Keriput di wajahnya tidak melunturkan semangat kala menuntut ilmu. Sorot matanya pun selalu teduh, bahagia bertemu teman sebaya.
Alat bantu jalan yang dibawa senantiasa menguatkan kakinya yang tak lagi tangguh seperti saat muda dulu.
Namun ada satu yang tetap selalu sama, bagi dia dengan teman sebayanya, belajar itu sepanjang hayat dan tak lekang oleh waktu.
Sri Gumarti menaruh harapan di Sekolah Lanjut Usia (Lansia) Fatmawati tempatnya belajar, meski tak formal, namun ada banyak ilmu kehidupan yang bisa didapatkannya.
Wanita berusia 67 tahun itu dulu bekerja sebagai guru seni, meski usianya tak lagi muda, namun suara merdunya masih menggema di kala bergabung di Sekolah Lansia Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dulunya, ia sempat mengajar sebagai guru seni musik di dua sekolah, yakni SDN Pondok Labu 09 dan SMP PGRI 12 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Lalu pensiun mengajar pada 2016.
Pengetahuan itu harus terus dibagi dan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Terlebih harapan itu disambut baik oleh para pengelola sekolah, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, serta Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi (PPAPP) DKI Jakarta.
“Alasan saya bergabung karena ingin mengembangkan pengetahuan dan menyumbangkan pengetahuan yang didapatkan,” ujar wanita itu saat ditemui ANTARA.
Bagi Gumarti, berkumpul bersama teman-teman lansia bisa menjadikan waktu bermanfaat, selain hanya berada di rumah.
Selama terus diberi usia oleh Tuhan Yang Maha Esa, dirinya akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Teman-teman sekolah pun memberikan semangat untuk mengajaknya tampil dalam pentas.
Terlebih, saat ini dirinya sudah menginjak standar 2 (S-2) di sekolah itu dan mata pelajaran yang disukainya, yakni kesenian, seperti bernyanyi.
Dulu sebelum jatuh dan memakai alat bantu jalan, dia juga suka menari, namun sekarang lebih suka menyanyi.
Harapan Gumarti kepada sesama teman lansia, untuk bisa terus mengembangkan dirinya selama jiwa raga masih dalam kandung badan.
Lansia mandiri
Pendirian Sekolah Lansia Fatmawati berawal dari pertemuan Bina Keluarga Lansia (BKL) dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, yang ingin agar para lanjut usia (lansia) lebih produktif di usianya.
Kemudian, mereka membentuk kepengurusan dan diadakan pelatihan fasilitator dari enam perwakilan wilayah kota dari DKI Jakarta di gedung Dinas PPAPP DKI.
Pada 24 November 2022, Dinas PPAPP DKI mencanangkan berdirinya Sekolah Lansia di lima wilayah kota dan satu di Kabupaten Kepulauan Seribu, dengan wilayah Jakarta Selatan didirikan, yakni Sekolah Lansia Fatmawati.
Sasarannya, yaitu melahirkan lansia tangguh dengan tujuh dimensi, yakni spiritual, fisik, sosial, emosional, intelektual, vokasional, dan lingkungan.
Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Kepala Sekolah Lansia Fatmawati, Yus Rusamsi, tak asal memimpin sekolah lansia itu. Dirinya yang merupakan mantan dosen mengajak rekan-rekannya untuk sukarela mengajar di sekolah itu.
Bahkan para murid di sekolah lansia itu juga bisa menjadi narasumber untuk saling berbagi pengetahuan mengingat latar belakang bermacam-macam.
Salah satu tujuannya mengajak para lanjut usia tentunya demi meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian bagi mereka.
Sekolah itu pernah mengajarkan para lansia cara membuat mainan dan membawa cucunya. Setelah mainan itu jadi, mereka bisa bermain bersama.
Sekolah itu tidak melihat pekerjaan para calon murid saat akan mendaftar. Syarat utama adalah mereka harus berusia 60 tahun ke atas dan mau mengikuti segala peraturan.
Para calon murid hanya dikenakan membayar biaya pendaftaran Rp30 ribu untuk memenuhi kebutuhan sekolah selama menempuh pendidikan.
