Antarajawabarat.com, 14/3 - Universitas Padjadjaran akan memberlakukan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dengan jumlah besaran bervariasi untuk setiap program studi, dan tarif UKT berlaku bagi mahasiswa baru dan tidak berdampak pada Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang harus dibayar oleh mahasiswa lama.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Keuangan Prof Dr Rina Indiastuti, dalam siaran persnya, Kamis menuturkan, perbedaan tarif UKT itu karena kebutuhan biaya dari setiap program studi juga berbeda.

Besarnya UKT itu berasal dari kebutuhan biaya dikurangi bantuan atau subsidi pemerintah. Hitungan UKT Unpad sudah diserahkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan sekarang Unpad masih menunggu keputusan menteri tentang usulan UKT tersebut.

Dengan penerapan UKT maka besaran Dana Pengembangan (DP) yang biasanya dibayar sekaligus pada awal masuk kuliah kini pembayarannya didistribusikan ke setiap semester.

Sementara itu Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Prof Engkus Kuswarno mencontohkan, jika tahun lalu DP Unpad terkecil sebesar Rp4 juta maka setelah penerapan UKT jumlah tersebut dibagi 8 semester sehingga mahasiswa tidak membayar Rp4 juta di awal masuk namun tiap semester mahasiswa membayar SPP ditambah dengan Rp500 ribu.

Sehingga, kata dia, sejumlah mahasiswa baru akan membayar Rp2,5 juta per semester berasal dari SPP tahun lalu Rp2 juta plus Rp500 ribu karena tidak ada pungutan DP lagi dan ada pun sekelompok mahasiswa lainnya akan membayar sebesar UKT.

"Jadi ini adalah soal cara pembayaran, tidak ada kenaikan biaya kuliah. Mahasiswa lama membayar jumlah yang sama seperti yang mereka bayarkan selama ini. Mahasiswa baru membayar sesuai aturan UKT yang ditetapkan," ujar Engkus.

Selain itu, Rektor Unpad telah menegaskan tidak boleh ada calon mahasiswa Unpad yang gagal masuk karena masalah biaya, karena tersedia berbagai kemudahan yang bisa diakses oleh calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi.

Ada bantuan biaya pendidikan Bidik misi untuk 900 orang dan Unpad juga punya beasiswa Sauyunan yang dananya berasal dari sumbangan orang tua mahasiswa yang mampu secara ekonomi.

"Jika memang setelah diverifikasi terbukti benar-benar tidak mampu, mereka bisa terus kuliah dengan biaya nol rupiah. Tahun lalu saja, ada 6.594 mahasiswa yang memperoleh beasiswa dari 44 lembaga senilai lebih dari Rp 45 miliar," kata Engkus.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013