Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus mempercepat pendirian 500 unit hunian darurat di Cianjur, yang pembangunannya melibatkan warga penyintas gempa.

"Dengan hunian darurat ini, harapannya masyarakat bisa punya privasi yang lebih baik, punya tempat tinggal lebih nyaman bersama satu keluarganya," ujar Koordinator Divisi Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi (TDRR) MDMC PP Muhammadiyah Indrayanto dalam konferensi pers yang diikuti dari Jakarta, Senin.

Indrayanto mengatakan pelibatan masyarakat membangun hunian darurat tersebut dimaksudkan agar mereka tidak hanya sebagai obyek penerima bantuan, tapi juga ikut membuat keputusan dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

Menurutnya, pembuatan hunian darurat adalah salah satu layanan utama dari enam layanan yang dijalankan Muhammadiyah dalam respon tanggap darurat gempa Cianjur. Muhammadiyah membangun hunian darurat bagi para penyintas gempa Cianjur berbasis keluarga.

Selama ini, menurut Indrayanto, para penyintas gempa Cianjur tinggal di tenda komunal yang didirikan bersama-sama. Maka dengan dibangunnya hunian darurat, sedikitnya dapat meringankan beban masyarakat agar mendapat tempat tinggal sementara yang layak.

"Itu (tenda komunal) adalah satu tenda besar yang ditinggali bersama-sama dengan jumlah kepala keluarga (KK) dan jiwa yang banyak," kata dia.

Selain privasi dan kenyamanan, pembangunan hunian darurat berbasis keluarga ini juga sejalan dengan upaya MDMC untuk meminimalisir resiko terjadinya kekerasan baik seksual maupun kekerasan lainnya dalam berbagai bentuk yang lebih rentan terjadi dalam tenda komunal.

"Hundar ini berbahan dasar terpal tenda dengan kerangka terbuat dari kayu atau bambu. Hunian darurat ini berukuran 4x6 terdiri dari dua bilik, di tengah akan ada sekat, satu bilik bisa buat ruang privasi untuk tidur dan lainnya, satu bilik bisa untuk tempat barang-barang keluarga," kata dia.
Sebelumnya  Presiden Joko Widodo meninjau langsung pembangunan sekitar 200 rumah tahan gempa di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bagi korban terdampak gempa bermagnitudo 5,6 SR pada Senin (21/11).

"Ya, ini adalah lokasi untuk relokasi yang pertama. Di sini segera dibangun kurang lebih 200 rumah, contohnya sudah ada yang rumah antigempa," kata Jokowi usai peninjauan di Kecamatan Cilaku, Cianjur, Senin.

Selain di lokasi tersebut, lanjut Jokowi, Pemerintah juga menyiapkan pembangunan 1.600 rumah serupa di lokasi lain. Relokasi tersebut diprioritaskan bagi warga yang rumahnya berada di pusat gempa, terutama di Kecamatan Cugenang.

"Lokasi-lokasi (rumah) yang berada di center-nya gempa, utamanya di Cugenang, itu akan dipindahkan ke sini dan ke lokasi yang kedua tadi," kata Jokowi.

Sementara itu, bagi warga yang tidak direlokasi, Pemerintah akan memberikan bantuan yang besarannya sesuai dengan tingkat kerusakan, yakni Rp50 juta untuk rumah rusak berat, Rp25 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp10 juta untuk rumah rusak ringan.

Namun, untuk rumah rusak berat, Jokowi menambahkan akan ada yang direlokasi maupun dibangun kembali di tempat.

"Yang rusak berat itu ada yang direlokasi, ada yang tidak. Kalau tempatnya berbahaya, berada di garis patahan, garis sesarnya, itu yang dipindah. Kalau yang tidak dibangun, di tempat yang sama," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto menjelaskan rumah yang akan dibangun di lahan seluas 2,5 hektare tersebut menggunakan teknologi rumah tahan gempa atau Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha).


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Muhammadiyah libatkan warga bangun hunian darurat di Cianjur

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022