Tidak masalah ada yang hanya lulusan sekolah dasar (SD), bahkan buta huruf juga ada. Karena itu, mereka bangga sekali saat wisuda.
Sekolah itu juga bekerja sama dengan Puskesmas Pondok Labu yang selalu mengecek tensi dan gula darah para murid. Selain itu, tersedia psikolog yang siap menerima konsultasi para lansia.
Dalam akhir keterangannya, Yus berharap pemerintah mendengarkan harapannya akan adanya bantuan dana operasional agar sekolah ini bisa terus berjalan dan bermanfaat.
Wisuda
Sekolah Lanjut Usia (lansia) Fatmawati Jakarta Selatan menanamkan mata pelajaran pengembangan diri bagi para wisudawan untuk menjadi bekal sehari-hari dalam kehidupan.
Mereka diberi pemahaman bahwa lansia perlu pendidikan nonformal karena pendidikan bagi lansia adalah pendidikan sepanjang hayat.
Sekolah Lansia Fatmawati, Cilandak melaksanakan wisuda bagi para alumni di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Jakarta, Kamis (25/5).
Para wisudawan "S1" itu nantinya akan melanjutkan ke jenjang "S2" hingga "S3". Setiap tahapan enam bulan sekali, sehingga para wisudawan menempuh pendidikan selama satu setengah tahun.
Jam belajarnya pun menyesuaikan waktu dan kondisi para murid, yakni pada Rabu pertama dan ketiga setiap bulan, antara pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.
Kegiatan belajar mengajar diadakan setiap dua pekan sekali menyesuaikan jenjang pendidikan. Pengembangan diri dan hobi yang diajarkan mengutamakan lansia bahagia dengan melakukan aktivitas yang disukai.
Salah satu aktivitas yang diajarkan, seperti bertanam yang semuanya terkait dengan semesta (spiritual), berbagi produk yang dihasilkan (sosial), beraktivitas fisik (fisikal), mengatasi hama tanaman (intelektual), memberi ruas puas/senang (emosional), potensi menghasilkan uang (vokasi) dan ramah lingkungan (lingkungan).
Sekolah itu pernah menerima 54 siswa, tapi yang wisuda 48 orang, sisanya mengulang lantaran hanya datang beberapa kali mengingat penilaian juga melihat kehadiran minimal 75 persen.
Sebelumnya, Lurah Kelurahan Pondok Labu Nachnoer Vernier melepas para wisudawan Sekolah Lansia Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Kamis (25/5).
Sekolah lansia ini diadakan demi menjadikan wadah sarana interaksi dan berbagai macam aktivitas bagi lansia. Sekolah nonformal lansia ini juga menjadi ajang pembelajaran dan silaturahmi bagi para murid, sehingga memberikan manfaat untuk dapat berinteraksi, memperoleh pengetahuan, lebih mandiri dan aktif di kegiatan seni serta olahraga.
Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI mencanangkan berdirinya sekolah nonformal lansia di lima wilayah kota dan satu Kabupaten Kepulauan Seribu pada Kamis 24 November 2022, yakni Sekolah Lansia Fatmawati (Jakarta Selatan), Sekolah Lansia Nirmala (Jakarta Utara), Sekolah Lansia Anggrek Merah (Jakarta Barat), Sekolah Lansia Mahira Kirana (Jakarta Timur), Sekolah Lansia Cempaka (Jakarta Pusat) dan Sekolah Lansia Kakap Merah (Kepulauan Seribu).
Info yang dihimpun ANTARA menyebutkan, Sekolah Lansia Fatmawati memiliki kurikulum mandiri, yakni untuk kurikulum standar 1 (S1) yang diajarkan adalah proses penuaan, komunikasi efektif, kesehatan jiwa lansia, konsep sehat dan sakit pada lansia, gizi lansia, pengembangan diri dan hobi, senam dan pijat.
Selanjutnya, standar 2 (S2) adalah yoga dan relaksasi, kesehatan jiwa lansia, pencegahan jatuh, kegawatdaruratan, lansia tangguh, pengembangan diri dan hobi, hingga perawatan paliatif.
Terakhir, standar 3 (S3), yaitu praktik senam lansia, praktik melakukan hobi, praktik yoga dan relaksasi, praktik dukungan kesehatan jiwa dan psikososial, hingga praktik berbisnis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menimba ilmu tak kenal usia di sekolah lansia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Alat bantu jalan yang dibawa senantiasa menguatkan kakinya yang tak lagi tangguh seperti saat muda dulu.
