Anatarjawabarat.com,5/12 - Selepas Perang Dunia II, kata nuklir bak momok menakutkan. Dunia alergi bahwa cenderung takut jika mendengar kata nuklir.
Tak heran, bom atom pertama yang jatuh di Nagasaki dan Hiroshima mempunyai kisah sedih bahkan memilukan. Ratusan ribu jiwa menjadi korban kedahsyatan bom tersebut.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, dunia masih mengalami trauma yang tak kunjung terobati, meskipun nuklir tersebut digunakan untuk tujuan damai.
"Nuklir bukan sesuatu yang angker. Pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sudah dilakukan di berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, energi, peternakan, dan lain sebagainya," ujar Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta saat membuka acara "Atomos Day" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saking angkernya kata nuklir, hingga saat ini pembangunan PLTN masih mengalami tarik ulur.
Nuklir sendiri memiliki pengertian inti atom yang terdiri dari proton dan neutron, yang diikat oleh gaya terkuat di dunia yakni gaya nuklir kuat. Gaya tersebut yang menjaga agar proton dan neutron tetap berada di dalam inti atom.
Sementara energi nuklir adalah energi yang dihasilkan dari perpecahan dua inti atom yang tidak stabil menjadi inti atom yang lebih kecil. Reaksi tersebut mengakibatkan terlepasnya sinar gamma dalam bentuk energi panas.
"Nuklir terdapat dalam semua benda dan tidak berbahaya jika dikelola dengan benar."
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah melakukan berbagai riset mengenai pemanfaatan nuklir dalam berbagai bidang salah satunya pertanian.
BATAN juga telah berkontribusi aktif dalam mengembangkan kedelai di Indonesia, melalui pemulian tanaman dengan teknik mutasi radiasi.
Saat ini BATAN telah menghasilkan delapan varietas unggul kedelai nasional yang mempunyai keunggulan baik dalam produktivitas maupun kualitas.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN pada Senin (2/12), meluncurkan dua varietas unggul kedelai yakni Gamasugen 1 dan Gamasugen 2.
Kedua varietas unggul tersebut diluncurkan berdasarkan SK Menteri Pertanian 4387/Kpts/SE 120/6/2013 dan 4387/Kpts/SE 120/6/2013.
Kepala PATIR Dr Hendig Winarno mengatakan varietas unggul tersebut dihasilkan melalui pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi sinar gamma.
Proses radiasi pada kedelai dilakukan pada generasi pertama, yang kemudian dilanjutkan proses seleksi dan pemurnian. Selanjutnya adalah pengujian kualitas.
"Keunggulan varietasnya akan diketahui setelah melalui pengujian hingga generasi ke sepuluh sampai menjadi benih," jelas Hendig.
Berdasarkan hasil uji adaptasi di 16 lokasi dalam dua musim berbeda yakni kemarau dan hujan, diketahui Gamasugen mempunyai umur panen 66 sampai 68 hari, lebih cepat dari varietas sebelumnya yang rata-rata 73 hari.
Kemudian, keunggulan lainnya, produksi tinggi dengan rata-rata 2,4 hingga 2,6 ton per hektar, tahan terhadap penyakit karat daun (Phakospora pachirhyzi Syd), tahan penyakit bercak (Cercaspora), dan tahan terhadap serangan hama pengerek pucuk (Melanamagromyza sojac).
"Rendeman tahu dan tempe lebih tinggi dibanding dengan kedelai impor dan rasanya juga lebih enak," kata Hendig.
Kandungan protein 37,65 persen untuk Gamasugen 1 dan 37,34 persen untuk Gamasugen 2, serta kandungan lemak 13,2 persen untuk masing-masing varietas.
"Saat ini, kedelai masih dalam tahap karantina dan akan dilepas beberapa bulan ke depan."
Lebih Aman
Hendig mengatakan kedelai hasil pengembangan Iptek nuklir lebih aman dibandingkan kedelai impor yang berasal dari pengembangan transgenik.
"Melalui teknik mutasi radiasi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Hendig.
