Antarajawabarat.com, 14/4 - Di sebuah sekolah di desa kecil dekat Kabul, Afganistan, Angelina Jolie dikenal sebagai pekerja sosial atau insinyur, tidak pernah dikenal sebagai salah satu bintang masyur dunia.

Utusan khusus Komisi Tinggi Pengungsi PBB (UNHCR) ini membangun sekolah di desa itu tahun lalu dan berencana membangun sekolah lagi yang dibiayai dari keuntungan menjual perhiasan yang pembuatannya dia ikut rancang.

Aktris Hollywood ini mengunjungi Qala-I-Gudar pada 2011, dan tetap digemari penduduk yang tidak pernah menonton filmnya atau bahkan tidak mengenal ketenarannya sebagai aktris kaliber dunia.

Seni peran adalah sesuatu yang diperdebatkan oleh warga Afganistan.

Homaira (13 tahun) salah seorang dari 250 siswi di sekolah putri ini diuntungkan dengan pembukaan sekolah yang pertamakali memberi pelajaran penuh sejak bulan lalu.

"Kami dulu biasa belajar di halaman belakang masjid, sangat sulit," kata Homaira kepada AFP. "Sekarang kami bahagia sudah punya sekolah, ini tempat yang bagus."

Ketika ditanya siapa yang membangun sekolahnya, dia menjawab "Seorang perempuan Amerika".

Gedung berlantai dua yang terletak sekitar 30 km arah utara Kabul itu dirancang dengan jendela-jendela lebar, bangku-bangku berjajar rapi dan dindingnya bercat biru terang serta papan yang mencantumkan kebanggaan pendirinya.

Ada tulisan di papan itu, "Berkat kemurahan hati Angelina Jolie, Utusan Khusus UNHCR."

Bahkan kepala sekolahnya, Gul Rahman Ayaz, tidak menyadari Jolie adalah mahabintang. Yang dia tahu Jolie adalah tokoh senior UNHCR.

"Betulkah?" tanya Ayaz ragu ketika mendengar Jolie adalah bintang film. "Yaa, apa pun itu, dia adalah perempuan hebat, perempuan yang sangat baik," tambahnya sembari tersenyum.

Ayaz mengingat Jolie datang ke halaman belakang masjid yang saat itu digunakan sebagai kelas, duduk bersila membahas rencana membangun sekolah modern bersama para penduduk.

"Ia sangat bersahaja. Ia duduk di atas tanah dan tidak berperilaku seperti bintang film," kata Ayaz yang mengingat Jolie tiba dengan mobil berlogo PBB, mengenakan pakaian warna hitam dan kerudung coklat.

Sabera, satu-satunya guru perempuan, percaya bahwa Jolie adalah ahli bangunan yang dikirim untuk membangun gedung sekolah di Afganistan yang selama beberapa tahun berjuang menghadapi perang yang menghancurkan desa-desa.

"Saya kira dia insinyur," kata Sabera (30) yang seperti orang Afganistan lainnya hanya memiliki sepotong nama. "Saya belum pernah melihat filmnya, tetapi saya berharap dia akan datang lagi."

Di bawah kekuasaan Taliban yang memerintah dengan keras antara 1996 hingga 2001, pemutaran film dilarang, sementara anak gadis dilarang pergi sekolah.

Qala-I-Gudar adalah wilayah garis depan dalam pertikaian rejim Taliban melawan pasukan Aliansi Utara.

Kini orang Afganistan sangat bernafsu menonton film, tetapi mereka menyukai melodrama dan musik dari film-film Bollywood, demikian AFP.

Antara

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013