Kementerian Kesehatan (Kemkes) merekomendasikan para pelaku usaha di masyarakat untuk tidak menggunakan nitrogen cair pada pangan siap saji terutama pada jajanan.
"Sesuai dengan surat edaran Kementerian Kesehatan, maka kita saat ini adalah merekomendasikan tidak menggunakan nitrogen cair pada pangan siap saji terutama untuk di jajanan," kata Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kemkes Anas Ma'ruf dalam konferensi pers virtual Kewaspadaan Nitrogen Cair Pada Pangan Siap Saji di Jakarta, Kamis.
Sebagai upaya peningkatan kewaspadaan terhadap penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji dalam mencegah keracunan pangan, Anas menuturkan Kemkes menerbitkan surat edaran tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair pada Produk Pangan Siap Saji per tanggal 6 Januari 2023.
"Saat ini kejadiannya baru sporadis masih di beberapa tempat yang tersebar sehingga yang kita utamakan adalah bagaimana melakukan kewaspadaan. Sasaran kita adalah selain edukasi untuk masyarakat kemudian juga edukasi kepada pelaku usaha," tuturnya.
Penambahan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang tidak sesuai prosedur dapat memicu keracunan pada konsumen. Salah satu dampak kesehatan adalah nitrogen cair bisa menyebabkan radang dingin dan luka bakar terutama pada beberapa jaringan lunak seperti kulit.
Penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang menjadi perhatian dan menimbulkan permasalahan bagi kesehatan masyarakat, yaitu ice smoke atau chiki ngebul yang menjadi jajanan dan digemari oleh anak-anak.
Produk tersebut tidak hanya memberikan rasa dingin, tetapi juga sensasi mulut yang mengeluarkan asap, berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
"Jadi untuk para pelaku usaha yang usahanya keliling atau di pasar malam atau di masyarakat itu kita rekomendasikan untuk tidak menggunakan nitrogen cair pada pangan siap sajinya mengingat ada beberapa kasus dilaporkan akibat mengonsumsi chiki ngebul ini," ujar Anas.
Dalam surat edaran tersebut, dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota, puskemas, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) hingga kantor kesehatan pelabuhan diminta untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair yang beredar di masyarakat di wilayah kerjanya.
Pemerintah daerah diminta memberikan edukasi kepada pelaku usaha dan pihak-pihak terkait terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji serta memberikan edukasi kepada sekolah-sekolah, anak-anak dan masyarakat terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji.
"Setelah kita lakukan sosialisasi saat ini teman-teman di daerah sudah mulai bergerak memberikan pengawasan terhadap para pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair sebagai zat penolong terutama ketika digunakan pada pangan siap saji," kata Anas.
Bahayakan tubuh
Sementara itu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyampaikan bahwa penambahan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang tidak sesuai standar pengolahan dapat membahayakan tubuh.
"Pada prinsipnya tentu harus sesuai standar. Bahayanya kalau kena kulit bisa melepuh, kemudian kalau dikonsumsi, tertelan bisa melukai lambung, apalagi kalau asma," ujar Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang di Jakarta, Kamis.
Di sela acara kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) bertajuk "Open House: Expo Sistem Pengawasan Produk Life Cycle Obat dan Makanan" itu, Rita mengatakan, sejak 6 Januari 2023 hingga saat ini BPOM sudah melakukan pengawasan terhadap penjual produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair, seperti chiki ngebul untuk selanjutnya dilakukan pembinaan.
"Hasil pengawasan memang semua produk nitrogen cair harus membutuhkan perhatian karena tidak sesuai standar. Pemantauan di seluruh Indonesia, kami lakukan di mall, pasar, terutama CFD (car free day) dan pasar malam," katanya.
Ia menambahkan, BPOM juga telah menerbitkan pedoman mitigasi risiko nitrogen cair pada pangan olahan.
Ia mengemukakan, salah satu pedoman yang harus diikuti pedagang yang menambahkan nitrogen cair pada produk pangan siap saji, yakni harus mengikuti pelatihan.
"Harus punya kompetensi bagaimana menangani nitrogen cair tersebut," tuturnya.
Kemudian, harus menggunakan alat pelindung diri (APD), karena nitrogen cair merupakan barang berbahaya bagi tubuh.
"Jadi ada persyaratan-persyaratannya bagi food handler atau penjualnya," ucap Rita.
Kemudian, lanjut dia, pengolah makanannya juga harus memberikan peringatan yang harus diketahui oleh konsumen.