Kedelai hasil mutasi radiasi tidak perlu dikhawatirkan karena secara genetik setelah dilakukan radiasi tidak ada yang berubah. Selain itu tidak ada residu genetik.
Berbeda dengan kedelai transgenik dimana untuk memperbaiki gen kedelai, maka disisipi gen dari makhluk lain.
"Misalnya kedelai di Amerika Serikat, disisipi gen ikan yang berasal dari Amerika Selatan. Untuk ras tertentu, bisa menjadi penyebab alergi," jelas dia.
Bahkan hingga saat ini, lanjut dia, belum ada izin untuk menanam benih kedelai transgenik.
"Jadi kedelai hasil pengembangan nuklir lebih aman, karena kami hanya mempercepat usia tanam,"
Swasembada
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kebutuhan kedelai dalam negeri pada 2012 sebesar 2,5 juta ton, sementara produksi kedelai nasional hanya sekitar 850.000 ton atau hanya 34 persen dari kebutuhan kedelai nasional.
Kekurangan tersebut ditutupi impor yang mencapai 1,65 juta ton, sehingga menguras devisa negara.
Hendig mengatakan petani bisa menanam kedelai usai masa panen pertama. Biasanya petani menanam padi dua kali setahun. Rentang panen pertama dan masa tanam dapat diisi dengan menanam kedelai yang umur tanamnya lebih cepat.
Petani, lanjut Hendig, bisa mendapat keuntungan dari penanaman padi tersebut. Selain itu, lahan tidur juga bisa dimanfaatkan dengan menanami kedelai.
"Perlu adanya motivasi agar petani semangat menanam kedelai," imbuh Hendig.
Hendig menjabarkan jika petani memiliki lahan sekitar satu hektar maka akan menghasilkan dua ton kedelai dalam satu masa panen.
Jika di Tanah air, memiliki sekitar tujuh hingga delapan juta hektar sawah, maka kebutuhan kedelai tidak perlu ditutupi dengan impor lagi.
"Pengusaha tahu dan tempe juga tidak perlu khawatir dengan kenaikan harga kedelai," pungkas Hendrik.
***4***
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
Tak heran, bom atom pertama yang jatuh di Nagasaki dan Hiroshima mempunyai kisah sedih bahkan memilukan. Ratusan ribu jiwa menjadi korban kedahsyatan bom tersebut.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, dunia masih mengalami trauma yang tak kunjung terobati, meskipun nuklir tersebut digunakan untuk tujuan damai.
"Nuklir bukan sesuatu yang angker. Pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sudah dilakukan di berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, energi, peternakan, dan lain sebagainya," ujar Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta saat membuka acara "Atomos Day" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saking angkernya kata nuklir, hingga saat ini pembangunan PLTN masih mengalami tarik ulur.
Nuklir sendiri memiliki pengertian inti atom yang terdiri dari proton dan neutron, yang diikat oleh gaya terkuat di dunia yakni gaya nuklir kuat. Gaya tersebut yang menjaga agar proton dan neutron tetap berada di dalam inti atom.
Sementara energi nuklir adalah energi yang dihasilkan dari perpecahan dua inti atom yang tidak stabil menjadi inti atom yang lebih kecil. Reaksi tersebut mengakibatkan terlepasnya sinar gamma dalam bentuk energi panas.
"Nuklir terdapat dalam semua benda dan tidak berbahaya jika dikelola dengan benar."
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah melakukan berbagai riset mengenai pemanfaatan nuklir dalam berbagai bidang salah satunya pertanian.
BATAN juga telah berkontribusi aktif dalam mengembangkan kedelai di Indonesia, melalui pemulian tanaman dengan teknik mutasi radiasi.
Saat ini BATAN telah menghasilkan delapan varietas unggul kedelai nasional yang mempunyai keunggulan baik dalam produktivitas maupun kualitas.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN pada Senin (2/12), meluncurkan dua varietas unggul kedelai yakni Gamasugen 1 dan Gamasugen 2.
