Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memastikan persediaan bahan kebutuhan pokok mencukupi warga setempat setelah gempa bumi bermagnitudo 5,6 hingga menjelang Natal serta Tahun Baru mendatang.

"Kalau tanya ke pedagang, pasti harga bervariasi, tapi kalau dirata-ratakan, posisi harga relatif stabil. Apalagi stoknya juga aman di Cianjur," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cianjur Tohari di Cianjur, Kamis.

Ia mengatakan kebutuhan pokok, seperti beras, di Cianjur dipastikan aman karena stok yang tersedia mencapai 200 persen dari kebutuhan masyarakat setempat.

Selain itu, distribusi sayur-mayur yang semula terdampak oleh gempa, dipastikan telah berangsur normal setelah volume kendaraan di jalur distribusi Jalan Cianjur-Cipanas menurun sejak Rabu (30/11).

Tohari mengatakan harga pangan di Cianjur dipastikan masih terkendali, kecuali harga telur ayam yang naik dari Rp25 ribu menjadi Rp31 ribu per kilogram mengikuti fluktuasi harga nasional.

"Harga pun sementara hanya telur yang bertahan naik di Rp31 ribu sejak sepekan terakhir," ujarnya.

Untuk sementara ini, Disperindag Kabupaten Cianjur belum berencana menggelar operasi pasar. Tapi bila sewaktu-waktu terjadi lonjakan harga, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi untuk menstabilkan harga.

"Tahun Baru dan Natal berbeda dengan Hari Raya Lebaran, kenaikan harga tidak terlalu signifikan. Kalau Lebaran banyak umat Islam merayakan," katanya.
Pemkab Cianjur hingga saat ini masih menghitung kerugian materi pedagang yang terdampak gempa bumi, khususnya mereka yang berdomisili di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang dan bekerja di Pasar Induk Cianjur.

"Kalau pedagang, misalnya pasar induk itu banyak warga Cugenang yang terdampak. Bantuannya masih kami diskusikan dengan pihak terkait. Kalau khusus pedagang, masih dalam pendataan," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cianjur Tohari mengemukakan kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok dalam sepekan terakhir di pasar induk setempat dipengaruhi situasi kemacetan lalu lintas di jalur distribusi.

"Saya pantau di dua pasar, yakni Pasar Induk dan Pasar Cipanas, sekitar sepekan usai gempa agak macet. Ini terkait dengan distributor sulit masuk ke Cianjur," kata Tohari kepada ANTARA di Cianjur, Jawa Barat, Kamis.

Ia mengatakan, kemacetan lalu lintas dalam sepekan terakhir terjadi di sekitar Jalan Cianjur-Cipanas yang menjadi jalur utama distribusi sembako menuju Pasar Induk.

Kemacetan di lokasi itu dipengaruhi kejadian tanah longsor di sekitar Warung Sate Shinta imbas gempa bermagnitudo 5,6 pada 21 November 2022 serta volume kendaraan yang melampaui kapasitas tampung badan jalan.

Kemacetan di lokasi tersebut berkisar 3--5 kilometer mulai dari SPBU Ciherang hingga Cijedil, Kecamatan Cugenang. Petugas memberlakukan sistem buka tutup di lokasi tersebut.

"Dampaknya sempat terjadi kenaikan harga sayur mayur, ayam, bumbu masak dan lainnya," katanya.

Menurut Tohari, harga sembako di Pasar Induk dan Pasar Cipanas hingga saat ini masih bervariasi antarpedagang.

Sementara itu, pedagang sembako di Pasar Induk Cianjur Cepi melaporkan kenaikan harga terjadi pada komoditas bahan pokok seperti sayur mayur, bumbu masakan, bawang putih dan merah berkisar 20--40 persen.

"Tomat tadinya Rp8 ribu jadi Rp12 ribu per kilogram, bawang Rp25 ribu jadi Rp30 ribu per kilogram. Terkadang yang distribusi masih takut karena akses dari lokasi sayurannya tertutup," katanya.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkab Cianjur: Gempa tidak pengaruhi persediaan kebutuhan pokok warga

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022