Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen dari sembilan pasien dengan status suspek cacar monyet di Indonesia semuanya negatif, tidak ada yang dikonfirmasi terserang penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tersebut.

"Sampai saat ini sudah ada suspeknya sekitar sembilan pasien, tersebar di seluruh Indonesia. Tapi kita sudah tes di Jakarta dan semuanya menunjukkan hasil negatif," katanya usai Peluncuran Platform SatuSehat di Hotel Raflles Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan bahwa pemerintah telah menyediakan reagen untuk pemeriksaan RT-PCR guna mendeteksi virus penyebab penyakit cacar monyet di laboratorium-laboratorium.

"Kita juga sudah beli (reagen), mudah-mudahan datang nanti dari China," katanya.

Menteri Kesehatan mengatakan bahwa virus penyebab penyakit cacar monyet lebih mudah dikenali dibandingkan dengan virus corona tipe SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

"Karena virus monkeypox (cacar monyet) lebih besar (ukurannya) dibandingkan SARS-CoV-2," katanya.
"Selain itu, gejala bisa dilihat dari yang timbul di permukaan kulit, seperti lesi (bintik kecil berisi cairan) di tangan maupun wajah, perubahan warna kulit menjadi kemerahan, hingga pembengkakan di area selangkangan," ia menambahkan.

Budi mengatakan bahwa penyakit cacar monyet umumnya dialami oleh kelompok masyarakat tertentu, termasuk di antaranya kelompok pria penyuka sesama jenis.

"Memang penularannya relatif tinggi, sama seperti HIV/AIDS," katanya.

Kementerian Kesehatan mengaktifkan sistem surveilans dan melakukan pemantauan pada kelompok yang rentan tertular cacar monyet guna mencegah penularan penyakit tersebut.

Penyakit cacar monyet dilaporkan sudah menjangkiti lebih dari 16.000 orang di 75 negara, termasuk beberapa negara di kawasan Asia.

Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi WHO, penyakit cacar monyet bisa menular dari binatang ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari hewan yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet.
Sedangkan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia bisa terjadi akibat kontak dengan sekresi saluran respirasi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi, atau benda-benda yang terkontaminasi virus.

Menurut WHO, peningkatan kewaspadaan terhadap faktor-faktor risiko penularan penyakit dan edukasi masyarakat mengenai tindakan yang perlu dijalankan guna mengurangi risiko penularan virus merupakan strategi utama dalam pencegahan penularan cacar monyet.

Sebelumnya Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengemukakan hasil diagnosa terhadap sembilan pasien yang dicurigai tertular Monkeypox atau cacar monyet di Indonesia, terbukti secara klinis mengidap penyakit lain.

"Rincian hasil pemeriksaan dari kasus yang dicurigai, sebanyak tujuh kasus terdiagnosa negatif PCR orthopoxviridae, satu kasus menderita pemfigoid bulosa, dan satu kasus varicella," kata Juru Bicara Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat sore.

Orthopoxviridae adalah virus penyebab penyakit Monkeypox, pemfigoid bulosa adalah kejadian munculnya lepuhan berisi cairan di kulit yang terasa gatal, serta varicella yang merupakan cacar air.

Sejumlah provinsi yang melaporkan perkembangan Monkeypox di Indonesia di antaranya Kalimantan Barat satu kasus, Jawa Tengah satu kasus, Jawa Barat tiga kasus, dan DKI Jakarta empat kasus.
"Hingga hari ini, beberapa wilayah telah melaporkan kasus yang dicurigai, namun berdasarkan hasil penyelidikan lebih lanjut belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek maupun probable," ujarnya.

Syahril mengatakan pemerintah telah memfasilitasi laboratorium rujukan pemeriksaan Monkeypox di Indonesia, di antaranya Pusat Studi Satwa Primata, LPPM IPB Bogor, dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati Kompleks Pergudangan Kemenkes Gedung 01, Jakarta.

Syahril yang juga menjabat sebagai Dirut RSPI Sulianti Saroso mengatakan Monkeypox adalah penyakit zoonosis yang kali pertama ditemukan di Denmark pada 1958. Saat itu terdapat dua kasus cacar yang muncul pada kera yang dipelihara untuk kegiatan penelitian yang dinamakan Monkeypox. Monkeypox menular pada manusia kali pertama sejak 1970 di Republik Kongo. Kemudian menjadi endemik di Afrika Barat dan Afrika Tengah, yakni Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Ghana, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.

Sejak 13 Mei 2022, ada 28 negara nonendemis melaporkan Monkeypox, di antaranya 1.536 kasus suspek di Afrika dan 1.285 kasus terkonfirmasi di Eropa, Amerika dan Australia.

Menurut Syahril, masa inkubasi Monkeypox berkisar 5-13 hari atau 5-21 hari sejak tertular. Terdapat dua periode inkubasi, yakni masa invasi selama 0-5 hari, demam tinggi, sefalgia berat, limfadenopati, myalgia dan astenia.

Selanjutnya adalah masa erupsi berkisar 1-3 hari usai mengalami demam serta terjadi ruam pada kulit. "Ruam 95 persen mengenai wajah, telapak tangan dan kaki 75 persen, Mukosa 70 persen, alat kelamin 30 persen, selaput lendir mata 20 persen.
"Monkeypox akan sembuh dengan sendirinya dalam dua hingga empat pekan," katanya.

Menurut Syahril, kelompok paling rentan tertular berasal dari kalangan anak-anak, usia 40-50 tahun dan penderita imunocompromissed atau mereka yang mengalami permasalahan pada sistem imun.

Kejadian komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, infeksi kornea sehingga menyebabkan kebutaan. Syahril menambahkan Monkeypox bisa menular dari hewan ke manusia saat terjadi kontak langsung dengan darah monyet, tikus, tupai. Cairan tubuh juga menjadi media penularan seperti lesi kulit atau lesi mukosa dari hewan yang terinfeksi.

"Daging hewan liar yang terinfeksi atau bush meat, juga dapat menjadi rute penularan penyakit," katanya.

Sedangkan transmisi dari manusia ke manusia dialami saat terjadi kontak langsung pada darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa. "Bisa melalui saluran napas saat kontak erat dalam waktu lama, misalnya gigitan, goresan dan lainnya," katanya.

Selain itu, kata Syahril, penularan Monkeypox juga memungkinkan terjadi dari ibu ke bayi melalui transmisi via plasenta.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Hasil pemeriksaan sembilan suspek semua negatif cacar monyet

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022