Namun ada satu yang tetap selalu sama, bagi dia dengan teman sebayanya, belajar itu sepanjang hayat dan tak lekang oleh waktu.
Sri Gumarti menaruh harapan di Sekolah Lanjut Usia (Lansia) Fatmawati tempatnya belajar, meski tak formal, namun ada banyak ilmu kehidupan yang bisa didapatkannya.
Wanita berusia 67 tahun itu dulu bekerja sebagai guru seni, meski usianya tak lagi muda, namun suara merdunya masih menggema di kala bergabung di Sekolah Lansia Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dulunya, ia sempat mengajar sebagai guru seni musik di dua sekolah, yakni SDN Pondok Labu 09 dan SMP PGRI 12 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Lalu pensiun mengajar pada 2016.
Pengetahuan itu harus terus dibagi dan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Terlebih harapan itu disambut baik oleh para pengelola sekolah, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, serta Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi (PPAPP) DKI Jakarta.
“Alasan saya bergabung karena ingin mengembangkan pengetahuan dan menyumbangkan pengetahuan yang didapatkan,” ujar wanita itu saat ditemui ANTARA.
Bagi Gumarti, berkumpul bersama teman-teman lansia bisa menjadikan waktu bermanfaat, selain hanya berada di rumah.
Selama terus diberi usia oleh Tuhan Yang Maha Esa, dirinya akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Teman-teman sekolah pun memberikan semangat untuk mengajaknya tampil dalam pentas.
Terlebih, saat ini dirinya sudah menginjak standar 2 (S-2) di sekolah itu dan mata pelajaran yang disukainya, yakni kesenian, seperti bernyanyi.
Dulu sebelum jatuh dan memakai alat bantu jalan, dia juga suka menari, namun sekarang lebih suka menyanyi.
Harapan Gumarti kepada sesama teman lansia, untuk bisa terus mengembangkan dirinya selama jiwa raga masih dalam kandung badan.
Lansia mandiri
Pendirian Sekolah Lansia Fatmawati berawal dari pertemuan Bina Keluarga Lansia (BKL) dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, yang ingin agar para lanjut usia (lansia) lebih produktif di usianya.
Kemudian, mereka membentuk kepengurusan dan diadakan pelatihan fasilitator dari enam perwakilan wilayah kota dari DKI Jakarta di gedung Dinas PPAPP DKI.
Pada 24 November 2022, Dinas PPAPP DKI mencanangkan berdirinya Sekolah Lansia di lima wilayah kota dan satu di Kabupaten Kepulauan Seribu, dengan wilayah Jakarta Selatan didirikan, yakni Sekolah Lansia Fatmawati.
Sasarannya, yaitu melahirkan lansia tangguh dengan tujuh dimensi, yakni spiritual, fisik, sosial, emosional, intelektual, vokasional, dan lingkungan.
Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Kepala Sekolah Lansia Fatmawati, Yus Rusamsi, tak asal memimpin sekolah lansia itu. Dirinya yang merupakan mantan dosen mengajak rekan-rekannya untuk sukarela mengajar di sekolah itu.
Bahkan para murid di sekolah lansia itu juga bisa menjadi narasumber untuk saling berbagi pengetahuan mengingat latar belakang bermacam-macam.
Salah satu tujuannya mengajak para lanjut usia tentunya demi meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian bagi mereka.
Sekolah itu pernah mengajarkan para lansia cara membuat mainan dan membawa cucunya. Setelah mainan itu jadi, mereka bisa bermain bersama.
Sekolah itu tidak melihat pekerjaan para calon murid saat akan mendaftar. Syarat utama adalah mereka harus berusia 60 tahun ke atas dan mau mengikuti segala peraturan.
Para calon murid hanya dikenakan membayar biaya pendaftaran Rp30 ribu untuk memenuhi kebutuhan sekolah selama menempuh pendidikan.
Tidak masalah ada yang hanya lulusan sekolah dasar (SD), bahkan buta huruf juga ada. Karena itu, mereka bangga sekali saat wisuda.
