua bulan hampir tidak ada kasus, hanya ada satu waktu itu dari pemeriksaan karena kalau dari kami di RSHS melakukan screening ya untuk pasien-pasien yang akan menjalani operasi. Itu ada satu waktu tapi ringan dan kemudian pulang di Bulan Agustus, sedang pasien lain tidak ada sampai September 2023," katanya.
Terkait varian COVID-19 teranyar, Jovita memastikan semua pasien COVID-19 yang pernah dirawat di RSHS tidak pernah menunjukan adanya varian di luar Omicron.
Baca juga: RSHS Bandung: Penanganan satu pasien cacar monyet belum perlu antivirus
"Jadi kalau kita lihat terakhir itu kita tahu varian Omicron mulai munculkan di akhir tahun 2021 lalu full/penuh di tahun 2022 dan sampai 2023. Nah itu kasusnya masih dengan Omicron, dan juga dalam tahun 2022 kami melihat kasus-kasus Omicron itu paling banyak," katanya.
Kemudian, terkait dengan pasien COVID-19 yang meninggal, Jovita mengatakan pasien tersebut tidak hanya menderita penyakit COVID-19, melainkan juga terdapat penyakit berat lainnya sehingga membuat pasien tidak tertolong.
"Memang ada di bulan November kemarin pasien meninggal, tapi itu karena ada komplikasi lain. Sebenarnya kalau kami lihat dari perjalanan COVID dan derajat Covidnya sebenarnya tidak berat, jadi yang berat adalah adanya infeksi lain, infeksi TB dan infeksi lain yang kemudian membuat pasien menjadi tidak tertolong," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: RSHS tetap sediakan ruangan khusus untuk pasien COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023