"Ketika dikonsumsi tidak boleh dalam kondisi yang sangat dingin, harus dipastikan bahwa nitrogen cairnya hilang. Bagaimana mengetahuinya? Tidak boleh ada asapnya, jadi harus didiamkan dulu, nggak boleh langsung dikonsumsi," paparnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemkes rekomendasi tidak gunakan nitrogen cair pada pangan siap saji
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Sesuai dengan surat edaran Kementerian Kesehatan, maka kita saat ini adalah merekomendasikan tidak menggunakan nitrogen cair pada pangan siap saji terutama untuk di jajanan," kata Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kemkes Anas Ma'ruf dalam konferensi pers virtual Kewaspadaan Nitrogen Cair Pada Pangan Siap Saji di Jakarta, Kamis.
Sebagai upaya peningkatan kewaspadaan terhadap penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji dalam mencegah keracunan pangan, Anas menuturkan Kemkes menerbitkan surat edaran tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair pada Produk Pangan Siap Saji per tanggal 6 Januari 2023.
"Saat ini kejadiannya baru sporadis masih di beberapa tempat yang tersebar sehingga yang kita utamakan adalah bagaimana melakukan kewaspadaan. Sasaran kita adalah selain edukasi untuk masyarakat kemudian juga edukasi kepada pelaku usaha," tuturnya.
Penambahan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang tidak sesuai prosedur dapat memicu keracunan pada konsumen. Salah satu dampak kesehatan adalah nitrogen cair bisa menyebabkan radang dingin dan luka bakar terutama pada beberapa jaringan lunak seperti kulit.
Penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang menjadi perhatian dan menimbulkan permasalahan bagi kesehatan masyarakat, yaitu ice smoke atau chiki ngebul yang menjadi jajanan dan digemari oleh anak-anak.
Produk tersebut tidak hanya memberikan rasa dingin, tetapi juga sensasi mulut yang mengeluarkan asap, berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
"Jadi untuk para pelaku usaha yang usahanya keliling atau di pasar malam atau di masyarakat itu kita rekomendasikan untuk tidak menggunakan nitrogen cair pada pangan siap sajinya mengingat ada beberapa kasus dilaporkan akibat mengonsumsi chiki ngebul ini," ujar Anas.
Dalam surat edaran tersebut, dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota, puskemas, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) hingga kantor kesehatan pelabuhan diminta untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair yang beredar di masyarakat di wilayah kerjanya.
Pemerintah daerah diminta memberikan edukasi kepada pelaku usaha dan pihak-pihak terkait terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji serta memberikan edukasi kepada sekolah-sekolah, anak-anak dan masyarakat terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji.
"Setelah kita lakukan sosialisasi saat ini teman-teman di daerah sudah mulai bergerak memberikan pengawasan terhadap para pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair sebagai zat penolong terutama ketika digunakan pada pangan siap saji," kata Anas.
Bahayakan tubuh
Sementara itu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyampaikan bahwa penambahan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang tidak sesuai standar pengolahan dapat membahayakan tubuh.
"Pada prinsipnya tentu harus sesuai standar. Bahayanya kalau kena kulit bisa melepuh, kemudian kalau dikonsumsi, tertelan bisa melukai lambung, apalagi kalau asma," ujar Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang di Jakarta, Kamis.
Di sela acara kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) bertajuk "Open House: Expo Sistem Pengawasan Produk Life Cycle Obat dan Makanan" itu, Rita mengatakan, sejak 6 Januari 2023 hingga saat ini BPOM sudah melakukan pengawasan terhadap penjual produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair, seperti chiki ngebul untuk selanjutnya dilakukan pembinaan.
"Hasil pengawasan memang semua produk nitrogen cair harus membutuhkan perhatian karena tidak sesuai standar. Pemantauan di seluruh Indonesia, kami lakukan di mall, pasar, terutama CFD (car free day) dan pasar malam," katanya.
Ia menambahkan, BPOM juga telah menerbitkan pedoman mitigasi risiko nitrogen cair pada pangan olahan.
Ia mengemukakan, salah satu pedoman yang harus diikuti pedagang yang menambahkan nitrogen cair pada produk pangan siap saji, yakni harus mengikuti pelatihan.
"Harus punya kompetensi bagaimana menangani nitrogen cair tersebut," tuturnya.
Kemudian, harus menggunakan alat pelindung diri (APD), karena nitrogen cair merupakan barang berbahaya bagi tubuh.
"Jadi ada persyaratan-persyaratannya bagi food handler atau penjualnya," ucap Rita.
Kemudian, lanjut dia, pengolah makanannya juga harus memberikan peringatan yang harus diketahui oleh konsumen.
"Ketika dikonsumsi tidak boleh dalam kondisi yang sangat dingin, harus dipastikan bahwa nitrogen cairnya hilang. Bagaimana mengetahuinya? Tidak boleh ada asapnya, jadi harus didiamkan dulu, nggak boleh langsung dikonsumsi," paparnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemkes rekomendasi tidak gunakan nitrogen cair pada pangan siap saji
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023