Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat menerima surat dari seseorang bernama Mustofa yang berasal dari Lampung sebelum insiden penembakan di kantor MUI pada Selasa siang terjadi.
 
"Surat terakhir yang kita terima sudah dari tahun 2022, intinya ada seseorang bernama Mustofa dari Lampung, meminta ketua MUI yang merepresentasikan pewaris nabi untuk mempersatukan umat," kata Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh saat ditemui di Kantor MUI Menteng, Jakarta Pusat, Selasa.
 
Ni'am juga belum yakin apakah sosok bersangkutan yang melakukan penembakan di kantor MUI adalah benar Mustofa.
 
Dia juga mengatakan, surat tertulis yang beredar di media sosial juga belum terverifikasi benar atau tidaknya, karena pihak MUI belum mengenali pelaku.
 
"Klaim tersebut belum terverifikasi karena jangankan surat, orangnya saja belum dikenali. Dari hasil diskusi internal, belum ada satu orang pun yang mengenali pelaku penembakan tersebut," ujar Ni'am.
 
Adapun surat yang ditunjukkan Ni'am tertanggal 2 Januari 2022, dimana seseorang bernama Mustofa yang mengaku berasal dari Lampung meminta bertemu dengan ketua MUI dan mewakili Nabi Muhammad SAW untuk mempersatukan umat.

Tercatat, surat atas nama Mustofa telah diterima oleh MUI sebanyak enam kali hingga Januari 2022.
 
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian apakah surat tersebut terkait dengan insiden penembakan yang menimpa dua staff MUI.
 
"Kami terus melakukan konsolidasi internal apakah (surat) tersebut benar terkait atau tidak, tetapi saya bertemu dengan sekretariat, apakah ada yang mengenali, ada atau tidak faktanya, belum ada konfirmasi," kata Ni'am.

Ia juga mengatakan, belum ada kepastian apakah peristiwa penembakan ini juga terkait dengan agenda rapat rutin yang sedang dilaksanakan oleh MUI.
 
"Kami tidak bisa berspekulasi, kami serahkan sepenuhnya kepada aparat umum untuk mengusut tuntas kasus ini," tuturnya.

Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh memastikan aktivitas di Kantor Pusat MUI, Jakarta, tetap berjalan normal setelah insiden penembakan pada Selasa pagi.

"Masih, kita bertugas menjalankan aktivitas seperti biasa," ujar Asrorun Niam di Jakarta, Selasa.

Asrorun menjelaskan insiden penembakan terjadi saat MUI menggelar rapat rutin pimpinan. Saat itu, MUI tengah membahas soal isu-isu keagamaan yang terjadi belakangan ini.

Jelang rapat berakhir, ada anggota sekretariat yang melakukan interupsi dan melaporkan kejadian. Seluruh pimpinan MUI kemudian melihat potongan foto dan video insiden yang terjadi di pintu masuk gedung.

"Di akhir rapat jam 12 itu ada interupsi, ada yang menginformasikan kasus ini dan kita secara bersama menyaksikan potongan foto dan video yang menjelaskan kasus di bawah setelah itu kita bahas pendek," kata dia.

Asrorun mengapresiasi langkah cepat kepolisian untuk mengamankan kondisi. Ia pun mendorong agar kasus tersebut diusut hingga tuntas agar tidak ada spekulasi di masyarakat.

"Penanganan ini setelah dilakukan secara profesional melahirkan ketenangan publik, tidak menyebabkan kekhawatiran-kekhawatiran di luar hukum. Saya kira itu menjadi kunci di dalam penanganan masalah ini," katanya.

Sementara itu, Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Masduki Baidlowi mengatakan keamanan di Gedung MUI Pusat tidak diperketat usai insiden penembakan, Selasa.

"Tidaklah, biasa saja keamanan di MUI selama ini, standar saja. Prosedur standar saja karena memang tidak ada apa-apa sebenarnya itu, biasa saja," kata Masduki Baidlowi.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: MUI sempat terima surat sebelum insiden penembakan terjadi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023