Kadin Indonesia Provinsi Jawa Barat dan perusahaan rintisan teknologi finansial (tekfin/financial technology) Finnix berkolaborasi untuk meningkatkan pembiayaan dan memperkuat industri kreatif, dengan memberikan pembiayaan awal untuk kegiatan ekraf.
 
"Alhamdulillah, saat ini telah hadir sebuah fintech bernama Finnix yang memiliki sistem teknologi informasi  yang dapat menjadi agregator lembaga keuangan dengan pihak ekraf," kata Ketua Kadin Indonesia Provinsi Jawa Barat Tubagus Radityadi Kota Bandung, Senin.
 
Dalam kolaborasi ini, Finnix juga berperan sebagai fasilitator bagi pelaku industri kreatif dengan menyediakan dasbor yang mempermudah proses pengajuan pembiayaan, pembayaran, dan pengelolaan anggaran serta arus kas.
 
Tubagus mengatakan sektor Industri kreatif bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pascapandemi COVID-19.

Akan tetapi, kata dia, para pelaku industri kreatif seringkali terkendala akses permodalan awal ketika merealisasikan acara.
 
Menurut dia, dari sisi sumber daya manusia (SDM), pelaku di sektor industri kreatif sangat banyak dan potensial dan kuncinya, dibutuhkan dorongan pinjaman dari perbankan.
 
“Mereka bisa mendapatkan proyek dan sponsor dari pemerintah atau swasta. Tapi, biasanya ada keterbatasan modal dasar untuk memulai proyek, karena biasanya kan pemerintah membayarnya setelah proyek selesai,” ujar Tubagus.
 
Karena itu ketika ada sebuah terobosan membuat acara seperti konser, tidak terealisasi karena kendala modal awal.
 
"Banyak yang minta untuk difasilitasi,” kata dia.
 
Dari permasalahan tersebut, Tubagus menyambut baik fintech bernama Finnix yang fokus sebagai fasilitator membantu pelaku industri kreatif mendapat akses modal dari lembaga keuangan.
 
Pihaknya berharap perbankan pun bisa memberikan keleluasaan permodalan berbasis value (nilai), tidak hanya penjaminan
 
“Kami berharap anak muda mengoptimalisasi kreativitasnya, ada Finnix yang sudah bisa menjembatani,” kata dia.
 
Sementara itu, CEO Finnix, Reinhart Hermanus mengatakan pihaknya sudah terlibat membantu menggarap sejumlah proyek, seperti konser di beberapa daerah.
 
Seperti Sabiphoria Festival (Jakarta), Now Playing Festival (Bandung), hingga Tour Dewa 19 (Pontianak).
 
Perusahaan yang berdiri pada September 2022 ini memberikan layanan berupa menyiapkan dokumen keuangan, hingga arus kas yang bisa diterima oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan anggaran untuk menggarap proyek.
 
Hal tersebut sangat krusial namun seringkali luput dari perhatian para pelaku industri kreatif.
 
“Kami ingin membantu perusahaan mendanai proyek yang didapatkan. Lembaga keuangan menyangka industri kreatif berisiko tinggi, sehingga sulit mendapat akses permodalan. Aset jaminan terbatas,” kata dia.
 
Finnix menjembatani antara pelaku industri kreatif dengan perbankan.
 
"Kami kurasi, kami hubungkan ke lembaga keuangan yang bisa mensupport. Total 40 proyek sudah dibantu dari sisi permodalan, Rp30 miliar dana yang sudah kami salurkan kurang lebih satu tahun ini,” kata dia.
 
Di sisi lain, potensi dari industri ini mencapai Rp250 triliun setiap tahun. Faktor risiko dari sisi bisnis lebih terukur.
 
“Faktor risiko event lebih bisa terukur. Ini menjadi alasan mengapa dimulai dengan event. Proyek sudah pasti nilainya sekian, dibayarnya sudah ditentukan. Tinggal produksinya. Ini kami bantu permodalan di depan,” kata dia.
 
Bagaimana sebuah proyek industri kreatif bisa dibantu, Reinhart menyatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti sebuah perusahaan sudah dipastikan mendapatkan suatu proyek
 
“Perusahaannya harus yang sudah memenangi proyek. Kami bantu melengkapi laporan, keuangan dan sesuai standar Lembaga keuangan. Kalau butuh sistem kami bantu, kalau butuh permodalan kami bantu," kata dia.
 
"Yang bisa bikin gagal itu apa saja sih. Itu bisa karena dokumentasi laporan keuangan, pencatatan kurang rapih, atau ada rekam jejak kredit yang tidak baik,” katanya.


 
 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023