Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi pelambatan ekonomi dan krisis utang properti di China.

“Pelambatan ekonomi dan krisis utang properti di China bisa jadi memicu sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko hari ini,” ujar Ariston ketika dihubungi, di Jakarta, Selasa.

Data Purchasing Managers' Index sektor jasa China pada Agustus 2023 yang dirilis pagi ini menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi 51,8 dengan ekspektasi 53,6.

Selain itu, pelemahan rupiah turut dipengaruhi pertimbangan pasar mengenai kemungkinan suku bunga acuan AS dipertahankan di level tinggi, karena inflasi AS masih belum mencapai target.

Serangkaian data ekonomi yang menyoroti moderasi inflasi serta pelonggaran pasar tenaga kerja menambah kesan bahwa perekonomian AS sedang mendingin tanpa melambat secara tajam. Hal ini memperkuat harapan perekonomian AS akan memasuki kondisi soft landing (pertumbuhan yang lambat dengan hanya sedikit peningkatan pengangguran).

 

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah melemah karena pelambatan ekonomi China

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023