Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pengaktifan PG Sindanglaut yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dapat meningkatkan minat petani untuk kembali menanam tebu dan diharapkan bisa menyejahterakan.
“Dengan adanya industri gula jaminan masyarakat jadi lebih pasti dan ekosistem lebih tertata,” kata Menteri Syahrul saat meninjau PG Sindanglaut di Cirebon, Selasa.
Menurutnya kehadiran pabrik gula berskala besar sangat penting dalam membuka lapangan kerja dan juga menaikkan kesejahteraan petani setempat.
Selain itu tentunya dapat meningkatkan minat para petani untuk kembali menanam tebu, mengingat sudah ada jaminan bagi mereka, sehingga ini diharapkan dapat menyejahterakan para petani.
Ia mengatakan, kehadiran pabrik gula juga menjamin hilirisasi produksi petani dalam memperbesar areal lahannya. Artinya lahan petani bertambah namun keuntungan atau margin mereka juga meningkat.
Oleh karena itu, hadirnya industri ini mampu menjadikan pangan sebagai industri terbaik dalam menghadapi tantangan masa depan.
“Tebu adalah komoditas pertanian yang sangat strategis dan tebu merupakan bahan baku utama gula tentunya masih sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat, sehingga ini suatu komoditas yang harus diperhatikan betul apalagi kita masih defisit 800.000 ton,” tuturnya.
Mentan memastikan pemerintah akan hadir melakukan pendampingan kepada petani Indonesia, di antaranya melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi.
Selain itu kata Mentan, pihaknya mendorong agar lahan-lahan yang sudah tidak difungsikan, agar bisa diserahkan untuk ditanami tebu, supaya bisa swasembada gula di tahun 2024.
“Negara harus hadir dalam menanam tebu rakyat terutama yang berkaitan dengan lahan petani, lahan yang sudah tidak produktif agar bisa dikonversikan menjadi lahan-lahan kebun dan diberikan kepada rakyat,” katanya.
Sempat ditutup
General Manajer Pabrik Gula Sindanglaut dan Tersana Baru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Muchamad Wisri Mustafa mengatakan penutupan PG Sindanglaut merupakan keputusan dari Direksi dan ini untuk efisiensi perusahaan yang berdiri sejak zaman penjajahan itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
“Dengan adanya industri gula jaminan masyarakat jadi lebih pasti dan ekosistem lebih tertata,” kata Menteri Syahrul saat meninjau PG Sindanglaut di Cirebon, Selasa.
Menurutnya kehadiran pabrik gula berskala besar sangat penting dalam membuka lapangan kerja dan juga menaikkan kesejahteraan petani setempat.
Selain itu tentunya dapat meningkatkan minat para petani untuk kembali menanam tebu, mengingat sudah ada jaminan bagi mereka, sehingga ini diharapkan dapat menyejahterakan para petani.
Ia mengatakan, kehadiran pabrik gula juga menjamin hilirisasi produksi petani dalam memperbesar areal lahannya. Artinya lahan petani bertambah namun keuntungan atau margin mereka juga meningkat.
Oleh karena itu, hadirnya industri ini mampu menjadikan pangan sebagai industri terbaik dalam menghadapi tantangan masa depan.
“Tebu adalah komoditas pertanian yang sangat strategis dan tebu merupakan bahan baku utama gula tentunya masih sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat, sehingga ini suatu komoditas yang harus diperhatikan betul apalagi kita masih defisit 800.000 ton,” tuturnya.
Mentan memastikan pemerintah akan hadir melakukan pendampingan kepada petani Indonesia, di antaranya melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi.
Selain itu kata Mentan, pihaknya mendorong agar lahan-lahan yang sudah tidak difungsikan, agar bisa diserahkan untuk ditanami tebu, supaya bisa swasembada gula di tahun 2024.
“Negara harus hadir dalam menanam tebu rakyat terutama yang berkaitan dengan lahan petani, lahan yang sudah tidak produktif agar bisa dikonversikan menjadi lahan-lahan kebun dan diberikan kepada rakyat,” katanya.
Sempat ditutup
General Manajer Pabrik Gula Sindanglaut dan Tersana Baru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Muchamad Wisri Mustafa mengatakan penutupan PG Sindanglaut merupakan keputusan dari Direksi dan ini untuk efisiensi perusahaan yang berdiri sejak zaman penjajahan itu.
"Kita sudah sosialisasi terkait keputusan Direksi mengenai 'off' nya (ditutupnya) PG Sindanglaut kepada petani juga organisasi APTRI," kata Wisri di Cirebon, pada 15 Februari 2020.
Menurut dia penutupan PG Sindanglaut merupakan hasil dari kajian dan juga alasan yang dapat diterima semua perusahaan, karena ketika pabrik terus beroperasi, maka perusahaan terus mengalami kerugian yang tidak sedikit.
"Berdasarkan paparan dan alasan-alasannya Direksi kemudian memutuskan untuk menutup PG Sindanglaut," ujarnya. Seperti jumlah bahan baku di PG Sindanglaut yang dari tahun ke tahun terus menurun dan tidak mencukupi untuk digiling di pabrik.
Dia juga mengatakan semua pabrik gula ketika masa gilingnya di bawah 100 hari, maka dipastikan pabrik tersebut akan mengalami kerugian. "Karena untuk idealnya pabrik gula itu masa giling harus lebih dari 100 hari," katanya.
Lahan tebu milik petani yang berada di bawah Pabrik Gula (PG) Sindanglaut sendiri dari tahun ke tahun terus menyusut dan sekarang tinggal 2.000 an hektare saja.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan: Pengaktifan PG Sindanglaut tingkatkan minat petani
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan: Pengaktifan PG Sindanglaut tingkatkan minat petani
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023