Antarajawabarat.com,19/7 - Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Jawa Barat Deden Darmansyah mengatakan sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) APBD Jabar 2012 sebanyak Rp2,9 triliun dinilai terlalu besar.

"Sepertinya disengaja karena Dinas Pendapatan Daerah Jabar tidak berani menargetkan pendapatan asli daerah (PAD) yang lebih besar.

Jadi silpa itu salah satunya disebabkan oleh pelampauan target dari sisi PAD sebesar sekitar Rp1,3 triliun. Menurut saya ini bukan prestasi dispenda, justru kegagalan pemprov dalam menetapkan target pendapatan," kata Deden Darmansyah, di Bandung, Kamis.

Ditemui usai Sidang Paripurna tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jabar 2012 di Gedung DPRD Jabar Kota Bandung, ia mengatakan dahulu saat pembahasan dirinya mendorong agar Dispenda menetapkan target sekitar Rp9,1 triliun.

"Sementara Dispenda hanya manergetkan Rp8 triliun. Ternyata target tersebut memang terlampaui PAD Rp9,1 triliun. Coba kalau dulu target itu Rp9.1 triliun, pasti akan tercapai," katanya.

Oleh karena itu, kata Deden, pihaknya menyarankan agar Dispenda Jabar mematok target di angka Rp9,1 triliun karena dengan prediksi akan berlaku pajak progresif dan naikknya indeks tarif pajak kendaraan bermotor.

Sehingga, lanjut Deden, pihaknya yakin bahwa Dispenda Jabar akan melampau target tersebut.

"Lantas saya melihat dispenda passif dalam menentukan target pendapatan. Dispenda lemah dalam menaksir target PAD. Mereka, enggak berani pasang target tinggi," ujar dia.

Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan membenarkan silpa Jabar tahun 2012 sebesar Rp 2,9 triliun namun penyerapan anggarannya juga tinggi.

"Bahkan, penyerapan APBD 2012 paling besar dibandingkan tahun sebelumnya. Seharusnya Pemprov Jabar dipuji. Karena, penyerapan anggarannya mencapai 92 persen," kata Heryawan.

Menurut Heryawan, penyerapan anggaran hingga 92 persen belum pernah terjadi sebelumnya di Pemprov Jawa Barat.

"Sepanjang Jabar ada dimuka bumi ini belum pernah ada yang 92 persen baru kali ini," jelas Heryawan.

Ia mengatakan adanya silpa itu bukan karena tidak diserap anggarannya namun karena efisensi dan hal ini sangat bagus karena efisensi dari tender dan surplus pendapatan.

"Kalau Silpa tinggi karena tidak terserap, baru salah. Tidak selamanya silpa besar itu menjadi masalah," katanya.

***1***

Ajat S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013