Kedua varietas unggul tersebut diluncurkan berdasarkan SK Menteri Pertanian 4387/Kpts/SE 120/6/2013 dan 4387/Kpts/SE 120/6/2013.
Kepala PATIR Dr Hendig Winarno mengatakan varietas unggul tersebut dihasilkan melalui pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi radiasi sinar gamma.
Proses radiasi pada kedelai dilakukan pada generasi pertama, yang kemudian dilanjutkan proses seleksi dan pemurnian. Selanjutnya adalah pengujian kualitas.
"Keunggulan varietasnya akan diketahui setelah melalui pengujian hingga generasi ke sepuluh sampai menjadi benih," jelas Hendig.
Berdasarkan hasil uji adaptasi di 16 lokasi dalam dua musim berbeda yakni kemarau dan hujan, diketahui Gamasugen mempunyai umur panen 66 sampai 68 hari, lebih cepat dari varietas sebelumnya yang rata-rata 73 hari.
Kemudian, keunggulan lainnya, produksi tinggi dengan rata-rata 2,4 hingga 2,6 ton per hektar, tahan terhadap penyakit karat daun (Phakospora pachirhyzi Syd), tahan penyakit bercak (Cercaspora), dan tahan terhadap serangan hama pengerek pucuk (Melanamagromyza sojac).
"Rendeman tahu dan tempe lebih tinggi dibanding dengan kedelai impor dan rasanya juga lebih enak," kata Hendig.
Kandungan protein 37,65 persen untuk Gamasugen 1 dan 37,34 persen untuk Gamasugen 2, serta kandungan lemak 13,2 persen untuk masing-masing varietas.
"Saat ini, kedelai masih dalam tahap karantina dan akan dilepas beberapa bulan ke depan."
Lebih Aman
Hendig mengatakan kedelai hasil pengembangan Iptek nuklir lebih aman dibandingkan kedelai impor yang berasal dari pengembangan transgenik.
"Melalui teknik mutasi radiasi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Hendig.
Kedelai hasil mutasi radiasi tidak perlu dikhawatirkan karena secara genetik setelah dilakukan radiasi tidak ada yang berubah. Selain itu tidak ada residu genetik.
Berbeda dengan kedelai transgenik dimana untuk memperbaiki gen kedelai, maka disisipi gen dari makhluk lain.
"Misalnya kedelai di Amerika Serikat, disisipi gen ikan yang berasal dari Amerika Selatan. Untuk ras tertentu, bisa menjadi penyebab alergi," jelas dia.
Bahkan hingga saat ini, lanjut dia, belum ada izin untuk menanam benih kedelai transgenik.
"Jadi kedelai hasil pengembangan nuklir lebih aman, karena kami hanya mempercepat usia tanam,"
Swasembada
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kebutuhan kedelai dalam negeri pada 2012 sebesar 2,5 juta ton, sementara produksi kedelai nasional hanya sekitar 850.000 ton atau hanya 34 persen dari kebutuhan kedelai nasional.
Kekurangan tersebut ditutupi impor yang mencapai 1,65 juta ton, sehingga menguras devisa negara.
Hendig mengatakan petani bisa menanam kedelai usai masa panen pertama. Biasanya petani menanam padi dua kali setahun. Rentang panen pertama dan masa tanam dapat diisi dengan menanam kedelai yang umur tanamnya lebih cepat.
Petani, lanjut Hendig, bisa mendapat keuntungan dari penanaman padi tersebut. Selain itu, lahan tidur juga bisa dimanfaatkan dengan menanami kedelai.
"Perlu adanya motivasi agar petani semangat menanam kedelai," imbuh Hendig.
Hendig menjabarkan jika petani memiliki lahan sekitar satu hektar maka akan menghasilkan dua ton kedelai dalam satu masa panen.
Jika di Tanah air, memiliki sekitar tujuh hingga delapan juta hektar sawah, maka kebutuhan kedelai tidak perlu ditutupi dengan impor lagi.
"Pengusaha tahu dan tempe juga tidak perlu khawatir dengan kenaikan harga kedelai," pungkas Hendrik.
***4***
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013