Meski terlihat sehat dan bebas dari gangguan kesehatan, seseorang bisa berisiko terkena diabetes karena tidak semua orang akan menunjukkan gejala.

Dr. dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD dari Divisi Endokrin, Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam RSCM-FKUI mengatakan ada gejala-gejala klasik penyakit diabetes yang tidak selalu muncul.

"Gejala klasik tidak selalu ada, seperti sering kencing, haus berlebihan dan penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan," kata Yunir dalam bincang-bincang daring, Kamis.

Namun, tidak semua orang menunjukkan gejala tersebut. Ada kalanya penyakit diabetes baru terdeteksi pada orang yang terlihat sehat setelah melakukan pemeriksaan kesehatan.

"Bantuan dan dukungan dari tenaga kesehatan diperlukan, namun melihat kondisi tersebut, masing-masing pribadi perlu memiliki pengetahuan luas, semangat, dan konsistensi untuk mengatasi diabetes," papar dia.

Langkah awal pencegahan adalah memahami kondisi diri sendiri. Bila memang termasuk golongan berisiko, seperti ada riwayat diabetes dalam keluarga, diet tidak sehat dan berat badan berlebihan, lakukan skrining dan kendalikan faktor-faktor yang bisa dimodifikasi seperti gaya hidup.

Waspadai pula gejala seperti haus berlebihan yang membuat minum menjadi banyak dan sering kencing, juga berat badan turun tanpa alasan. Ketika gejala itu muncul pada orang yang berisiko, dia menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
"Yakinkan, ya atau tidak (terkena diabetes)," ujar dia.

Pembatasan fisik selama pandemi COVID-19 mendorong pergeseran gaya hidup masyarakat ke arah yang kurang sehat, misalnya sebagian orang melaporkan peningkatan kebiasaan mengemil atau makan tanpa rasa lapar, terutama dengan alasan bosan, dan kecenderungan makan secara berlebihan, meningkatnya gaya hidup sedenter atau kurang bergerak, serta jarang melakukan pengecekkan kesehatan. Pola hidup tersebut dapat berujung kepada berbagai masalah kesehatan seperti diabetes.

Pendiri Komunitas Sobat Diabet dr. Rudy Kurniawan, SpPD, DipTH, MM, MARS, mengatakan untuk memulihkan kembali kondisi para pengidap diabetes, dukungan sosial dari lingkungan sangat berpengaruh positif untuk membantu mengurangi stres, meningkatkan tingkat kesadaran diri, serta mendukung perubahan gaya hidup yang kurang sehat.

Dalam rangka memperingati World Diabetes Day 2022, Tropicana Slim kembali menyelenggarakan #Hands4Diabetes2022 dengan misi mengajak masyarakat Indonesia agar lebih peduli untuk mencegah dan melawan diabetes.

Diadakan pada 13 November 2022, #Hands4Diabetes2022 mengangkat tema “Ganti Gulanya, Jaga Lemaknya, Lawan Diabetes” untuk mengedukasi masyarakat bahwa selain memperhatikan asupan gula, penting juga memperhatikan asupan lemak untuk cegah dan atasi diabetes.

Acara ini terdiri dari serangkaian kegiatan edukatif dan interaktif, mulai dari roadshow berupa edukasi pencegahan dan kontrol gula darah melalui gaya hidup sehat, hingga menutup rangkaian dengan senam bersama dan pengecekan cek gula darah serentak di 23 kota se-Indonesia yang didukung oleh Accu-Chek sebagai partner cek gula darah nasional.


Makan porsi kecil tapi sering

Sementara itu Dokter gizi Ekky M. Rahardja, MS, Sp.GK, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia menyarankan para penderita penyakit diabetes untuk makan dalam porsi kecil tapi frekuensinya lebih sering.
"Tubuh (pasien diabetes) kurang bisa mendorong gula ke dalam sel, jadi lebih baik makan porsi kecil tapi sering," kata Ekky dalam webinar kesehatan, Kamis.

Porsi makan yang biasa untuk orang sehat bisa dibagi menjadi dua, dan dimakan dengan jeda tiga jam. Semua makanan yang sehat boleh dikonsumsi, asal tidak mengandung pengawet atau zat-zat tambahan lain.

Nasi sebagai sumber karbohidrat juga bukan "musuh" bila porsinya disesuaikan dan dipadukan dengan potongan sayur mayur yang mengandung karbohidrat.

"Yang paling simpel tiap kali makan, lima sendok makan nasi, tambah juga sayur seperti wortel, buncis, brokoli, jagung atau labu siam dan kukus," jelas dia.

Proses kukus tak perlu terlalu lama, cukup dua menit. Campurkan potongan sayur dengan nasi agar kadar gula darah naik perlahan setelah makan.

"Sayur boleh makan sepuasnya asal jangan pakai tambahan seperti bumbu kacang atau mayones," dia berpesan.

Bila berat badan pasien diabetes termasuk normal, pola makan yang sehat bisa terus dijaga. Namun, bila berat badan berlebih dia menyarankan untuk membatasi asupan lemak dan karbohidrat yang mudah diserap dan cepat menaikkan gula darah.
Batasi penggunaan gula, sebab asupan gula pada orang sehat pun tidak boleh terlalu banyak. Di Indonesia, ketentuan batasan asupan gula harian yang dianjurkan telah tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 di mana konsumsi gula pada orang dewasa maksimal 50 gram atau empat sendok makan per hari untuk menghindari risiko penyakit seperti diabetes.

"Gula tugasnya pemanis, kalau enggak usah pemanis ya tidak usah pakai gula," ujar dia.

Bila memang ingin mengonsumsi sesuatu yang manis, upayakan konsumsi bukan saat perut sedang dalam keadaan kosong karena mudah diserap tubuh. Namun, dia tidak menyarankan pasien diabetes untuk mengonsumsi minuman manis termasuk softdrink demi kesehatan.

Setiap orang, termasuk penderita diabetes, membutuhkan semua zat gizi yang baik untuk tubuh, termasuk gizi dari buah. Untuk konsumsi buah, penyandang diabetes disarankan mengonsumsi buah setelah selesai makan. Sebagai contoh, pasien diabetes boleh makan jeruk, setelah jeda beberapa jam pasien bisa menyantap tiga butir kurma, baru setelah itu penyandang diabetes bisa menikmati enam potong buah, misalnya irisan pepaya.

Ekky mengatakan bahwa makanan sehari-hari perlu tetap diperhatikan bukan hanya untuk penyandang diabetes, melainkan juga untuk semua orang.

"Gunakan juga pemanis alami yang tanpa kalori, supaya gula darah tetap terkontrol setiap hari,” terang dia.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Waspada, diabetes tak selalu bergejala

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022