Sekolah itu juga bekerja sama dengan Puskesmas Pondok Labu yang selalu mengecek tensi dan gula darah para murid. Selain itu, tersedia psikolog yang siap menerima konsultasi para lansia.
Dalam akhir keterangannya, Yus berharap pemerintah mendengarkan harapannya akan adanya bantuan dana operasional agar sekolah ini bisa terus berjalan dan bermanfaat.
Wisuda
Sekolah Lanjut Usia (lansia) Fatmawati Jakarta Selatan menanamkan mata pelajaran pengembangan diri bagi para wisudawan untuk menjadi bekal sehari-hari dalam kehidupan.
Mereka diberi pemahaman bahwa lansia perlu pendidikan nonformal karena pendidikan bagi lansia adalah pendidikan sepanjang hayat.
Sekolah Lansia Fatmawati, Cilandak melaksanakan wisuda bagi para alumni di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Jakarta, Kamis (25/5).
Para wisudawan "S1" itu nantinya akan melanjutkan ke jenjang "S2" hingga "S3". Setiap tahapan enam bulan sekali, sehingga para wisudawan menempuh pendidikan selama satu setengah tahun.
Jam belajarnya pun menyesuaikan waktu dan kondisi para murid, yakni pada Rabu pertama dan ketiga setiap bulan, antara pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.
Kegiatan belajar mengajar diadakan setiap dua pekan sekali menyesuaikan jenjang pendidikan. Pengembangan diri dan hobi yang diajarkan mengutamakan lansia bahagia dengan melakukan aktivitas yang disukai.
Salah satu aktivitas yang diajarkan, seperti bertanam yang semuanya terkait dengan semesta (spiritual), berbagi produk yang dihasilkan (sosial), beraktivitas fisik (fisikal), mengatasi hama tanaman (intelektual), memberi ruas puas/senang (emosional), potensi menghasilkan uang (vokasi) dan ramah lingkungan (lingkungan).
Sekolah itu pernah menerima 54 siswa, tapi yang wisuda 48 orang, sisanya mengulang lantaran hanya datang beberapa kali mengingat penilaian juga melihat kehadiran minimal 75 persen.
Sebelumnya, Lurah Kelurahan Pondok Labu Nachnoer Vernier melepas para wisudawan Sekolah Lansia Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pinang Pola, Kamis (25/5).
Sekolah lansia ini diadakan demi menjadikan wadah sarana interaksi dan berbagai macam aktivitas bagi lansia. Sekolah nonformal lansia ini juga menjadi ajang pembelajaran dan silaturahmi bagi para murid, sehingga memberikan manfaat untuk dapat berinteraksi, memperoleh pengetahuan, lebih mandiri dan aktif di kegiatan seni serta olahraga.
Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI mencanangkan berdirinya sekolah nonformal lansia di lima wilayah kota dan satu Kabupaten Kepulauan Seribu pada Kamis 24 November 2022, yakni Sekolah Lansia Fatmawati (Jakarta Selatan), Sekolah Lansia Nirmala (Jakarta Utara), Sekolah Lansia Anggrek Merah (Jakarta Barat), Sekolah Lansia Mahira Kirana (Jakarta Timur), Sekolah Lansia Cempaka (Jakarta Pusat) dan Sekolah Lansia Kakap Merah (Kepulauan Seribu).
Info yang dihimpun ANTARA menyebutkan, Sekolah Lansia Fatmawati memiliki kurikulum mandiri, yakni untuk kurikulum standar 1 (S1) yang diajarkan adalah proses penuaan, komunikasi efektif, kesehatan jiwa lansia, konsep sehat dan sakit pada lansia, gizi lansia, pengembangan diri dan hobi, senam dan pijat.
Selanjutnya, standar 2 (S2) adalah yoga dan relaksasi, kesehatan jiwa lansia, pencegahan jatuh, kegawatdaruratan, lansia tangguh, pengembangan diri dan hobi, hingga perawatan paliatif.
Terakhir, standar 3 (S3), yaitu praktik senam lansia, praktik melakukan hobi, praktik yoga dan relaksasi, praktik dukungan kesehatan jiwa dan psikososial, hingga praktik berbisnis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menimba ilmu tak kenal usia di sekolah lansia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023