Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon, Jawa Barat Andi Wibowo mengatakan penanganan bencana alam terutama banjir yang terjadi di Kota Udang, perlu kerja sama lintas sektoral, agar permasalahan segera teratasi.
"Penanganan bencana banjir di Kota Cirebon ini memang harus ditangani secara bersama-sama dengan perangkat daerah lainnya," kata Andi di Cirebon, Sabtu.
Menurutnya ketika semua bekerja secara bersama, maka penanganan bencana alam seperti banjir bisa teratasi secara segera. Seperti normalisasi drainase yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Sungai oleh BBWS, dan penanganan setelah banjir oleh dinas terkait.
Andi mengatakan setelah terjadi banjir pada Selasa (25/10) yang mengakibatkan sejumlah jalan protokol, dan rumah warga terendam, pihaknya secara bersama-sama melakukan analisa ke lokasi kejadian.
“Usai banjir surut perangkat daerah bergerak untuk mengecek titik banjir untuk perbaikan, agar saat intensitas hujan tinggi, tidak terjadi lagi banjir dan titiknya semakin berkurang," tuturnya.
Ia menambahkan selain peran perangkat daerah, peran masyarakat juga menjadi kunci penanganan bencana alam, terutama dalam rangka mitigasi, serta penanganan dini.
Untuk itu, BPBD Kota Cirebon telah menetapkan lima kelurahan sebagai kelurahan tanggap bencana. Lima kelurahan tersebut adalah Pekiringin, Kasepuhan, Argasunya, Harjamukti dan Sukapura.
Melalui lima kelurahan itu, Andi menyebutkan, pencegahan dan penanganan bencana bisa dilakukan di tingkat terbawah, yakni RT/RW hingga kelurahan. Sehingga saat ada bencana bisa ditangani lebih dini dan tidak ada korban jiwa.
"Kampung tanggap bencana ini merupakan program BNPB untuk masyarakat agar bisa memahami dan melakukan mitigasi bencana," katanya.
Terjadinya banjir di sejumlah titik, kata Andi, sebagian besar terindikasi karena saluran air yang tersumbat. Kemudian ditambah curah hujan tinggi.
Ia memastikan logistik dan alat kesiapsiagaan bencana, telah disiapkan oleh BPBD Kota Cirebon, berupa perahu karet, tenda darurat untuk dapur umum, makanan dan alat kebutuhan tidur.
"Meskipun sudah siap semua, kami harap tidak digunakan. Karena kalau digunakan menandakan kondisi genting dan mengkhawatirkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Penanganan bencana banjir di Kota Cirebon ini memang harus ditangani secara bersama-sama dengan perangkat daerah lainnya," kata Andi di Cirebon, Sabtu.
Menurutnya ketika semua bekerja secara bersama, maka penanganan bencana alam seperti banjir bisa teratasi secara segera. Seperti normalisasi drainase yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Sungai oleh BBWS, dan penanganan setelah banjir oleh dinas terkait.
Andi mengatakan setelah terjadi banjir pada Selasa (25/10) yang mengakibatkan sejumlah jalan protokol, dan rumah warga terendam, pihaknya secara bersama-sama melakukan analisa ke lokasi kejadian.
“Usai banjir surut perangkat daerah bergerak untuk mengecek titik banjir untuk perbaikan, agar saat intensitas hujan tinggi, tidak terjadi lagi banjir dan titiknya semakin berkurang," tuturnya.
Ia menambahkan selain peran perangkat daerah, peran masyarakat juga menjadi kunci penanganan bencana alam, terutama dalam rangka mitigasi, serta penanganan dini.
Untuk itu, BPBD Kota Cirebon telah menetapkan lima kelurahan sebagai kelurahan tanggap bencana. Lima kelurahan tersebut adalah Pekiringin, Kasepuhan, Argasunya, Harjamukti dan Sukapura.
Melalui lima kelurahan itu, Andi menyebutkan, pencegahan dan penanganan bencana bisa dilakukan di tingkat terbawah, yakni RT/RW hingga kelurahan. Sehingga saat ada bencana bisa ditangani lebih dini dan tidak ada korban jiwa.
"Kampung tanggap bencana ini merupakan program BNPB untuk masyarakat agar bisa memahami dan melakukan mitigasi bencana," katanya.
Terjadinya banjir di sejumlah titik, kata Andi, sebagian besar terindikasi karena saluran air yang tersumbat. Kemudian ditambah curah hujan tinggi.
Ia memastikan logistik dan alat kesiapsiagaan bencana, telah disiapkan oleh BPBD Kota Cirebon, berupa perahu karet, tenda darurat untuk dapur umum, makanan dan alat kebutuhan tidur.
"Meskipun sudah siap semua, kami harap tidak digunakan. Karena kalau digunakan menandakan kondisi genting dan mengkhawatirkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022